Dalam beberapa tahun terakhir, teknologi blockchain telah mendapatkan perhatian yang signifikan karena potensinya untuk merevolusi berbagai industri, termasuk akuntansi. Sistem akuntansi tradisional sering menghadapi tantangan dalam hal transparansi, keamanan, dan efisiensi. Tantangan-tantangan ini dapat menyebabkan kesalahan, kecurangan, dan keterlambatan dalam pelaporan keuangan. Namun, teknologi blockchain menawarkan platform yang terdesentralisasi, transparan, dan aman untuk mencatat dan memverifikasi transaksi. Dengan memanfaatkan karakteristik inherent dari blockchain seperti keandalan, keotentikan, dan transparansi, teknologi ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ada dalam sistem akuntansi tradisional. Penelitian-penelitian terkini telah menunjukkan bahwa penggunaan teknologi blockchain dalam akuntansi dapat memberikan manfaat yang signifikan.Â
A. Penerapan Blockchain Dalam Akuntansi
Konsep blockchain mula-mula diterapkan pada dunia bitcoin namun terjadi paradigma, dan konsep tersebut dapat dipergunakan ke berbagai bidang industri dimulai dari sektor keuangan hingga supply chain, sektor publik, manajemen kekayaan intelektual, dan lain sebagainya. Seperti contoh jika salah satunya dibahas lebih mendalam pada sektor keuangan umum, teknologi blockchain telah berhasil diterapkan, terutama dalam pembuatan kripto-aset seperti Bitcoin dan Ethereum. Penerapan blockchain dalam keuangan memungkinkan transfer aset digital secara cepat dan aman tanpa perantara, mengurangi biaya transaksi dan mempercepat proses pembayaran lintas batas. Terkait dengan cara kerja dalam penerapan sistem dari teknologi blockchain yakni blockchain akan membuat data dipertukarkan secara langsung di antara lebih banyak peserta dalam jaringan tanpa adanya pihak perantara. Setiap transaksi akan diberi kode dan ditambahkan ke dalam rantai transaksi yang tidak dapat diubah dan terdistribusikan ke semua buku besar (node), dan dengan demikian akan mampu mencegah perubahan rantai itu sendiri. Informasi yang berhubungan dengan setiap transaksi dicatat pada buku besar digital, kemudian salinannya disimpan secara independen oleh para peserta di dalam jaringan, serta semua catatan yang tertuang di dalam jaringan tidak dapat lagi untuk diubah, diberi cap waktu, dienkripsi, dan ditautkan satu sama lain.Â
Terkait dengan penggunaan teknologi blockchain dalam perusahaan yang mengurus bidang akuntansi akan menghasilkan sistem informasi akuntansi baru yang mencatat validasi transaksi di buku besar. Transaksi dalam blockchain tidak hanya sebagai pertukaran moneter antara dua pihak saja tetapi juga aliran data akuntansi dalam suatu perusahaan. Tentunya melalui sistem ini dapat menghasilkan laporan secara real-time dengan menyajikan informasi akuntansi secara langsung kepada pihak-pihak terkait seperti manajer, auditor, kreditor, dan pemangku kepentingan. Kontrak pintar (Smart Contracts) yang merupakan salah satu bagian dari blockchain akan mengambil tindakan sebagai kontrol (pengatur) otomatis yang mampu memantau proses akuntansi berdasarkan aturan yang telah ditetapkan. Blockchain juga dapat menggunakan analisis data dalam menemukan anomali dan informasi berguna lainnya. Dengan menggunakan sistem semacam ini, manajer,akuntan, mitra bisnis, dan investor dapat berkolaborasi secara aktif untuk memverifikasi seluruh transaksi yang telah terjadi. Sebelum teknologi blockchain dikembangkan seperti saat ini hingga dapat diterapkan dalam berbagai sektor bidang, sebenarnya pada bidang akuntansi terdapat satu sistem yang memiliki kemiripan dengan blockchain yang kita kenal saat ini dan sistem tersebut pernah dibuat melalui konsep yang bernama triple-entry oleh Yuji Ijiri karena beliau menyadari bahwa masih terdapat kelemahan dari adanya sistem double entry yang menjadi sistem sebelumnya yaitu masih digunakannya data historis atau data sebelumnya dalam memprediksi mengenai apa yang akan terjadi pada perusahaan di masa yang akan datang.
Menurut Yuji, terdapat persamaan yang baru yang diberi konsep Past = Present = Future. Â Arti dari persamaan tersebut adalah transaksi historis di masa lalu perusahaan harus mampu merepresentasikan kondisi perusahaan saat ini, begitu pula transaksi perusahaan yang diharapkan dapat memberikan data yang prediktif tentang keadaan perusahaan di masa depan sehingga dapat membantu pemangku kepentingan yang ingin berinvestasi di perusahaan tersebut. Selanjutnya sebagai hasil dari sebuah sistem akuntansi, laporan keuangan yang menerapkan penggunaan triple entry bookkeeping juga dapat mengurangi risiko penipuan atau kesalahan lainnya karena telah memvalidasi setiap pencatatan transaksi sehingga nantinya tidak terjadi bias. Saat ini teknologi blockchain di Indonesia mulai secara perlahan sudah berhasil diimplementasikan, sebagai contoh adalah penerapan di dalam e-meterai yang secara resmi diluncurkan pada 1 Oktober 2021 oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia, implementasi lainnya yaitu pada QR Code Indonesia Standard (QRIS) yang diinisiasi oleh Bank Indonesia. Bahkan BI memiliki rencana untuk menerbitkan rupiah digital atau Central Bank Digital Currency dimasa yang akan datang dalam menerapkan teknologi blockchain secara luas. Meskipun potensi teknologi blockchain dalam akuntansi dapat dikatakan baik, tetapi ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi yakni beberapa di antaranya termasuk masalah skalabilitas untuk mengatasi volume transaksi yang besar, integrasi dengan sistem akuntansi yang sudah ada, kompleksitas regulasi yang berkaitan dengan aspek kepatuhan, dan biaya implementasi yang dapat menjadi faktor penting dalam pengambilan keputusan akhir.
B. Transparansi
Salah satu metode untuk mencegah penipuan adalah membuatnya sangat sulit untuk disembunyikan, yaitu dengan meningkatkan transparansi di dalam informasi akuntansi. Blockchain menawarkan transparansi kepada semua pengguna, menggunakan buku besar terdistribusi yang terdapat di semua node atau partisipan dalam jaringan. Ini berarti setiap pihak yang terlibat dapat mengakses dan melihat catatan transaksi secara real-time, ini mengurangi risiko manipulasi data dan memberikan transparansi terhadap aktivitas keuangan. Kontrak pintar (Smart Contracts) adalah salah satu karakteristik blockchain yang dapat bermanfaat jika diterapkan perusahaan, semua pihak yang terlibat dapat melihat dan memahami persyaratan kontrak secara langsung, mengurangi ketidakpastian dan meningkatkan transparansi. Blockchain menyimpan informasi mengenai asal usul setiap transaksi, dapat melihat persetujuan transaksi, melacak sumber dana serta pergerakannya dimana dapat diakses oleh pihak yang diberi wewenang dan ini akan meningkatkan transparasi dalam setiap jenis transaksi.
C. Keamanan
Penggunaan sistem blockchain dapat mengelola identitas dan izin akses yang dimana hanya pihak yang diberi wewenang saja yang dapat mengakses informasi tertentu dalam blockchain. Untuk itu dalam mengamankan data akses blockchain menggunakan Teknik kriptografidima, maka setiap transaksi dienkripsi dengan menggunakan kunci yang kuat dimana hanya pihak berwenang yang dapat mengakses dan memahaminya. Setiap blok yang ditambahkan ke blockchain sangat sulit untuk diubah atau dipermainkan, maka dengan demikian transaksi yang telah dicatat tidak dapat dimanipulasi secara sembarang oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, begitupun dengan Smart Contracts yang dijalankan dengan peraturan yang telah ditentukan dan otomatis sehingga serta adanya buku besar yang dapat diakses secara real time untuk dapat mengenali aktivitas yang mencurigakan sehingga potensi ancaman keamanan dapat ditanggapi dengan cepat dan akurat.
D. Efisiensi