Mohon tunggu...
mbiesap
mbiesap Mohon Tunggu... Pegawai Swasta -

- Milanisti Indonesia - Penghitung Jejak Langkah Kaki - Amatir dalam segala hal, namun berusaha untuk jadi professional - Penyuka Tidur siang, namun sudah lama merindukannya adjustmenthidup.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sakit Gila Nomor Tiga : Fanatisme Berlebih

18 Oktober 2015   02:07 Diperbarui: 18 Oktober 2015   08:32 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Cinta dalam konteks ini adalah bentuk taat, sehingga jika belum waktunya bersabarlah sambil memperbaiki diri hingga jodoh bertamu (untuk perempuan) atau dipertemukan (untuk laki-laki) hingga pertanyaan kapan nikah itu bisa terjawab dengan indah, sehingga para pemburu berita jengah dengan jawaban kita sendiri hehe 

Para fakir asmara, fakir cinta, tuna asmara, jomblo, Single hingga sebutan unik lainnya.
Biarkan fanatisme itu tumbuh seiring dengan ilmu yang kita miliki, untuk bisa membedakan mana cinta mana nafsu, karena banyak orang dimabuk cinta sehingga kotoran kucing rasa Coklat atau rasa gula padahal siklamat hehe

4. Fanatisme dalam beragama

Tidaklah salah jika fanatisme itu kita gunakan untuk meningkatkan ketakwaan kita terhadap sang Rabb, nah namun konteks disini bukan membahas tentang itu. Melainkan segolongan orang tertentu, yang mengaku seagama, segolongan tapi mengkafirkan. Naudzubillah
Karena mengaku sudah mafhum sehingga dengan seenaknya saja membuat doktrin halal haram atau mengkafirkan saudaranya. Bukankah dakwah itu wajib, tapi bukan begitu caranya. Sehingga, jangankan merasa superior dalam hal ini, karena semuanya sudah ada tatacara masing-masing, perbedaan ulama itu rahmat, jadi jika berbeda jangan mengkafirkan, tapi semua jelas sudah berdasar pada fiqih masing-masing.

Jadi dari kesemuanya boleh fanatik, tapi tidak boleh berlebih. Karena efeknya tidak bagus, termasuk mendukung berlebih, mencintai berlebih, atau bahkan memasukkan garam berlebih. Karena nanti bakal keasinan. Cukuplah pada porsi dan proporsi masing-masing-masing.

Jangan sampai pihak-pihak tertentu yang tidak suka dengan bangsa ini damai bahagia karena negeri ini bisa diadu domba dengan fanatisme tersebut. Biarkan perbedaan itu berjalan sesuai dengan kaidahnya masing-masing, tidaklah perlu anarkis, sporadis, apatis hingga mencelis.

Tak ada yang mesti disalahkan, mari memulai hal kecil ini untuk perbaikan ke depannya. Sehingga kita bisa menjadi manusia kaffah dalam arti sebenarnya tanpa mencela, menghina atau menjatuhkan vonis terhadap yang lainnya.

Salam sakit gila,
Jangan sakit hati,

Simpan dia dalam doa, 
Bukan dalam hati

Biarkan semua dikebiri,
Asalkan tetap bisa mandiri

Jangan pernah menyerah,
Karena yang menyerah saja gundah,
Apalagi hanya gelisah,
Tak berbuat tak terasah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun