Tanpa disadari Pangeran Tertan, ternyata Rahtama menggunakan strategi menyerang dari belakang. Ketika Rahtama menyerang dari belakang, Pangeran Tertan langsung mengeluarkan senjata andalannya, yaitu senjata api. Tetapi terlambat. Rahtama langsung menyerang Pangeran Tertan. Belum sempat melindungi diri, Pangeran Tertan langsung diserang angin topan. Pangeran Tertan langsung terpental sangat jauh. Pangeran Tertan kalah. Giliran Pangeran Talata. Pangeran Talata ini mempunyai kecerdasan dan kesombongan yang tinggi. Maka tidak heran, bahwa ia tahu Rahtama menyerang dari belakang. Tetapi, ketika bersiap-siap untuk diserang dari belakang, muncul lah Rahtama dari samping kanan.
Pangeran Talata bingung. ‘Kenapa ini bisa terjadi? Padahal tadi Pangeran Tertan diserang dari belakang.’ Dengan segera, Pangeran Talata mengeluarkan kekuatannya. Tetapi karena bingung dan tidak konsentrasi, maka Rahtama mengeluarkan senjata andalannya. Senjata itu adalah air. Dengan segera, kekuatan Pangeran Talata, yaitu tanah, menjadi lembek. Dan, karena kekuatannya sudah lembek, maka kekuatan itu sudah tidak bisa digunakan lagi. Dengan segera, Rahtama menggunakan kekuatan angin topan untuk mengalahkan Pangeran Talata. Giliran Pangeran Listra. Pangeran Listra ini merasa dirinya yang paling hebat, karena Pangeran Listra mempunyai kekuatan yang belum pernah dikalahkan oleh senjata apapun. Sebelum pergi, Rahtama sudah disetrum oleh Pangeran Listra. Rahtama akhirnya pingsan.
Tetapi, tanpa diduga-duga, Rahtama langsung bangun, dan mengeluarkan api. Pangeran Listra langsung mengeluarkan listrik. Tetapi, api itu menang. Listrik kalah. Akhirnya, Pangeran Listra kalah. Sekarang giliran Pangeran Tong. Seperti biasa, Rahtama menghilang sebelum dilawan. Pangeran Tong tahu, Rahtama akan muncul dari mana. Dia bergumam, ‘Rahtama pasti akan muncul di sebelah kiriku. Benar saja gumanan itu. Rahtama langsung muncul di sebelah kiri Pangeran Tong, dan sebelum Pangeran Tong menyerang, Rahtama sudah menyerang. Ketika diserang, Pangeran Tong tidak luka.
Ternyata, kekuatannya adalah perlindungan diri, kehebatan akan bisa melihat masa depan dan mengubahnya, dan angin. Ketika semua kekuatan yang paling hebat sudah dikeluarkan, Rahtama akhirnya terhuyung-huyung dan mati. Putri Esanta terkagum-kagum atas kemenangan Pangeran Tong. Syarat kedua mulai dilaksanakan. Para pangeran kembali ke Kerajaan Esanta untuk menyelesaikan syarat-syarat yang diajukan. Pangeran Tertan, Pangeran Talata, Pangeran Listra, dan Pangeran Tong bersiap memegang busur. Panahnya? Panahnya terbentuk dari kekuatan masing-masing. Seperti biasa, Pangeran Tertanlah yang diberi kesempatan terlebih dahulu. Dengan anggunnya, busur itu dipegang di atas kepalanya. Lalu, ketika menarik tali busur, terbentuklah panah dengan sinar merah di sekelilingnya.
Dengan segera, panah itu dilepaskan dari tali busurnya. Pangeran Tertan mengira, panah itu akan berlumuran darah Burung Pipit. Tetapi dugaannya salah. Panah itu tidak mengenai Burung Pipit. Panah itu tersangkut di pohon. Dalam sepersekian detik, pohon itu terbakar menjadi abu. Pangeran Tertan kesal. Dia tidak berhasil meminang Putri Esanta menuju ke kerajaannya, yaitu Kerajaan Apidipaiti. Giliran Pangeran Talata. Dia menangkat busurnya ke atas kepalanya, lalu menarik tali busurnya. Terbentuklah panah dengan sinar coklat di sekelilingnya. Setelah membidik dengan baik, akhirnya dia melepaskan panah dari tali busur. Hasilnya? Hasilnya, panah itu tidak tepat di Burung Pipit, tetapi di Burung Elang. Karena tidak banyak pengetahuan tentang burung, maka dia membidik di perut Burung Elang. Dalam sepersekian detik, Burung Elang itu menjadi tanah, lalu jatuh. Giliran Pangeran Listra. Dia menangkat busurnya ke atas kepalanya, lalu menarik tali busurnya. Terbentuklah panah dengan sinar putih kekuning-kuningan di sekelilingnya.
Setelah membidik Burung Pipit, akhirnya dia melepaskan panah dari tali busur. Panah itu meleset jauh dari Burung Pipit. Tetapi, panah itu terus saja naik ke atas, sampai kena awan. Dalam sepersekian detik, awan ini menjadi awan penuh petir. Tidak menunggu perintah, Pangeran Tong langsung menarik tali busurnya ke arah listrik tadi. Panah langsung terbentuk, dengan sinar abu-abu di sekelilingnya, lalu dilepaskan. Tidak disangka-sangka, panah itu terbagi menjadi dua, tetapi masing-masing bagian masih utuh. Tidak terpotong. Panah yang satu menuju ke awan penuh listrik itu, dan awan penuh listrik itu menjadi angin yang segera menghilang, panah yang lain menuju Burung Pipit. Panah itu menembus perut Burung Pipit. Burung itu langsung jatuh, dan menjadi angin yang segera hilang. Maka, Pangeran Tong akhirnya berhasil meminang Putri Esanta. Nah, sampai di Kerajaan TingTong, akhirnya Pangeran Tonglah yang menjadi raja, sementara Putri Esanta menjadi permaisuri. Walaupun tidak menjadi permaisuri kerajaan, Putri Ting tidak iri, melainkan bahagia. ‘Ternyata, permasalahan ini tidak terlalu sulit ya pengawal’ kata Raja TingTong. ‘Ya raja. Aku sendiri juga bahagia Pangeran Tong menjadi Raja Tong’ kata pengawal dengan tulus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H