Seno, Mas dalam buku itu membongkar informasi yang tumpang tindih terkait peristiwa Timor-Timor. Mas tahu, peristiwa di sana hampir sama dengan apa yang terjadi di Aceh. Ya, perihal kekerasan.
Di timor-Timor Mas, berlangsung sekitar 23 tahun. Semenjak 7 Des 1975 -- 31 Okt 1999. Ahh, ngeri pokonya, Mas. Apa yang terjadi di Timor-Timor secara hati-hati diceritakan Seno. Seno, pada masa itu mendapat tugas meliput di sana. Ia tidak sendiri, kok. Ada dua teman lainnya dari tabloid Jakarta Jakarta (JJ).
Sayang sekali, pada masa itu belum ada kebebasan pers. Ya, pada saat pemerintahan Soeharto. Semua media, baik cetak maupun elektronik diberikan batasan dalam hal menginformasikan kepada khalayak. Press release diatur oleh pemerintah. Saat itu, pemerintah berkuasa dalam segala hal. Sebab itulah, terjadi tumpang-tindih informasi.
Ya, Seno, sebagai jurnalis kreatif melakukan wawancara bersama beberapa saksi mata. Informasi dari mereka, dijadikan sebagai bagian dari berita. Kemudian, tambahan ada video tape yang merekam peristiwa itu.
Mas, mungkin ya kamu ingin tahukan tentang peristiwa itu? begitu pula denganku. Ya, aku ingin sekali tahu kebenaran tentang Timor-Timor. Beruntunglah, aku berjumpa dengan buku berharga ini. Aku pula, berdekatan dengan beberapa cerpen-cerpen Seno yang juga berkisah tentang Timor-Timor.
Sekitar 12 cerpen itu sudah dikumpulkan menjadi satu dan diberi judul Saksi Mata. Tentang cerpen itu, pada masa itu dikirimkan di berbagai koran di Indonesia dan termuat. Mas ingin bacakah kumpulan cerpen itu?
Selanjutnya Mas, tentang Timor-Timor juga dikisahkan Seno ke dalam novel Jazz, Parfum, dan Insiden. Novel ini sangat tebal. Isinya ya peristiwa Timor-Timor secara terang-terangan di bongkar. Di novel itu tidak ada lagi sensor. Secara gamblang, Seno penuh emosi menuliskan, bahwa aparat ABRI melakukan penembakan membabi-buta guna membubarkan kerumunan massa dalam demonstrasi yang mengakibatkan banyak orang tewas. Meski begitu, secara resmi ABRI dan pemerintah RI tidak mengakui adanya peristiwa penembakan tersebut.
Aku bangga Mas dengan Seno. Ia teramat berani meliput waktu itu. Padahal, huuuh, dari tulisannya itu aku merasakan sebuah kejadian yang miris, tragis, dan sadis.
Terlebih, begitu terjadi kerusuhan di pemakaman Santa Cruz, Timor-Timor. Kerusuhan itu, bukanlah sesuatu yang diinginkan dan dikehendaki. Aksi demonstran dan tentara amat menyedihkan. Seno, karena begitu tidak percaya atas peristiwa itu, membuatlah ia sajak yang diberi judul Santa Cruz. Selain itu, tercipta juga sajak Trompet. Sajak itu adalah kisah dari peristiwa Dili di pemakaman Santa Cruz pada 12 November 1991.
Ini Mas, sajaknya.
Trompet