"Mbah. Apakah aku boleh menanyakan sesuatu hal?" Tanya Fido agak gugup
"Tanyakanlah. Kau ingin bertanya apalagi kepadaku?"
"Tetapi aku takut apabila nanti Mbah tidak menyukai pertanyaanku. Aku takut bila nanti Mbah memarahiku"
"Hahahaha. Kau ini, belum saja kau bertanya sudah mempunyai pikiran yang negatif saja. Tak apa-apa, tanyakanlah sesuka hatimu"
"Baiklah. Mbah, mmm. Pantaskah..."
"Pantaskah kenapa?"
"Pantaskah kita merdeka sekarang ini, Mbah?"
Kali ini pertanyaan Fido membuat Mbah Jalu terdiam seribu bahasa. Mbah Jalu yang semula menunjukkan senyumnya kini hilang begitu saja terhapus dari raut mukanya yang sekarang telah berganti dengan wajah penuh dengan amarah bercampur dengan kesedihan. Nafasnya kini mulai tidak beraturan dikarenakan perasaannya yang telah campur aduk. Ia sangat kaget atas pertanyaan yang dilontarkan oleh Fido kepadanya. Ia seolah tidak percaya bocah seumuran Fido yang saat ini berada di bangku SMP bertanya seperti itu.
Fido yang melihat ekspresi Mbah Jalu yang mulai berubah 180 derajat langsung menundukkan kepalanya karena takut bertatapan muka dengan Mbah Jalu. Ia menyadari akan pertanyaannya yang sangat menyinggung hati Mbah Jalu. Tetapi, ia sangat ingin menanyakan hal itu dikarenakan rasa penasarannya yang tinggi akan kemerdekaan yang selama ini diperoleh Bangsa Indonesia apakah masih pantas untuk disebut sebagai bangsa yang merdeka mengingat masih banyaknya korupsi dan hukum yang tidak adil bagi rakyat kecil.
"Kau menanyakan pantaskah kita merdeka?! Apa itu yang ingin kau tanyakan kepadaku setelah semua perjuangan yang Mbah dan para pejuang-pejuang lainnya lakukan terhadap bangsa ini?! Siapa yang mengajarimu berkata seperti itu?! Dan kenapa dengan beraninya kau menanyakan hal seperti itu! Kita sudah MERDEKA. KITA SUDAH MERDEKA, FIDO! Janganlah kau pertanyakan lagi kebenaran kemerdekaan bangsa kita ini!" seru Mbah Jalu penuh dengan amarah yang bergejolak di hatinya.
"Tapi mengapa kita masih tidak merasakan kebebasan, Mbah? Mengapa kita selalu tertindas oleh kekejaman penguasa bangsa ini, Mbah? Bukankah kalau kita merdeka kita dapat merasakan kebebasan yang hakiki, tetapi yang kita dapatkan kini hanyalah sebuah keterpaksaan untuk hidup di bangsa ini Mbah. Apakah itu pantas disebut sebagai kemerdekaan?" jawab Fido gemetar