Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Verlos Kamer aka Ruang Bersalin: Nada dan Bunda

1 Februari 2017   09:55 Diperbarui: 1 Februari 2017   10:25 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Entah mengapa, keadaanku saat itu Seperti motor dalam jalur busway, kemudian busway di belakang mengejar. Alamak, tak tentu, hanya bisa mengeluarkan kalimat takbir, tasbih, tahmid, istigfar, seraya berserah diri, karena saat itu istri seperti tak sadarkan diri, Karena mulai terasa kontraksi, hingga tersedu-sedu terasa akan pup. Benar-benar perjuangan hidup mati.

Pukul 18:30 WIB, Team medis sudah lengkap sambil memadu komando ” tarik nafas lepas, tarik napas lepas”. Alamak, jika aku pada posisi itu, rasanya aku tak sanggup dan mustahil *karena lelaki tidak akan hamil . Sempat berbincang-bincang dengan bidan yang sudah 8 tahun bekerja di tempat itu, ekspresinya yang tenang, membuat aku salut juga, karena aku terbata-bata dalam doa, doi cool kaya di pantai. Dokter melihat pergerakan, dahinya kerut, selepas mengajar kedokteran di salah satu universitas negeri di Bandung, tak terlihat semangatnya kendur. Matanya berkaca-kaca sambil melihat jam tangan.

Waktu seakan lama sekali saat itu, jarum berputar, seakan lama berpindah, setelah tarik nafas panjang dan sekali hentakan, akhirnya datang juga. Si mungil dengan berat 2,95 kg dan tinggi 50 cm,pukul 18:53 WIB lahir ke dunia, disambut tangisan khas yang berarti dua hal, gembira keluar dari tempat sempit dan kedua, menangis karena sedih ke dunia, yang penuh drama dan fana.

Setelah di bersihkan, saya meminta suster untuk mengadzankan dan iqomah, tiba-tiba si mungil ini diam. Masya Allah, atas semua kebesaran-MU, amanah Baru diemban sebagai bapak. Artinya mesti belajar lagi bagaimana jadi orang tua yang baik. Suka cita, bahagia, cengong hingga tak percaya sempat berkelumit, ” Ya Rabb, semoga aku bisa menjaga amanah ini”, pikirku. Selanjutnya diletakkan di atas ibunya, terdiam karena dilantunkan beberapa ayat Al Quran. Saya sempat bengong, ” oalah, kok bisa gini ya, dari nangis kok diem”, lucunya dokter malah menanyakan aplikasi apa yang aku gunakan untuk mendiamkan si bayi mungil ini hehe. Setelahnya, bayi dibawa ke ruang yang aku sebut ruang hangat, karena suhunya 32 derajat. Ibunya masih terbaring lemah, Karena mengeluarkan banyak darah dan energy yang terkuras banyak.

Critical pointnya adalah saya langsung merasa banyak berdosa jika selama ini belum bisa banyak membahagiakan orang tua, perjuangan luar biasa, Ajang hidup mati, tatkala kita dilahirkan dulu, namun kebangetan sekali jika kita masih berdosa kepada kedua orang tua kita. Hari ini mengajarkan pelajaran berharga buat saya pribadi, betapa Wonderfulnya ibu, istri, mertua, nenek,’nenek moyang,perempuan di seluruh bumi, dalam perjuangan di ruang VK. Betapa mulia, dan tak bisa lagi tergambarkan. Perempuan melahirkan, entah normal atau caesar, sama saja, penuh risiko tinggi dalam melahirkan generasi-generasi cerdas dan penerus bangsa ini.

Selamat datang Hisyam Arkana Khwarizmi, engkau lahir bertepatan dengan tarif STNK naik, BBM naik, dan tarif listrik dibawah 900 VA naik. Semoga engkau kelak jadi anak soleh, berguna untuk bangsa, agama dan negara, cerdas, dermawan dan baik hati, sesuai dengan doa dalam namamu.

Peristiwa ini sebenarnya adalah jawaban dari pertanyaan saya sewaktu kecil, ternyata yang melahirkan itu ibu, bukan bapak . Premis yang sempurna.

NB: jika terdapat hal hiperbol di atas, itu hanya ekspresi awam penulis terhadap hal baru. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Mohon maaf atas ketidaknyamanan, karena yang nyaman saja belum tentu jadian *lho

Pejuang? Hadapi !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun