Mohon tunggu...
Suci Ayu Latifah
Suci Ayu Latifah Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Satu Tekad Satu Tujuan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anomali Tanggal 26 April

26 April 2020   10:00 Diperbarui: 26 April 2020   09:58 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejak itu, ketika tidak ada korek api, aku senang bermain-main dengan ini. Pergi ke tanah lapang atau halaman rumah di bawah terik matahari. Kemudian, meletakkan selembar kertas di tanah.

Butuh kesabaran, ya tentu itu kan yang dianjurkan guru agama Islam kita saat duduk di sekolah dasar. Orang hidup harus sabar.  Proses perjalanan hidup satu per satu dijajaki. Kalau kamu sabar, kelak akan memetik buah dari kesabaran itu.

Ya, aku sabar kok. Sabar untuk menerima balasan surat darimu, setelah puluhan aku kirimkan. Sumpah deh, aku sabar seperti menunggu kertas itu terbakar. Kemudian, menimbulkan asap membumbung.

Hmm, terlalu berlebihan kelihatannya. Kan hanya kertas, bukan tumpukan kertas. Jadi. asapnya ya biasa. Cukup membuat kita terbatuk-batuk kecil.

Tentang ini, aku pernah mendalami dalam pelajaran Fisika. Aku suka pelajaran Fisika meski kadang tidak terlalu bisa untuk mengerjakan soal. Aku baru tahu, ternyata kaca pembesar memiliki lensa cembung. Salah satu manfaatnya untuk melihat benda kecil menjadi terlihat besar dan jelas. Bayangan yang tercipta adalah maya, tegak, dan diperbesar.

Pantas saja, panas matahari yang jauh di sana bisa dengan cepat membakar kertas. Lensa dari kaca pembesar bekerja secara baik. Ia mendekatkan yang jauh. Lensa bertindak memfokuskan cahaya yang datang, sehingga energi panasnya mudah kita dapati.

Di bagian tengah lensa yang tebal itu energi matahari berkumpul. Kalau aku membayangkan, seolah-olah energi matahari disedot oleh lensa. Hasilnya, ya tak lama begitu kertas terbakar.

Begitu kan Mas? Aku masih ingat kok penjelasan dari guru Fisikaku. Meski tidak sempat praktik. Terima kasih, kamu mengajakku praktik terlebih dulu, tanpa tahu teori. Aku kamu pintar juga. Kamu seperti Newton. Telah menciptakan sebuah temuan yang menarik dan menyenangkan.

Bagaimana Mas, apakah kamu sudah siap untuk bereksperimen lagi?

Kali ini aku usul ya, kertas diganti dengan perapian rumput atau daun. Sudah kusiapkan semuanya. Kebetulan dedaunan kering tadi belum aku buang ke tempat sampah. Bisa kan itu kita manfaatkan. Sebab, dari guru Fisikaku mengatakan, bahwa daun, ranting, kertas, kapas, rumput kering bisa dijadikan bahan eksperimen.

Oke Mas, aku tunggu di tanah lapang ya. Di tempat biasa kita melepaskan ion-ion dalam tubuh, kemudian saling bertatapan. Kali ini, cukup kita bereksperimen saja. Bulan puasa. Baiknya kita menjaga tatapan mata, supaya tidak timbul nafsu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun