Mohon tunggu...
Muhammad Darojatun Wicaksono
Muhammad Darojatun Wicaksono Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Manajemen Universitas Airlangga

Interested in high tech machine, politics and global economics

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Apakah Elektrifikasi Kendaraan Bermotor Signifikan Mengurangi Emisi Karbon Dioksida?

9 Juni 2022   05:00 Diperbarui: 9 Juni 2022   05:17 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, pembiasaan di masyarakat untuk menggunakan kendaraan ramah lingkungan juga dapat diberikan melalui suguhan hiburan yang ditenagai dari energi hijau, seperti balap mobil listrik yang baru saja diselenggarakan di Jakarta yaitu Formula E. 

Menonton ajang balap kendaraan listrik dengan kendaraan konvensional tentu memiliki perbedaan. Mulai dari sensasi mendengar deru mesinnya, kecepatan pergerakan kendaraan balap, dan lain-lain. Namun justru apabila inilah yang harus disuguhkan agar lama kelamaan masyarakat dapat terbiasa dengan sebuah kendaraan modern yang ramah lingkungan.

Upaya untuk mengurangi pemanasan global akibat tingginya konsentrasi gas CO2 di atmosfer merupakan suatu hal yang penting. Hal ini karena keberlangsungan kehidupan di bumi memerlukan kondisi lingkungan termasuk suhu yang stabil. Bahan bakar fosil dan kegiatan industri merupakan penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di bumi saat ini. 

Gabungan kedua sektor tersebut menyumbang emisi gas rumah kaca berupa gas karbon dioksida sebanyak 65% (United States Environmental Protection Agency, 2022). Oleh karena itu, elektrifikasi kendaraan bermotor merupakan salah satu solusi yang mampu memberikan dampak yang besar. 

Namun, elektrifikasi kendaraan bermotor tersebut tidak akan dapat memberikan dampak yang signifikan apabila sumber energi yang digunakan untuk mengisi daya baterai kendaraan listrik masih diperoleh dari pembangkit-pembangkit berenergi fosil. 

Apabila mayoritas pembangkit tersebut masih menggunakan energi fosil, maka, solusi elektrifikasi kendaraan bermotor hanya akan menyebabkan perpindahan sumber emisi dari kendaraan konvensional menuju pembangkit listrik tersebut. 

Perlu adanya kesadaran dari seluruh pihak yang berwenang agar tidak hanya mempertimbangkan aspek ekonomis dalam produksi energi listrik, namun, aspek lingkungannya juga harus diperhatikan dengan serius. Hambatan dalam proses elektrifikasi kendaraan bermotor salah satunya adalah tingginya biaya akuisisi sebuah kendaraan listrik. 

Perlu adanya sosialisasi dan pemberian insentif dari pemerintah agar masyarakat dapat lebih mudah untuk mengakses kendaraan yang ramah lingkungan. Upaya pembiasaan yang dapat dilakukan di masyarakat agar terbiasa dengan kendaraan yang ramah lingkungan yaitu melalui suguhan hiburan yang ditenagai dari energi hijau, seperti balap mobil listrik. 

Dengan adanya hiburan semacam ini lama-kelamaan masyarakat dapat terbiasa dengan sebuah kendaraan modern yang ramah lingkungan. 

Upaya untuk mengurangi pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas CO2 tidak dapat dilakukan dengan hanya melalui 1 sisi saja. Upaya pemanfaatan energi hijau harus diterapkan dari hulu ke hilir agar dapat menghasilkan dampak yang signifikan.

*Asumsi 1 kemasan mi instan memiliki berat bersih 75 gram
**Menggunakan harga BBM Pertamax Rp12.500/liter dan rata rata konsumsi BBM 10 km/liter
***Menggunakan harga listrik Rp1.700/KWH dan rata rata konsumsi listrik 5 km/KWH

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun