Mohon tunggu...
mbak Yun
mbak Yun Mohon Tunggu... Pensiun -

Life is beautiful https://penatajam.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Asbestos The Silent Killer ( 6 )

31 Desember 2015   14:09 Diperbarui: 31 Desember 2015   14:28 234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PENUTUP

Tulisan Asbestos "The Silent Killer" akhirnya sampai pada bagian penutup. Saya sadar bahwa artikel berseri ini bukan laporan ilmiah dan jauh dari sempurna. Ruang  lingkup tentang masalah dan bahayanya asbestos, sudah menjadi luas dan mendunia, tentunya penulis tidak bisa menyajikan semuanya dengan sempurna.  

Kalau ada yg merasa bahwa Artikel ini, seolah-olah membesar-besarkan masalah dan kesannya menakut-nakuti, maka disini saya ingin menjelaskan, bahwa tulisan "Asbestos The Silent Killer" tidak ditujukan untuk menakut-nakuti. Ini bukan imajinasi atau karangan, tetapi suatu referensi dari masalah yg nyata, terjadi di beberapa negara dan korbannya ada, data penderita juga ada, secara resmi semua didokumentasikan oleh pemerintah negara masing-masing. Selain itu, juga ada kasus hukum antara penderita dan perusahaan asbestos.

Bahkan ada satu tempat yg bernama Wittenoom di Australia Barat yg dulunya tambang asbestos, pada tahun 1996 ditutup, karena berbahaya bagi masyarakat, kemudian pada tahun 2007 Nama daerah itu- Wittenoom dihapus dari peta Australia Barat (secara resmi dihilangkan ). Semua informasi ada dan mudah untuk dicari.

Mari kita pikir sejenak, kalau asbestos memang AMAN terhadap kesehatan tubuh, kenapa DILARANG penggunaannya di banyak negara?

Kenapa negara itu repot-repot menghabiskan banyak dana untuk melakukan penelitian dan menyusun regulasi demi untuk MELARANG asbestos?

Bukan tugas saya untuk menyakinkan orang, tetapi tugas orang itu sendiri untuk menyakinkan dirinya, supaya lebih hati-hati dalam menjaga keluarga tersayang. Saya tidak bisa merubah pikiran dan keyakinan orang tentang bahaya asbestos. Tugas saya adalah memberikan informasi yg berguna, kepada orang lain.

Sekali lagi, tujuan penulis adalah ingin memberikan informasi secara umum tentang bahaya asbestos. Juga memberi refensi bagi mereka yg mungkin suatu saat memerlukan informasi ini.

Saya punya beberapa harapan yg bisa kita lakukan bersama. Dalam beberapa points di bawah ini, saya mengajak semua pihak, Kita, Pebisnis dan Pemerintah supaya mau ambil peran aktif dalam usaha mengurangi resiko dari asbestos.

Untuk kita, saya ingin mengajak pembaca untuk mulai memikirkan tentang bahaya asbestos bagi keluarga sendiri.

Yang harus kita lakukan adalah menerima kenyataan bahwa asbestos sudah ada ditengah-tengah kita. Bahkan ada yg mengatakan sudah terlalu banyak. Itu memang benar, tapi jangan sampai ini membuat kita merasa panik, tidak tahu harus berbuat apa, maka lebih baik nggak usah dipikir. Please jangan berpikir begitu.

Sebenarnya dengan menerima kenyataan maka menolong pikiran kita untuk tidak menjadi in deniel. Sebaliknya akan lebih mudah bagi kita untuk berpikir yg positip.

Belajar mengenali masalahnya. Memang peraturan belum ada dan produk yg mengandung asbestos tidak jelas, karena tidak adanya pelabelan, sehingga membuat kita bingung, mana bagian rumah yg mengandung asbestos dan mana yg tidak. Namun sekarang kita bisa belajar mengenali hal ini, ada referensi pada tulisan saya sebelumnya. Kita bisa berusaha dengan memulai langkah kecil, yaitu mulai dengan melindungi keluarga sendiri.

Kita harus aware akan bahayanya asbestos. Jangan termakan oleh analisa, bahwa proses perkembangan penyakit yg disebabkan asbestos memakan waktu lama; aaahhh masih lama.. gak apa-apa, karena pemikiran itu justru mengalihkan keperdulian kita pada orang-orang terdekat yg kita sayangi. Data menyebutkan bahwa tidak semua orang pasti sakit, kalau menghirup asbestos. Tetapi jangan biarkan data itu mengalihkan kita dari kenyataan bahwa penyakit itu mematikan. Kalau orang sudah terdiagnosa, artinya dokter menyatakan bahwa orang ini memang menderita kanker dari asbetos, maka penderita hanya punya harapan hidup  6 - 18 bulan. Karena itu kita tidak bisa mengabaikan begitu saja.  Apalagi kanker mesothelioma belum ada obat yg bisa menyembuhkannya, ini fakta. Ada kemoterapi dan obat untuk mengurangi rasa sakit, juga supaya bertahan hidup, tetapi tidak ada obat yg menyembuhkannya.

Aaahh... nanti saja menunggu pemerintah untuk bertindak. kalau itu alasannya, pertanyaannya kemudian KAPAN?  Kapan pemerintah akan bertindak? Jangan biarkan waktu lewat begitu saja tanpa kita berbuat apa-apa untuk mereka - keluarga yg tersayang.

Untuk anak-anak, ceritanya akan lain lagi . Seperti cerita Jane Krsevan dari Australia,  dia masih kecil ketika terekspose asbestos, bapaknya seorang tukang; sebagai tukang dia sering memasang kotak insulasi untuk air panas di rumah-rumah orang. Bahan dari kotak itu ada campurannya asbestos. Jane sering menemani ayahnya yg memotong lembaran papan semen asbestos di garasi rumahnya. Jadi tanpa sadar dia menghirup debu yg mengandung serat asbestos yg tipisnya 200 lebih kecil dari rambut manusia. Sebenarnya bukan hanya Jane yg menghirup, tetapi bapaknya tentu menghirup juga. Tetapi hanya Jane yg kena Mesothelioma. Peristiwa 40 tahun yg lalu menjadi awal dari mesothelioma berkembang di dalam tubuhnya.  

 

Beritanya bisa dibaca di sini:
http://www.smh.com.au/national/still-breathing-the-devils-dust-20130618-2ogk9.html

Oleh karena itu sangatlah penting untuk melindungi keluarga tersayang, terutama anak-anak  yg masih sangat muda. Janganlah memandang remeh akibat dari Asbestos ini, karena akibatnya adalah mati.

Adalah tugas kita sebagai orang dewasa untuk melindungi anak-anak. Sebagai orang dewasa kita wajib mengambil keputusan yg benar demi untuk keselamatan anak-anak. Kalau mereka terekspos pada waktu mereka masih sangat muda, maka bisa dikatakan bahwa kesalahan atau kelalaian ada ditangan kita.

Maka jangan lagi berusaha untuk mengesampingkan dg berbagai alasan yg dicari.
Carilah info yg jelas, belajar untuk lebih tahu dan upayakan untuk mengurangi resiko bagi keluarga tercinta. Jangan bawa pulang serat asbestos ke rumah !!

playgro.com

Untuk Pebisnis

Walaupun belum ada regulasi yg membatasi proses penambangan dan pembuatan products yg dicampur dg asbestos, tidak berarti para pebisnis boleh semau gue....

Hal pertama yg perlu dilakukan adalah mengakui memang asbestos adalah berbahanya bagi kesehatan tubuh manusia. Jangan menutup mata dan tidak mau tahu, terus tetap berbisnis di bidang asebestos. Bertindaklah pro-aktif dalam melihat suatu masalah, terutama yg menyangkut keselamatan orang banyak. Kalau bisnis Anda menimbulkan dampak yg buruk untuk masyarakat dan pekerja, cepatlah memperbaiki system supaya resiko bisa dikurangi.

Jadilah pebisnis yg adil terhadap karyawan, mereka bekerja untuk Anda, maka Anda pun wajib menyediakan tempat kerja yg aman buat mereka. Prinsipnya adalah kalau pebisnis tidak mau memberikan serat itu kepada anggota keluarga, maka janganlah berikan serat itu kepada keluarga yg lain.

Jadilah pebisnis yg peduli, gunakan inisiative sendiri bagaimana meminimalkan resiko dari asbestos; cari terobosan dan inovasi bagaimana supaya bisnis dan perlindungan masyarakat (termasuk karyawan) bisa berjalan bersama-sama.

Kalau products Anda bisa membunuh orang, maka carilah terobosan untuk menciptakan products yg aman. Mencari terobosan tidak berarti membuang produk yg lama, dan bangkrut. Tetapi mencari inovasi, bagaimana supaya bisnis yg ditekuni bisa tetap berjalan dengan produk yg lebih aman. Mengenai proses pengalihan bisa dilakukan dengan bertahap, namun harus dengan komitmen dan perencanaan yg matang.

Banyak negara maju yg masih memproduksi gyprock/ drywall/internit/pipa saluran air/cat tembok/cat pagar  dll. Jenis bisnis yg dulu ada, sampai sekarang juga masih ada. Namun bedanya sekarang produk-produk itu tanpa campuran asbestos atau ada campuran tetapi dalam kadar yg aman sesuai dengan regulasi.

Pakailah system menjemput bola; aktip berinisiatif mendekati dan bicara dengan pemerintah (dlm hal ini dg Departemen terkait ), beri masukkan dan saran, sehingga materi terkumpul dan formula terbaik bisa dirumuskan untuk menyusun undang-undang. Justru hal ini bisa merupakan kerja sama antara pemerintah dan bisnis yg bisa dibanggakan.

Kalau dibiarkan tanpa tindakan, maka akan menjadi masalah besar dimasa datang, ketika regulasi sudah ada, bisa jadi akan banyak kasus penuntutan, seperti yg sudah terjadi di banyak negara lain. Kalau hal ini terjadi, maka akan menjadi ongkos yg sangat mahal untuk dibayar oleh pebisnis. Berbisnislah yg aman dan bermartabat ..Good luck..

Untuk Pemerintah, harapan saya semoga dalam waktu yg tidak lama akan ada rumusan tentang regulasi yg melindungi masyarakat dari bahaya asbestos. Juga regulasi yg memberikan guideline yg jelas bagi para pebisnis. Sehingga pebisnis mengerti bagaimana harus memperlakukan produk yg mengandung asbestos dan mengerti bahwa akan dikenai denda bila melanggar.

Pemerintah dalam hal ini perlu fokus dalam dua hal yaitu: Regulasi dan Training Centre.

Regulasi
Regulasi yg bagaimana?

Negara lain sudah bertahun-tahun bekerja keras untuk memperbaiki regulasi mereka. Pasti banyak tahapan yg harus mereka lalui, uji coba dan penelitian, sampai akhirnya proses pengambilan keputusan untuk melarang asbestos. Tentunya semua tahapan itu menghabiskan pikiran dan dana yg tidak sedikit.

Negara seperti Inggris, Australia, Canada, Singapore sudah melarang asbestos. Amerika, masih memperbolehkan asbestos dalam produk, tetapi dengan regulasi dan pengawasan yg ketat.

Nah sekarang bagaimana kita yg masih tertinggal ini?  Apakah kita harus melalui jalan yg dulu mereka lalui juga? Apakah kita mau melakukan pembiaran karena ada tekanan dari pebisinis? Apakah kita mau membiarkan rakyat mati pelan-pelan?

Atau kita mau bersikap cerdas mengambil keuntungan dari kesempatan ini.  
Belajar dari kesalahan mereka (negara lain) dan mempelajari peraturan perundang-undangan yg mereka buat dengan susah payah.  

Banyak materi regulasi tersedia untuk publik yg mau mempelajarinya.

Banyak sekali regulasi yg bisa menjadi pedoman. Kita bisa belajar dari negara yg benar-benar melarang asbestos dan dari negara yg masih menggunakan tapi dengan pengawasan yg ketat. Kita bisa mempelajarinya, dan menyesuaikan dengan negara kita.  

Training Centre

Selain persiapan regulasi, pemerintah juga bisa melengkapi program ini dengan training centre, sehingga tersedia sumber daya manusia di seluruh provinsi yg akan mampu melakukan tugasnya.

Langkah awal yg perlu diambil yaitu dengan mengirim orang-orang ke negara tsb diatas (yg paling dekat Singapore atau Australia) untuk mendapat training sebagai instruktur yg berlisensi. Setelah pulang mereka bisa memberikan training kepada orang lain di seluruh negeri.

Progam itu bisa dikembangkan dengan mendirikan training centre, yg berfungsi selain memberi training, juga menerbitkan lisensi. Organisasi ini kemudian bisa didirikan pada tiap provinsi, sehingga beban kerja bisa dibagi rata keseluruh negeri.

Di Inggris, program training dan penerbitan lisensi ditangani oleh Health and Safety Executive. Suatu organisasi yg didanai pemerintah dan bertanggung jawab kepada pemerintah.   

Pemerintah sangat perlu untuk menyadari, beban yg akan ditanggung oleh generasi penerus akibat dari asbestos. Beban secara fisik maupun finansial. Mengingat penduduk kita yg jumlahnya besar, maka beban itupun tidak akan kecil.

Kalau generasi sekarang bisa melakukannya, kenapa ditunda dan melempar tanggung jawab kepada generasi mendatang?

Saya yakin banyak orang pintar di negeri ini untuk bisa merumuskan dan membuat suatu perundang-undangan yg bisa melindungi rakyat.

Semoga tahun baru nanti menjadi momentum yg baik bagi pemerintah untuk merubah keadaan menjadi lebih baik dan untuk Indonesia lebih maju dan sejahtera...

 

paper-clip.com.sg

Supaya anak-cucu-cicit bangsa, semua bisa hidup di negeri tercinta ini dengan rasa tenang, aman, sehat dan bahagia selamanya....Amin. 

Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa membuka pikiran kita semua..

Terima kasih dan salam damai selalu..............

 

 

Tulisan sebelumnya:
http://www.kompasiana.com/mbakyun/asbestos-the-silent-killer-5_5682398da423bd5d0711bae1
http://www.kompasiana.com/mbakyun/asbestos-the-silent-killer-4_566757e7939373ff18bb6b07
http://www.kompasiana.com/mbakyun/asbestos-the-silent-killer-3_565ba2fa529373820d1cbefb
http://www.kompasiana.com/mbakyun/asbestos-the-silent-killer-2_5643c5f8539773a9048b4570
http://www.kompasiana.com/mbakyun/asbestos-the-silent-killer_563f2acb929373a109a98551

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun