"Sebenarnya aku tahu betul maksudnya, kemenangan buat dia adalah kita tidak berlanjut lebih serius, karena memang semata itulah kekhawatirannya...kita liat saja nanti ya..."
Telepon Indra ditutup, meninggalkan aku yang masih terbengong. Menyadari bahwa ini lah yang menyebabkan Indra menjauh.
Aku cukup yakin bahwa sang pencoleng akan beraksi dengan segala daya upaya, karena rasanya karakter gigih yang dimilikinya, membuat pencoleng mampu mencari nama siapa laki-laki yang sering berkomentar di tulisan di facebookku, walau kami tidak berteman di fb, dan kemudian juga mengirimkan SMS yang sebelumnya aku telah kirim ke Indra. SMS yang didapat dari copy record SMS lgsg dr provider selulerku. Pencoleng memiliki kemampuan untuk itu dengan memanfaatkan fungsi kerjanya.
Indra akhirnya mengalah sepenuhnya, setelah juga cukup heran setelah tahu SMS yang dia terima ternyata bisa diterima dan dibaca pencoleng.  Indra adalah pemilih yang logis. Calon suami mestinya memilih istri tidak memiliki masa lalu abu abu, yang bahkan pelaku masa lalu calon istrinya pun masih membayangi. Bagaimana calon pasangan akan merasa nyaman dalam hubungan cinta rumah tangga mereka nantinya, jika saat sebelum memulai saja sudah mendapat reaksi sekitar seperti ini dari kisah masa lalu pasangannya.
" Sudahlah tahu dirilah sedikit Rose..." begitu saja bisikku pada hati ini,
"..jangan terlalu berharap, Indra mungkin bukan untukmu".
Terbaik itu memang hanya padabanyak ukuran, dan aku paham betul bahwa baiknya Indra memang bukan untukku, sebagaimana baikku juga tak disiapkan untuk Indra. Kami terbaik untuk pasangan kami selanjutnya. Itu saja yang menenangkan. Terlebih lagi, pasangan siapakah yang rela menerima " penguntit " atau "pencoleng" cinta pasangannya, padahal baru akan memulai hubungan yang serius....Rasanya tak ada, tidak juga Indra.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H