Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

PR: Beban atau Uji Kemandirian?

20 Oktober 2017   14:47 Diperbarui: 20 Oktober 2017   15:41 979
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemdikbud pasti sudah mempunyai standar untuk penyusunan soal, apalagi untuk ujian akhir. Para penyusun tentu sudah paham betul kaidah menyusun dan mengujicoba soal sehingga menjadi materi ujian yang layak dan siap untuk dijadikan dasar penilaian kemampuan siswa. Hal ini dulu aku pelajari untuk pembuatan alat tes saat kuliah. Jadi, setidaknya alat tes/ ujian itu sudah diujicoba sehingga didapatkan soal-soal yang berkualitas. Mudah-mudahan, contoh soal yang kubahas diatas, tidak muncul lagi saat ujian mendatang. Masih ingat kan, bahwa ujian ini nantinya harus bisa mengukur kemampuan anak, bukan menguji ala tebak-tebakan, mungkin jawaban benarnya ini itu. Soal-soal yang disajikan harusnya menguji materi yang telah diajarkan dan menguji kompetensi siswa. Tentu saja, penulisan soal-soal harus menggunakan kata yang dimengerti siswa, bukan kata-kata yang tidak dipahami karena memang tidak di konteks waktu yang tepat. Bagaimana bisa kita menanyakan sesuatu yang belum anak-anak ketahui?

Ini kerisauan mendalam seorang ibu, bukan mau menjelek-jelekan pihak manapun. Aku paham sekali, pendidikan anak tak bisa kuserahkan pada pihak sekolah saja, melainkan porsi besar bagi kami orang tua. Sehingga proses belajar juga kami lakukan dirumah, salah satunya dengan menganalisa soal dan mendiskusikan dengan anak-anak. Anak-anak bisa lho menganalisa soal yang disajikan itu oke apa tidak.  

Mengutip strategi belajar ala Finland, disana pun anak-anak punya PR lho, para siswa bukan bebas tugas, tak membuat PR. Perbedaannya, para siswa mendapat tugas pekerjaan rumah dengan jumlah (yang relatif) sedikit tapi untuk dikerjakan dalam jangka waktu tertentu. Bukannya borongan seperti Tole, dalam 1 hari dapat 150 nomor! Dan selain itu, tugas-tugas yang diberikan biasanya mudah, sehingga para siswa dapat mengerjakannya tanpa bantuan orang tua. Nah, inilah maksud pemberian PR di Finland, anak terbiasa mengerjakan tugasnya, sesuai dengan kemampuannya.

Siap ujian ya Tole, Nduk, kita pelajari soal-soal yang ada, sambil berharap bahwa penyusun soal-soal menggunakan seluruh kemampuannya untuk menyajikan materi ujian yang valid dan reliabel. Selamat mempersiapkan diri, belajar itu proses yang terus menerus. Jangan jadikan PR dan ujian sebagai beban, mari kita jadikan semua itu sebagai Uji Kemandirian.

Luv u full,

Beti.MC

#janganlupabahagia

#teachlikefinland

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun