“Sudah! Kalau kamu tidak terima sana lapor polisi. Besok kamu cari becak lain saja. Tidak perlu bawa becakku lagi. Banyak yang mau bawa selain kamu.”
Benar, ia kehilangan pekerjaannya. Bapaknya Wanto undur diri dengan sopan. Dia tidak masalah kehilangan pekerjaan, dia juga tidak mau menuntut Abah Soleh. Karena Abah Soleh tidak sekedar majikan, tapi juga guru yang ditunggu sawab berkahnya. Bapaknya Wanto masuk ke dalam hujan, dia melewati tikungan Pasar Kliwon dan menuju pulang. Di tengah jalan, ketemu Ismail, anak mantan majikannya. Ismail minta maaf, kalau sebenarnya dirinya yang salah. Ismail yang mengajak Wanto bermain becak-becakan.
Bapaknya Wanto ingat inti pengajian beberapa waktu lalu. Muslim itu memaafkan kesalahan sesama muslim dan diantara muslim saling berkasih sayang. Karenanya dia memaafkan Ismail dengan ringan. Dia juga meminta doa pada Ismail semoga Wanto lekas sembuh. Bapaknya Wanto berlalu dengan membawa senyuman, menghadapi hidupnya sebagai buruh yang tercampakkan.
Banjarnegara, 10 November 2013
*) [Program Parallel Events Bienalle Jogja XII dengan tema “Arabian Pasar Kliwon” project Kelompok seni Deka-exi(s) yang di selenggarakan di Situs Kandang Menjangan Krapyak,Yogyakarta pada tanggal 17 – 30 November 2013.]