Mohon tunggu...
M.D. Atmaja
M.D. Atmaja Mohon Tunggu... lainnya -

Teguh untuk terus menabur dan menuai. Petani.\r\n\r\neMail: md.atmaja@yahoo.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Di Atas tandu Langitan, Jalan Cinta Penyair I

10 Maret 2011   14:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 599
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aspek renungan mengenai “sangkan paraning dumadi” secara tidak langsung mengarahkan perhatian manusia kepada Tuhan Semesta Alam yang dalam puisi ini tersimbolkan ke dalam kalimat “sebilah keris baja hitam”. Sebilah keris yang digunakan simbol atas penyatuan manusia dan Tuhan “keris memasuki sarung dan sarung memasuki keris (curiga manjing warangka dan warangka manjing curiga)” (Magnis-Suseno, 1985: 121). Penyatuan fokus manusia ini sebagai kemanunggalan tujuan ketika manusia sudah memahami kesadaran alur, bahwa manusia akan kembali pada Tuhan Semesta Alam dan selanjutnya menempuhkan laku hanya untuk menuju pada-Nya.

Kemanunggalan tujuan yang saya maksudkan adalah keinginan manusia yang didasari oleh kesadaran untuk menuju secara sadar pada hakekat asal-usul. Ini menjadi titik fokus perhatian bagi manusia (penyair) dalam menjalankan kehidupannya (atau berkarya) hanya sebagai usaha untuk mencapai kesempurnaan laku dan kesempurnaan kematian. Karena itu lah, manusia (penyair) yang telah memahami alur kehidupannya akan mencapai apa yang namanya “purnanya tirakat dalam rahim malam” yang mana waktu sebagai ruang antara dirinya dan Tuhan.

Pemahaman akan alur kehidupan ini, yang oleh penyair digunakan sebagai landasan dalam proses penciptaan karya. Seni sastra yang dihasilkan ditujukan sebagai ibadah kepada Tuhan Semesta Alam, yang senada dengan pendapat Akiya Yutaka (Abdul Hadi W.M., 2004: 5) bahwa “doa, cinta, serta sembahyang sangat penting dalam penciptaan puisi”. Sehingga, puisi dan karya sastra yang lain tidak hanya sebagai luapan perasaan tanpa makna, akantetapi lebih sebagai ungkapan cinta dari penyair kepada Tuhan dalam rangka sembah-Hyang.

Karena itu, melalui karya yang dihasilkan seorang penyair, kita bisa menemukan berbagai aspek religi yang tersimbolkan ke dalam bahasa, yang mana seperti:
; dalam kesunyian terbuka sendiri, lembaran kalbu terlepas hitunganmu,
di sini masih bersimpan jejak silang ia tempuh (VIII : LXXXII) (Kitab Para Malaikat, 2007: 48)
Penggambaran yang terjadi pada bait ini membawa kita pada pemahaman yang lain, yaitu mengenai kebenaran akan dosa dan ibadah. Manusia yang melakukan sesuatu, entah sebagai doa, dosa, atau ibadah yang dijalankan terlepas dari kebenaran yang dimiliki manusia lain. Setiap orang memiliki posisi yang sama, yaitu sebagai pelaksana dari apa yang dia kehendaki. Dan manusia tidak bisa saling menentukan, apakah manusia yang satu sebagai manusia yang baik atau tidak. Yang dalam konsep ini adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan laku manusia dalam menjalankan kegiatan peribadatan.

“Lembaran kambu terlepas hitunganmu” yang mana memberikan pengetahuan, bahkan dengan diri sendiri, manusia tidak bisa menghitung-hitung apakah perbuatannya sebagai amal bakti atau tidak. Sebab, dalam khasanah ini dipercayai, hanya Tuhan Semesta Allam yang memiliki hak penuh untuk menghitung, hak untuk melihat dan menilai setiap “jejak silang” yang “ia tempuh”.

PENYAIR SEORANG PELAJAR

Hakekat dari pendidikan adalah mengajarkan sesuatu yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain dengan tujuan melakukan transfer pemahaman (ilmu pengetahuan). Akantetapi, seorang pelajar tidak lantas musti berada di sekolah-sekolah yang menawarkan berbagai teori impor maupun lokal yang kelak memperoleh sertifikat untuk mengesahkan bahwa seorang pelajar telah menempuh ilmu ini dan ilmu itu.

Pendidikan itu sendiri, menurut George F. Kneller (Sumitro, 1998: 16) memiliki dua cakupan, yaitu pendidikan dalam arti luas dan teknis. Pendidikan dalam arti luas, sebagai pengalaman yang memiliki pengaruh, yang berhubungan dengan perkembangan jiwa (mind), watak (character) dan kemampuan fisik (physical ability). Oleh karena itu, pendidikan dapat dilakukan oleh alam dan lingkungan melalui berbagai fenomena yang ditangkap seorang pelajar. Melalui kegiatan pendidikan inilah, pelajar mampu merekontruksi dan mengorganisasi pengalaman yang menambah pengetahuan untuk mengarahkan ke pengalaman selanjutnya (Dewey dalam Sumitro, 1998: 17).

Di keseharian hidup seorang penyair yang melihat alur kehidupan masyarakat, yang “berdiri dan bersaksi di pinggir” (Linus Suryadi dalam Suminto, 2002: 6) maka seorang penyair terus berperan sebagai pelajar. Penyair berguru dari pengalaman dunia (kehidupan) yang didapat secara langsung maupun tidak langsung. Pengalaman yang didapat secara tidak langsung adalah pengalaman yang diperoleh melalui buku, sedangkan pengalaman langsung sebagai hasil interaksinya dengan dunia (isi alam semesta).

Penyair sebagai seorang pelajar, ketika menemukan suatu fenomena yang akan menjadi bahan renungan di dalam berkarya. Fenomena di dunia realitas inilah yang akan mempengaruhi penyair di dalam proses penciptaan karya seperti yang diungkapkan Shcoles (Junus, 1983: 3) bahwa orang tidak mungkin melihat realitas tanpa interpretasi pribadi, dan tidak mungkin berimajinasi tanpa pengetahuan suatu realitas. Karenanya, sastra sebagai karya seni yang merupakan ekspresi kehidupan manusia (Fananie, 2000: 132).

Penyair yang bertemu dengan realitas yang menyentuh kalbunya, akan membawa fenomena itu masuk ke dalam renungan. Fenomena yang terjadi sebagai bahan yang mana, penyair saat itu berperan sebagai pelajar dalam menghadapi suatu masalah. Penyair mempercakapkan fenomena yang dilihat dengan dirinya sendiri, mencari berbagai kemungkinan atas penyelesaian atau persoalan lain yang mungkin mendasari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun