Mohon tunggu...
Markus Budiraharjo
Markus Budiraharjo Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

mengajar di Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sejak 1999.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Main Kroni-kronian

20 Juni 2014   04:42 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:03 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kroniisme! Mungkin itu label yang layak disematkan pada dada sebelah kiri saya. Apa pasal? Di tempat ini, saya mencoba merekrut seorang penulis, yang bisa mengisi lapak di Kompasiana ini. Disebut main kroni-kronian, karena tulisan yang dipajang di sini tidak lain dan tidak bukan adalah karya anak sendiri. Mohon dipahami bahwa ini bukan plagiarisme, karena di sini saya mengakui bahwa tulisan ini bukan hasil tulisan saya. Sama sekali bukan. Ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya. Kalau di sana-sini berlepotan kesalahan, tentu sidang pembaca layak untuk memberi maaf. Apa yang dihadirkan di sini murni merupakan buah karya anak bernama pena Damian. Semoga bisa dinikmati.

*****

Kerajaan TingTong (Seri 2)

Setelah kasus Tania dan Dodi selesai, Kerajaan TingTong lebih jaya lagi. Apalagi, ketika Ting diangkat menjadi Putri kerajaan, dan Tong menjadi Pangeran kerajaan. Walaupun begitu, bukan berarti kerajaan TingTong tidak pernah tidak dihinggapi masalah lagi. Ketika Raja TingTong sudah tua, maka akan terjadi pemindahan kekuasaan. Dan inilah masalah utama. Putri Ting anak perempuan, tetapi juga anak sulung. Pangeran Tong anak laki-laki, yang sudah pantas menjadi raja, tetapi dia anak bungsu.

Padahal, menurut aturan, anak sulunglah yang harus mewarisi kekuasaan raja. Dan, anak sulung itu harus laki-laki. Karena jika anak perempuan, maka tidak diperbolehkan untuk menjadi raja. Nah, pilihannya adalah : Pangeran Tong menjadi raja, atau Putri Ting menjadi ratu, tetapi rajanya dari kerajaan lain. Ini merupakan dua pilihan yang sulit. Raja TingTong dilema dalam memilihnya.

Suatu hari, ketika ada sayembara diadakan di Kerajaan Esanta. Kerajaan Esanta ini termasuk temannya Kerajaan TingTong. Sayembara ini dilakukan agar Putri Esanta dinikahkan dengan orang yang pantas. Nah, karena tertarik dengan sayembara ini, Pangeran Tong dengan segera berangkat ke Kerajaan Esanta. Sampai sana, sudah ada tiga pangeran yang sampai. Tiga pangeran itu masing-masing bernama: Pangeran Tertan, Pangeran Talata, dan Pangeran Listra. Ketiga pangeran itu memiliki kekuatan yang hebat. Pangeran Tertan, kekuatan api, Pangeran Talata, kekuatan Tanah, Pangeran Listra, kekuatan Listrik. Nah, Pangeran Tong juga mempunyai kekuatan tersendiri.

Dia segan untuk memberitahunya. Setelah ditunggu-tunggu, ternyata tidak ada lagi pangeran yang datang. Pangeran Tertan, Pangeran Talata, Pangeran Listra, dan Pangeran Tong harus memenuhi syarat-syarat yang diajukan. Syarat agar para pangeran menang dan menikahi Putri Esanta adalah :

1. Keempat Pangeran itu harus mengalahkan raksasa yang kabarnya terkenal senang mengganggu di daerah Kerajaan Esanta. Raksasa itu bernama Rahtama.

2. Keempat Pangeran itu harus mampu memanah hingga kena satu Burung Pipit yang senang terbang di atas Kerajaan Esanta Setelah mendengar syarat-syarat itu, Pangeran Tertan, Pangeran Talata, Pangeran Listra mengganggap remeh semua syarat itu.

Sementara Pangeran Tong sangat menyimak dan tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menikahi Putri Esanta. Keempat pangeran itu dengan segera pergi bersama-sama ke Desa Esanta. Tiba di sana, pangeran diberi kesempatan secara bergiliran. Pangeran Tertan adalah pangeran yang datang paling pertama, karena itu Pangeran Tertan yang paling pertama mendapatkan giliran. Menurutnya, ada suatu stadion, yang ada dua bagian. Satu untuk Rahtama, satu untuk pangeran yang ingin melawan.

Ternyata semua dugaan itu salah. Raksasa ini muncul secara tidak diduga-duga. Maka, susah sekali menangkap raksasa ini dan membunuhnya. Maka karena itu, Rahtama belum pernah ditangkap, karena belum pernah ada yang bisa menangkap dan membunuh Rahtama. Nah, Pangeran Tertan menggunakan kekuatan api untuk memusnahkan si Rahtama. Menurut dia, si Rahtama ini akan muncul di depannya dan dengan segera melawan Pangeran Tertan. Tetapi, dugaan itu salah.

Tanpa disadari Pangeran Tertan, ternyata Rahtama menggunakan strategi menyerang dari belakang. Ketika Rahtama menyerang dari belakang, Pangeran Tertan langsung mengeluarkan senjata andalannya, yaitu senjata api. Tetapi terlambat. Rahtama langsung menyerang Pangeran Tertan. Belum sempat melindungi diri, Pangeran Tertan langsung diserang angin topan. Pangeran Tertan langsung terpental sangat jauh. Pangeran Tertan kalah. Giliran Pangeran Talata. Pangeran Talata ini mempunyai kecerdasan dan kesombongan yang tinggi. Maka tidak heran, bahwa ia tahu Rahtama menyerang dari belakang. Tetapi, ketika bersiap-siap untuk diserang dari belakang, muncul lah Rahtama dari samping kanan.

Pangeran Talata bingung. ‘Kenapa ini bisa terjadi? Padahal tadi Pangeran Tertan diserang dari belakang.’ Dengan segera, Pangeran Talata mengeluarkan kekuatannya. Tetapi karena bingung dan tidak konsentrasi, maka Rahtama mengeluarkan senjata andalannya. Senjata itu adalah air. Dengan segera, kekuatan Pangeran Talata, yaitu tanah, menjadi lembek. Dan, karena kekuatannya sudah lembek, maka kekuatan itu sudah tidak bisa digunakan lagi. Dengan segera, Rahtama menggunakan kekuatan angin topan untuk mengalahkan Pangeran Talata. Giliran Pangeran Listra. Pangeran Listra ini merasa dirinya yang paling hebat, karena Pangeran Listra mempunyai kekuatan yang belum pernah dikalahkan oleh senjata apapun. Sebelum pergi, Rahtama sudah disetrum oleh Pangeran Listra. Rahtama akhirnya pingsan.

Tetapi, tanpa diduga-duga, Rahtama langsung bangun, dan mengeluarkan api. Pangeran Listra langsung mengeluarkan listrik. Tetapi, api itu menang. Listrik kalah. Akhirnya, Pangeran Listra kalah. Sekarang giliran Pangeran Tong. Seperti biasa, Rahtama menghilang sebelum dilawan. Pangeran Tong tahu, Rahtama akan muncul dari mana. Dia bergumam, ‘Rahtama pasti akan muncul di sebelah kiriku. Benar saja gumanan itu. Rahtama langsung muncul di sebelah kiri Pangeran Tong, dan sebelum Pangeran Tong menyerang, Rahtama sudah menyerang. Ketika diserang, Pangeran Tong tidak luka.

Ternyata, kekuatannya adalah perlindungan diri, kehebatan akan bisa melihat masa depan dan mengubahnya, dan angin. Ketika semua kekuatan yang paling hebat sudah dikeluarkan, Rahtama akhirnya terhuyung-huyung dan mati. Putri Esanta terkagum-kagum atas kemenangan Pangeran Tong. Syarat kedua mulai dilaksanakan. Para pangeran kembali ke Kerajaan Esanta untuk menyelesaikan syarat-syarat yang diajukan. Pangeran Tertan, Pangeran Talata, Pangeran Listra, dan Pangeran Tong bersiap memegang busur. Panahnya? Panahnya terbentuk dari kekuatan masing-masing. Seperti biasa, Pangeran Tertanlah yang diberi kesempatan terlebih dahulu. Dengan anggunnya, busur itu dipegang di atas kepalanya. Lalu, ketika menarik tali busur, terbentuklah panah dengan sinar merah di sekelilingnya.

Dengan segera, panah itu dilepaskan dari tali busurnya. Pangeran Tertan mengira, panah itu akan berlumuran darah Burung Pipit. Tetapi dugaannya salah. Panah itu tidak mengenai Burung Pipit. Panah itu tersangkut di pohon. Dalam sepersekian detik, pohon itu terbakar menjadi abu. Pangeran Tertan kesal. Dia tidak berhasil meminang Putri Esanta menuju ke kerajaannya, yaitu Kerajaan Apidipaiti. Giliran Pangeran Talata. Dia menangkat busurnya ke atas kepalanya, lalu menarik tali busurnya. Terbentuklah panah dengan sinar coklat di sekelilingnya. Setelah membidik dengan baik, akhirnya dia melepaskan panah dari tali busur. Hasilnya? Hasilnya, panah itu tidak tepat di Burung Pipit, tetapi di Burung Elang. Karena tidak banyak pengetahuan tentang burung, maka dia membidik di perut Burung Elang. Dalam sepersekian detik, Burung Elang itu menjadi tanah, lalu jatuh. Giliran Pangeran Listra. Dia menangkat busurnya ke atas kepalanya, lalu menarik tali busurnya. Terbentuklah panah dengan sinar putih kekuning-kuningan di sekelilingnya.

Setelah membidik Burung Pipit, akhirnya dia melepaskan panah dari tali busur. Panah itu meleset jauh dari Burung Pipit. Tetapi, panah itu terus saja naik ke atas, sampai kena awan. Dalam sepersekian detik, awan ini menjadi awan penuh petir. Tidak menunggu perintah, Pangeran Tong langsung menarik tali busurnya ke arah listrik tadi. Panah langsung terbentuk, dengan sinar abu-abu di sekelilingnya, lalu dilepaskan. Tidak disangka-sangka, panah itu terbagi menjadi dua, tetapi masing-masing bagian masih utuh. Tidak terpotong. Panah yang satu menuju ke awan penuh listrik itu, dan awan penuh listrik itu menjadi angin yang segera menghilang, panah yang lain menuju Burung Pipit. Panah itu menembus perut Burung Pipit. Burung itu langsung jatuh, dan menjadi angin yang segera hilang. Maka, Pangeran Tong akhirnya berhasil meminang Putri Esanta. Nah, sampai di Kerajaan TingTong, akhirnya Pangeran Tonglah yang menjadi raja, sementara Putri Esanta menjadi permaisuri. Walaupun tidak menjadi permaisuri kerajaan, Putri Ting tidak iri, melainkan bahagia. ‘Ternyata, permasalahan ini tidak terlalu sulit ya pengawal’ kata Raja TingTong. ‘Ya raja. Aku sendiri juga bahagia Pangeran Tong menjadi Raja Tong’ kata pengawal dengan tulus.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun