Mohon tunggu...
M.D. Atmaja
M.D. Atmaja Mohon Tunggu... lainnya -

Teguh untuk terus menabur dan menuai. Petani.\r\n\r\neMail: md.atmaja@yahoo.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Noumenus (Babak 14)

23 Januari 2010   01:08 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:19 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku masih tidak mengerti kenapa sikap Mas Hartanto begitu dingin dengan perempuan yang semalam." Tanya Eko dengan suara pelan.

"Itu pertanyaan, apa penilaian kamu?"

"Keduanya, Mas."

"Aku sendiri juga tidak tahu. Mungkin, karena tidak ada kecocokan atau merasa tidak cocok saja."

"Dia cantik, Mas. Kesempatan baik tidak akan datang dua kali. Kenapa tidak mencoba untuk cocok. Cinta itu akan datang bersamaan dengan waktu, tumbuh seperti tanaman, seperti bibit yang kita tanam."

"Aku tidak bisa mencocokkan sesuatu yang tidak cocok. Coba, cincin di jarimu kamu lepas dan kamu masukkan ke ibu jari, rasanya bagaimana, sakit. Mencocokkan sesuatu yang sebenarnya bukan tempatnya itu rasanya sakit."

"Mas Har memberikan contoh yang sama sekali tidak berhubungan. Cinta itu tidak akan lahir dalam waktu yang singkat. Tapi hasil dari proses interaksi manusia dengan manusia lainnya."

"Kamu terdengar seperti dosen pengantar ilmu Sosiologi,"

"Serius, Mas. Cinta tumbuh seiring dengan proses interaksi itu. Seiring dengan waktu yang berjalan, cinta itu akan tumbuh. Seperti ungkapan lama, tresno jalaran soko kulino. Proses lahirnya cinta seperti proses lahirnya kehidupan, berawal dari hal kecil menjadi besar dan akhirnya menjadi cinta yang indah. Aku sendiri merasakannya, Mas."

"Aku sendiri sudah mengenalnya sekitar lima tahun ini. Tapi tetap saja tidak ada cinta yang tumbuh dalam waktu lima tahun itu."

"Karena Mas tidak pernah mencobanya," sahut Eko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun