Maka cepat atau lambat penerbit, dan atau Kemdikbud mesti merevisi atau bahkan, merombak buku teks terbitannya sesuai kehendak PP dan disesuaikan dengan hasil penyelarasan kurikulum.
Ketiga, masalah adminitrasi dan manajemen.
Kemdikbud telah memanfaatkan beberapa sistem aplikasi untuk berbagai keperluan administratif. Salah satunya aplikasi: Sistem Informasi Pengadaan Barang/Jasa di Sekolah (SIPLah).
Tujuan dari SIPLah agar belanja sekolah dilakukan dengan lebih transparan dan akuntabel. Dapat dipantau secara real time dan terpusat.
Namun, kendala klasik masih terus terjadi. Mayoritas sekolah belum menggunakan aplikasi itu.
Aplikasi SIPLah masih dianggap sebagai benda asing yang merepotkan.
Kendala teknis juga masih sering kita jumpai. Sehingga SIPLah belum terbukti handal. Dan, SDM di lapangan masih kesulitan menggunakannya.
Mestinya akses internet saat ini bukan menjadi masalah berarti bagi SIPLah? Karena proyek Palapa Ring telah beroperasi di atas langit 514 kabupaten dan kota.
Nadiem tampaknya juga tak akan membiarkan situasi itu terus begitu. Ia tentu tidak menginginkan sistem yang digunakan di sekolah kembali ke masa silam.
Bisa jadi perhatian dan talenta Nadiem sebenarnya bukan pada sistem aplikasi itu saja.
Tapi, juga pada kemampuannya memimpin organisasi sebesar dan se-kompleks Kemdikbud. Yang pada titik itu kebanyakan orang masih meragukannya.