Pulau Nias dikenal banyak kalangan lewat lompat batunya, ombak pantai yang bersahabat untuk surfing, dan terpencil.
Jika hanya itu yang kamu ketahui tentang Pulau Nias, berarti kamu harus menyempatkan diri ke pulau kecil di bagian Sumatera Utara ini.
Tersimpan banyak keindahan bahkan dalam beberapa hal menurut saya pradabannya lebih maju.
Saya berkesempatan datang ke Nias pada tahun lalu untuk menyelesaikan pekerjaan.
Sejak itulah saya menemukan banyak keindahan yang tidak banyak diekspose dari Nias.
Nias dan Batu
Pulau Nias seakan memiliki keterkaitan sendiri dengan bebatuan.
Mereka identik dengan bebatuan, seperti lompat batu, batu megalitikum, sampai dengan patung baru yang bisa berbicara.
Lompat BatuÂ
Lompat batu adalah salah satu budaya yang menarik banyak wisatawan lokal maupun asing untuk berkunjung ke Nias.
Lompat batu memang seakan menjadi simbol Nias, kalau belum melihat lompat batu kayak belum ke Nias hehe.
Saya sempat bertanya kepada tour guide tentang sejarah lompat batu ini.
"Sejarah lompat baru ini bagaimana ya pak?" Ujar saya
"Lompat batu ini sejarahnya dimulai dari adanya perang saudar di pulau Nias, terkhusus Nias Selatan" jawab tour guide
"Jadi dahulu setiap desa memiliki pagar yang cukup tinggi terbuat dari bambu, setiap raja akhirnya memiliki ide untuk bisa menang saat bertarung
Pertama, mereka harus bisa melewati pagar musuh, dan akhirnya diadakanlah sayembara,oleh raja raja Nias,
Siapa saja yang bisa melompati batu setinggi 2-2.5 meter akan menjadi prajurit perang" pungkas sang tour guide.
Jujur saja saya baru tahu sejarah ini, saya awalnya mengira bahwa lompat batu adalah syarat yang harus dilakukan pemuda setempat untuk membuktikan mereka sudah siap menikah atau belum.Â
Batu yang bisa berbicara (Tekhembowo)
 Pada zaman penjajahan Belanda ada sebuah batu yang bisa berbicara dan melindungi rakyat.
 Batu ini terletak di daerah Nias Barat.
"Batu ini (Tekhembowo) dulunya bisa bicara, ketika para penjajah masuk ke desa, dia akan memberitahu warga desa untuk bersembunyi" ujar Bang Jhon warga lokal setempatÂ
"Tapi sayangnya dulu ada penghianat, yang membocorkan tentang batu itu, akhirnya batu itu ditembaki dan hancur, setelah itu batu Tekhembowo tidak lagi bisa bicara" tutup bang Jhon.
Batu di setiap rumahÂ
Konon katanya setiap kepala keluarga memiliki baru megalitikum di depan rumahnya.
Setiap batu dianggap cukup sakral karena mencerminkan kedudukan keluarga tersebut
"Dulu ada disini, batu megalitikum, biasanya di depan orang - orang terpandang ada batu besar , batu dari zaman dulu" ujar warga Nias Barat.
Budaya kekeluargaanÂ
Dari masyarakat Nias saya banyak belajar tentang bagaimana seharusnya keluarga menyelesaikan masalah, ketika ada konflik antar saudara.
Di Nias mereka akan berkumpul secepatnya, membahas apa inti masalahnya yang sedang mereka ributkan.
Setelah itu setiap anggota keluarga punya hak yang sama untuk menyampaikan uneg unegnya.
Setelah itu mereka akan kembali akur seperti sediakala.
Peradaban yang lebih maju bukan?
Selain itu ketika salah satu anggota keluarga akan mengadakan acara, mereka akan berkumpul dan bahu membahu untuk membantu saudaranya yang lain.
Banyak lagi keindahan budaya dan ilmu yang bisa saya serap dari perjalanan saya ke Nias. yang nampaknya terlalu panjang jika semua harus dituliskan.
Saran saya, cobalah untuk berlibur ke daerah yang indah satu ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI