Mohon tunggu...
Patricio
Patricio Mohon Tunggu... Administrasi - Pengamat

pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menilik Gagasan PR, Generasi Alpha, dan Kurikulum Merdeka

9 November 2022   19:21 Diperbarui: 13 November 2022   18:30 1112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi generasi alpha. (sumber gambar via kompas.com)

PR, PR, dan PR dalam pikiran kita sesuatu yang harus dikerjakan di rumah atau bahkan keteledoran beberapa jam sebelum dikumpulkan, paradigma PR ini merupakan sesuatu yang lazim bagi pola pembelajaran peserta didik jenjang dasar dan menengah di Indonesia.

Jika kita melihat peserta didik 2022 usia SD kelas I-VI saat ini rata-rata merupakan kelahiran 2009-2016 yang  merupakan generasi alpha.

Pada generasi tersebut, pendidiknya atau dengan bahasa lain bapak/ibu gurunya berasal  lintas generasi mulai masih adanya baby boomers, generasi X, Milenial, Generasi Z, saya kira pembaca menyimpulkan sendiri bagaimana perbedaan actionnya. 

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi berdasarkan berbagai hasil evaluasi pembelajaran baik bottom up maupun top down.

Semua itu berusaha mencari suatu sistem pembelajaran yang mampu menjawab salah satu tantangan pembelajaran abad 21 salah satunya yang kita bicarakan di atas yakni perbedaan generasi pendidik dan peserta didik. 

Kurikulum merdeka mempunyai impian yang sangat luas dan beragam ( silakan mendalami episode-episodenya) hal tersebut sekiranya dapat diwujudkan.

Jika kemerdekaan dalam kerangka belajar dan mengajar berjalan secara optimal oleh iklim satuan pendidikan (pendidik, tenaga kependidikan, peserta didik dan masyarakat).

Kita diajak melihat secara luas dari penerapan model pembelajaran, kurikulum merdeka mengamanatkan salah satunya yakni Model Pembelajaran Project Based Learning, belajar mengajar dengan mengadakan sebuah proyek (bukan proyek jalan tol yah), project disini dimaksudkan sebagai bentuk pembelajaran yang bersinggungan langsung dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara. 

Contoh salah satu kelas PPKn berbicara mengenai Lembaga Negara, iklim pembelajaran dituntut tidak hanya sebatas membahas tupoksi DPR dari segi apa yang ada pada kertas-kertas pada buku teks siswa.

Namun, lebih dari itu peserta didik diberikan project bagaimana dirinya seolah-olah melakukan proses mendapatkan dukungan konstituen terus berlanjut hingga berhasil dipilih dan melakukan sidang, rapat kerja, reses wilayah dan lain-lain yang merupakan bagian dari tupoksi wakil rakyat secara terhormat.

Proses untuk dapat menjalanakan seolah-olah sebagai anggota dpr tersebut tidaklah dapat dijalankan guru sendiri tanpa siswa begitu juga siswa tanpa siswa lain, inilah melahirkan team work, nilai kerja sama dan kebersamaan dalam mencapai sesuatu dibangun dari sini, 

Itu semua untuk mempersipakan suasana sebagai anggota dpr, siswa setidaknya memputuhkan bahan kerja yang harus dibuat oleh beberapa siswa.

Di sinilah peserta didik diberikan pembelajaran diferensiasi dimana pada item apa yang cocok dilakukan peserta didik tersebut, hingga terbentuk apa yang dibutuhkan.

Pembelajaran project seperti diatas membutuhkan waktu persiapan yang tidak singkat, disinilah muncul peran PR yang baru, PR diberikan kepada peserta didik secara terdiferensiasi/

Artinya, dalam mempersiapkan suatu bahan pembelajaran peserta didik yang terampil melakukan editing audio visual dinilai dari pekerjaannya.

Dalam bidang audio visual, peserta didik yang terampil dalam berorasi sebagai anggota dpr diberikan evaluasi sesuai kecakapannya tersebut tanpa memakasakan kemampuan sehingga membuat peserta didik tertekan dan apa yang dilakukannya asal-asalan. 

Perlu pemahaman guru dalam menerapkan PR yang terdiferensiasi, sepantau saya di perguruan tinggi dan beberapa sekolah sudah menerapakan pembelajaran yang terdiferensiasi tersebut. 

Menjadi pertanyaan lalu bagaimana nasib lulusan tersebut apakah hanya tahu satu bidang saja,  tidak seperti kurikulum dahulu yang mana orang Indonesia terkenal multitasking dalam segala bidang..., hemat penulis pembelajaran kurikulum merdeka bagi generasi alpha dengan pemberlakukan PR modern ini, diatur sedemikian rupa.

Kerjasama dan diskusi dari berbagai arah dapat menguatkan kompetensi antara peserta didik dari apa yang dikerjakan/dihasilkan sehingga pembelajaran yang dirancang dapat mengasah kemapunan khusus/bakat dan menetapkan standar kecakapan umum sebagai Pelajar Pancasila dan percayalah atas bantuan Tuhan YME.

Peserta didik sebagai generasi penerus negara bangsa Indonesia dapat terus berselancar di kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menyongsong generasi emas 2045. Salam

Penulis: Patricio,S.Pd.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun