Society 5.0, yang pertama kali diperkenalkan oleh pemerintah Jepang, mengusung konsep masyarakat yang memanfaatkan kemajuan teknologi dengan tetap menempatkan manusia sebagai pusatnya. Society 5.0 adalah kelanjutan dari Revolusi Industri 4.0 yang berfokus pada teknologi canggih seperti Internet of Things (IoT), kecerdasan buatan (AI), dan big data.Â
EraDalam era ini, teknologi diintegrasikan secara mendalam ke dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan menciptakan masyarakat yang lebih cerdas, sejahtera, dan inklusif. Dalam konteks pendidikan, Society 5.0 membuka peluang dan tantangan baru dalam cara kita belajar, mengajar, dan memahami pendidikan.Â
Teknologi kini tidak lagi hanya menjadi alat bantu, tetapi telah menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Dengan demikian, sangat penting untuk memahami bagaimana Society 5.0 memengaruhi pendidikan dan bagaimana kita dapat memanfaatkannya untuk menciptakan sistem pendidikan yang adaptif dan relevan.
Teknologi memegang peranan penting dalam Society 5.0, terutama dalam pendidikan. Kini, akses ke informasi dan sumber belajar menjadi semakin mudah diakses melalui platform pembelajaran daring, video pembelajaran, dan aplikasi mobile.Â
Hal ini memungkinkan pembelajaran yang lebih fleksibel dan personal, yang dapat menyesuaikan dengan kebutuhan dan kecepatan belajar masing-masing individu. Teknologi seperti AI juga membantu personalisasi pembelajaran, dengan menganalisis data tentang gaya belajar siswa dan menyediakan materi yang sesuai.Â
Dengan demikian, proses belajar menjadi lebih efektif karena siswa dapat menerima materi yang disesuaikan dengan kecepatan dan kebutuhan mereka. Teknologi ini juga membantu guru untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa, sehingga mereka dapat memberikan bimbingan yang lebih tepat.
 Namun, meskipun teknologi menawarkan berbagai kemudahan, ada tantangan yang harus diatasi, seperti ketergantungan pada teknologi yang dapat mengurangi interaksi langsung antara guru dan siswa. Oleh karena itu, Society 5.0 perlu menemukan keseimbangan antara penggunaan teknologi dan interaksi manusia.
Di era Society 5.0, keterampilan yang dibutuhkan tidak hanya terbatas pada kemampuan akademik. Keterampilan teknis dan digital menjadi sangat penting, terutama karena peran teknologi yang semakin dominan. Mahasiswa perlu dibekali dengan literasi digital, pemahaman teknologi dasar, serta kemampuan analisis data untuk membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan kerja yang canggih dan kompleks.Â
Namun, Society 5.0 juga menekankan aspek kemanusiaan, sehingga keterampilan non-teknis seperti pemecahan masalah, kreativitas, kolaborasi, dan empati menjadi sama pentingnya.Â
Dengan adanya AI yang mampu mengotomatisasi banyak pekerjaan, keterampilan yang berfokus pada aspek manusia menjadi keunggulan yang tidak dapat digantikan oleh mesin.Â
Oleh karena itu, pendidikan di era Society 5.0 harus dirancang untuk membekali siswa dengan kombinasi keterampilan teknis dan humanistik. Hal ini akan menciptakan individu yang tidak hanya melek teknologi, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional yang tinggi dan mampu menghadapi tantangan masa depan dengan lebih baik.
Meskipun Society 5.0 menawarkan banyak keuntungan, ada tantangan yang harus dihadapi dalam penerapannya di bidang pendidikan. Salah satunya adalah kesenjangan akses terhadap teknologi. Tidak semua siswa memiliki akses yang sama terhadap perangkat digital dan koneksi internet yang memadai, yang dapat menciptakan ketidaksetaraan dalam kesempatan belajar.Â
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah dan lembaga pendidikan perlu menyediakan akses teknologi yang merata bagi semua siswa, termasuk mereka yang tinggal di daerah terpencil. Selain itu, adopsi teknologi dalam pendidikan juga menuntut guru untuk terus meningkatkan keterampilan mereka.Â
Guru tidak hanya harus menguasai teknologi baru, tetapi juga memahami cara mengintegrasikannya ke dalam metode pengajaran mereka. Pelatihan dan pengembangan profesional sangat penting agar pendidik dapat mengoptimalkan teknologi untuk meningkatkan pengalaman belajar siswa.Â
Tantangan lain adalah masalah etika dan privasi, mengingat risiko data siswa yang dapat disalahgunakan atau bocor. Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang ketat dan pengawasan yang baik untuk melindungi data pribadi siswa. Sekolah dan universitas juga perlu mengajarkan pentingnya literasi digital, termasuk aspek etika penggunaan teknologi, agar siswa memahami risiko dan tanggung jawab dalam era digital.
Era Society 5.0 menawarkan peluang besar untuk menciptakan pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan relevan dengan kebutuhan masa depan. Pendidikan tidak lagi hanya berfokus pada transfer pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan karakter, keterampilan sosial, dan kemampuan berpikir kritis.Â
Teknologi menjadi alat yang dapat membantu mencapainya, tetapi manusia tetap menjadi pusat dari proses pendidikan.Â
Untuk meraih potensi penuh dari Society 5.0, perlu ada kolaborasi antara pemerintah, institusi pendidikan, perusahaan teknologi, dan masyarakat. Pendidikan yang ideal di era ini adalah pendidikan yang mampu beradaptasi dengan perubahan teknologi, tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai kemanusiaan.
 Dengan demikian, generasi mendatang tidak hanya akan siap menghadapi tantangan masa depan, tetapi juga mampu berkontribusi pada masyarakat dengan cara yang lebih bermakna dan bertanggung jawab. Pembelajaran di era Society 5.0 membawa perubahan signifikan dalam cara kita belajar dan mengajar. Teknologi menjadi alat yang sangat penting, tetapi kemanusiaan tetap menjadi esensi dari proses pendidikan.Â
Dengan memanfaatkan teknologi secara bijak, kita dapat menciptakan sistem pendidikan yang tidak hanya fokus pada peningkatan keterampilan, tetapi juga pada pembentukan karakter yang kuat, sehingga Society 5.0 benar-benar menjadi masyarakat yang inklusif, di mana teknologi dan kemanusiaan berjalan beriringan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H