Tak ada yang menyangka Nadiem Anwar Makarim akhirnya terpilih menjadi Mendikbud RI. Nama-nama yang sebelumnya sering muncul di media, praktis tenggelam oleh reaksi netizen sejak CEO Go-Jek itu diumumkan sebagai Mas Menteri oleh Presiden Jokowi.
Pemilihan Nadiem sekaligus mematahkan tradisi. Bahwa Kemdikbud tidak selamanya harus dipimpin oleh orang yang memiliki track record panjang di bidang pendidikan. Juga jabatan Mendikbud bukan jaminan bagi kader Muhammadiyah atau NU.
Besarnya harapan kepada sosok Nadiem sepadan dengan kekuatiran banyak orang terhadap kemampuan Mas Menteri ini.
Akan dibawa ke mana pendidikan nasional nanti?
Apakah output pendidikan (formal) hanya disiapkan untuk memasuki dunia kerja? Yang jenis pekerjaannya, bisa jadi berbeda dengan yang diajarkan di kelas?
Atau, Nadiem akan lebih perhatian terhadap sistem aplikasi pendidikan saja?
Yang dengan sistem aplikasi itu urusan pendidikan menjadi kian efisien dan pelaksana pendidikan bisa lepas dari belitan birokrasi? Yang dengan kepiawaiannya itu pula, pada tahun 2012 Nadiem mendapat penghargaan: "Asian of The Year" dari The Straits Times.Â
Setidaknya kita bisa memperoleh jawaban atas pertanyaan itu dari statemen Presiden Jokowi. Dari pesan-pesan yang telah disampaikannya. Dari visi-misinya.
Anda tahu, para menteri hanya bertugas menerjemahkan dan menjalankan visi-misi presiden. Tidak ada visi-misi menteri.
Tugas yang diberikan kepada Nadiem, saya rasa sangat berat. Tapi, juga menantang. Apalagi urusan Perguruan Tinggi saat ini menjadi tanggung jawab Kemdikbud.
Sebagai pelaku usaha, Nadiem sudah terbiasa menghadapi tantangan besar. Itu modal yang bagus untuk membuatnya berbeda dengan menteri-menteri sebelumnya.