Namun semenjak kepergianmu, hidupku terasa hampa. Saat terakhirku denganmu, kau pernah bilang kepadaku untuk mencari penggantimu bilamana kau telah tiada. Ingin aku mencari penggantimu. Ingin aku untuk merasakan kembali adanya seseorang yang dapat menemani hidupku. Namun, aku tak bisa. Aku tak akan pernah bisa menggantikan dirimu karena setiap kali aku kembali merasakan cinta, bayangmu selalu hadir kembali di dalam pikiranku
      Waktu itu, tepatnya pada tanggal 14 Juli 2015 merupakan acara reunian teman-teman kuliah kita waktu dulu. Saat itu, aku terbakar api cemburu ketika aku melihat dirimu bersama laki-laki lain yang tak lain adalah mantanmu saat dulu kau masih kuliah. Awalnya aku merasa biasa-biasa saja ketika kau bersama dengannya. Namun, hatiku sangat sakit ketika lelaki itu memberikanmu seikat bunga tulip merah kesukaanmu dan mencium tanganmu. Tanpa pikir panjang aku langsung menarikmu dan membawamu pulang ke rumah.
      "Jean!! Apa yang kamu lakukan tadi bersama dengan Nathan?!" tanyaku dengan nada tinggi setibanya kami di rumah.
      "Mas, tunggu dulu. Dengarkan penjelasanku. Tadi apa yang kamu lihat bukanlah apa yang ada di pikiranmu saat ini. Jadi aku mohon, tenangkan pikiranmu dulu mas" jawab Jean yang saat itu ketakutan melihat perilakuku.
      "Lalu apa?! Hah?! Aku tadi melihat dengan kepala mataku sendiri dia memberikan seikat bunga kesukaaanmu dan mencium tanganmu. Itu adalah bukti yang cukup untuk menjelaskan perasaan Nathan terhadapmu"
      "Mas! Apa yang kamu pikirkan itu salah. Itu semua bukanlah suatu kenyataan yang terjadi. Biarkanlah aku untuk menjelaskannya"
      " Tak usah kau jelaskan apapun lagi terhadapku. Sekarang, kamu hanya perlu duduk manis disini dan jangan pergi kemana-mana. Biarkan aku selesaikan urusanku!" kataku kepada Jean sembari mengambil pistol peninggalan ayahku dan pergi meninggalkannya sendirian di rumah.
      Aku kemudian kembali ke acara reunian yang terletak di daerah Senayan. Aku berjalan penuh dengan api yang berkobar begitu besar di dalam dadaku untuk mencari Nathan. Tak perlu waktu lama aku mencari batang hidungnya karena begitu aku melangkahkan kakiku sedikit dari pintu gedung tempat acara reunian, aku telah bisa menemukan Nathan sedang duduk sembari memegang jus jambu di tangan kanannya. Aku lalu menghampiri Nathan dan kulihat dia berdiri ketika aku datang menghampirinya.
      "Hei, James. Bagaimana kabarmu selama ini?" sambutnya penuh hangat dengan kedua tangannya yang siap untuk memelukku.
      Aku kemudian mengeluarkan pistolku dan langsung menembakkan pistolku tepat di dada Nathan. Tubuh Nathan kemudian jatuh kebelakang mengenai tempat duduk yang berada di belakangnya. Suara tembakan yang dikeluarkan oleh pistolku membuat seluruh isi ruangan panik dan berlari menjauhiku. Aku membuang pistolku dan bergegas untuk lari mengikuti arah kerumunan untuk membaur dengan keadaan. Untung saja saat melakukan aksiku, aku menggunakan sarung tangan kulitku dan aku rasa tidak ada yang melihat wajahku. Jadi aku masih bisa kabur dari tempat kejadian dengan mudah.
      Sesampainya aku di rumah, aku bergegas menemui Jean. Aku memanggil namanya berkali-kali, namun tak ada respon apapun. Aku kemudian berjalan menuju kamarku dan Jean yang berada di lantai dua. Ketika aku hendak membuka pintu, ternyata pintu kamarku terkuci dari dalam.