Oleh Sirilus Aristo Mbombo
Di ruang kamar yang seadanya, tiba-tiba ada ide yang muncul dalam benak pikiran saya mengenai makna kesepian. Saya terus bertanya, mengapa sebagian besar manusia di jagad raya ini mengelami kesepian dalam dirinya? Mengapa manusia terus-menerus mengalami kesepian? Mengapa manusia terjebak dalam jaring kesepian dalam hidupnya? Bagiamana sikap manusia dalam mengatasi kesepian dalam dirinya? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini terus menghantui dalam benak pikiran saya. Dan pada akhirnya saya memilih menulis sebuah coretan kecil tentang makna kesepian bagi manusia zaman ini.
Manusia hidup dalam dimensi ruang dan waktu. Manusia terus bertumbuh dan berkembang selama hidupnya. Namun dalam kacamata realitas saya melihat ada sebagian besar manusia zaman ini masih merasakan kesepian yang mendalam. Fenomena ini merupakan salah satu keanehan terbesar bagi manusia zaman ini.
Berbagai penelitian dari berbagai disiplin ilmu menunjukkan bahwa kesepian itu berbahaya. Kesepian dapat menyebabkan seseorang berpikir secara keliru, merasa kesal dan bahkan mengalami depresi. Dari keadaan ini, banyak orang akhirnya memutuskan untuk bunuh diri dan menganggap dirinya tidak bermakna dalam kehidupan ini. Apakah kesepian selalu membawa manusia ke arah kegelapan semacam ini? Apa yang sesungguhnya dilakukan oleh manusia dalam mengatasi kesepian dalam dirinya?
Dalam dimensi yang jauh lebih mendalam saya berpikir manusia harus mempunyai pertanyaan dalam dirinya, apa yang menjadi akar kesepian dalam dimensi kehidupan manusia?
Saya berpikir manusia zaman ini hidup di dalam masyarakat yang tidak peduli. Sesama manusia yang lain tidak akan peduli dengan keberadaan dirimu, kecuali keluargamu sendiri. Ada dua ciri utama dari masyarakat seperti ini, ketakutan terhadap segala bentuk perbedaan (cara berpikir yang berbeda, cara hidup yang berbeda, bahkan warna kulit yang berbeda) dan kecenderungan untuk menganggap sistem, aturan, serta kebijakan lebih penting daripada kehidupan manusia.
Sayangnya dalam kacamata realitas manusia zaman ini, hampir semua orang hidup di masyarakat semacam ini. Misalnya, sulit menjadi Katolik di Arab Saudi karena masyarakatnya yang sangat tertutup dan primitif. Sulit juga menjadi pemikir kreatif di dalam sistem pendidikan yang kuno dan mencekik seperti di Indonesia.Â
Contoh-contoh ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak peduli tidak hanya mendorong rasa kesepian yang ekstrem, tetapi juga menimbulkan berbagai penderitaan lainnya bagi manusia.
Di dalam masyarakat yang tidak peduli, penderitaan individu tidak ada artinya, terutama jika orang itu berbeda. Aturan dan prosedur dianggap lebih penting daripada penderitaan pribadi. Angka dan statistik lebih dihargai daripada kesedihan manusia.Â
Kritik Yesus terhadap masyarakat Yahudi lebih dari 2000 tahun lalu masih relevan, bahwa manusia dikorbankan demi hukum. Manusia mati dan menderita karena hukum, aturan, sistem dan administrasi tidak peduli padanya.
Dan saya berpikir pula, biasanya orang mengalami kesepian setelah mengalami peristiwa berat dalam hidupnya, seperti kehilangan keluarga atau kegagalan dalam hubungan yang sangat bermakna bagi dirinya. Faktor lain seperti kecenderungan pribadi yang rapuh juga berpengaruh termasuk faktor biologis dalam diri manusia.
Kesepian bukanlah masalah baru dalam kehidupan manusia. Berbagai karya sastra klasik di berbagai peradaban sudah menggambarkan situasi kesepian yang menyesakkan jiwa manusia. Dan memicu pertanyaan selanjutnya, Apakah kesepian selalu membawa pada penderitaan dan kematian?Â
Jawaban saya adalah "tidak". Tentu kesepian bisa menjadi jalan hidup yang membawa sukacita dan kebahagiaan jika manusia memahami makna kesepian yang sesungguhnya dalam dimensi kehidupannya.
Pada dasarnya kesepian bisa dijadikan waktu yang tepat untuk merenungkan hidup kita. Kesepian adalah waktu untuk refleksi. Kita diajak untuk melihat apa yang telah kita lakukan sehingga sampai pada titik kesepian ini. Kita juga diajak untuk memikirkan lebih dalam apa yang akan kita lakukan berdasarkan kesepian yang kita rasakan sekarang. Kesepian membuat hidup kita lebih mendalam.
Waktu kesepian bisa digunakan untuk meninjau kembali apa yang benar-benar penting dalam hidup kita. Kita diajak untuk memikirkan ulang apa yang sungguh bermakna dalam hidup kita, sehingga layak untuk dikejar meskipun sulit. Kita juga diajak untuk melepaskan apa yang palsu dan membahayakan kita perlahan-lahan. Manusia harus memahami bahwa kesepian mampu membuat manusia menyadari tentang apa yang sangat penting dalam kehidupannya dan apa yang sebenarnya merusak kehidupannya.
Secara konkret kesepian mengajak kita berpikir ulang tentang orang-orang di sekitar kita. Kita diajak untuk membedakan antara sahabat sejati dan teman parasit. Sahabat akan hadir dan menemani kita di saat kesepian, sementara teman parasit hanya akan tertawa dalam penderitaan kita.Â
Dengan demikian, kita bisa fokus pada sahabat sejati yang meskipun sedikit, selalu bisa menjadi pilar penyangga dalam hidup kita. Kualitas hidup kita ditentukan oleh orang-orang di sekitar kita, yakni sahabat sejati kita. Jangan takut kehilangan teman karena itu adalah bagian dari proses untuk mengetahui siapa sahabat sejati kita, sekarang dan di masa depan.
Kesepian memberi kesempatan untuk melihat dunia dengan cara yang berbeda. Dalam waktu kesepian sederhananya, kita dipaksa untuk melepaskan semua keyakinan dan pandangan yang keliru dalam diri kita. Kemudian kita mempunyai kesempatan untuk melihat dunia dengan cara yang baru dan mungkin lebih baik. Semua manusia harus memaknai bahwa kesepian adalah saat untuk menjadi kreatif.
Dengan sudut pandang yang berbeda, kita berpikir dengan cara yang berbeda pula. Kita bisa bekerja dan berkarya dari sudut pandang yang baru. Inilah esensi dari penemuan baru yang bisa membawa manusia menuju kehidupan yang lebih baik. Kesepian bisa diartikan sebagai waktu untuk menjadi penemu dan penerobos kebuntuan dalam berbagai bidang kehidupan manusia.
Saya mengajak semua manusia bahwa, kesepian tidak selalu harus dilihat sebagai penyakit. Memang ada kesedihan dan penderitaan dalam kesepian. Jika tidak ditata dan dimaknai dengan tepat, kesepian bisa menghancurkan manusia.Â
Namun kesepian dalam diri manusia dapat dilihat sebagai kesempatan emas untuk bangkit dan melakukan perubahan konkret dalam kebaikan hidup manusia. Kesepian tidak perlu dilihat sebagai kegelapan, melainkan sebagai jalan hidup yang bisa ditempuh untuk menemukan makna dan kebahagiaan.
Banyak orang takut kesepian karena menandakan mereka sendirian. Namun argumen ini mengabaikan fakta bahwa banyak orang yang berkeluarga pun merasa kesepian. Kesepian dan kesendirian memang berhubungan, tetapi tidak persis sama.
Lagi pula, kita lahir ke dunia ini sendiri dan tidak membawa siapa-siapa. Kita juga hidup sebenarnya sendiri, terutama mereka yang tidak punya keluarga sejak awal. Kita berjuang sendiri meskipun tampak banyak orang di sekitar kita. Dan hal yang harus diingat oleh semua manusia zaman ini bahwa kita akan mati sendirian dan mungkin kesepian.Â
Jadi mengapa takut dengan kesendirian dan kesepian jika itu akan selalu ada dalam hidup kita? Kesepian adalah guru yang mengajarkan arti kehadiran diri yang sesungguhnya dan kesepian adalah langkah pertama menuju penemuan makna hidup dalam mencapai kebahagiaan dalam diri manusia.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI