Adzan maqrib berkumandang. Bapak menutup telepon dan pergi ke masjid. Aku dan mamak shalat di rumah. Selesainya shalat, aku, bapak dan mamak makan bersama. Disela-sela makan, aku membicarakan soal latihan karawitan. perlombaan yang tidak gampangdan mudah dan persaingan yang ketat.Â
Perlombaan ini selalu dilaksanakan setiap 1 tahun satu kali yang digelar di gedung kesenian Ponorogo. Persaingan antar pelajar dan umum membuatku tidak percaya diri. Bapak dan mamak memberiku motivasi dan semangat. Mereka senang jika aku terlibat dalam kegiatan seni. Mereka mereka memberikan dukungan kapan pun aku latihan. Tetapi dengan syarat, nilaiku tidak boleh menurun.
"Pak, perlombaannya kurang seminggu lagi. Katanya Pak Slamet pakaian yang dikenakan nanti adalah pakaian penadon".
 Penadon adalah pakaian serba hitam seperti yang dikenakan warok dalam pentas reog.
"Iya, besok bapak coba carikan bajunya. Kamu latihan aja yang benar biar mendapat juara lagi," kata Bapak menanggapiku.
"Terimakasih Pak. Aku ke kamar dulu tadi ada PR di sekolahan," kataku mengakhiri pembicaraan di meja makan dan langsung menuju kamar.
***
Seperti biasa setelah pulang sekolah aku latihan karawitan. Latihan ini sudah dipersiapkan satu bulan sebelum hari perlombaan. Semakin dekat dengan jadwal lomba, semakin keras pula latihannya. Terkadang malam juga ada latihan. Permainan yang berdurasi 10 menit ini akan menjadi masa termanis yang tak mdah terlupakan. Dimana aku bangga dengan kesenian dan budaya. Tidak banyak orang yang menyukai seni. Di zaman yang modern ini, banyak orang yang meremehkan dan melupakan kesenian dan budayanya. Sehingga pada akhirnya ada negara tetangga yang mengakui kesenian dan budaya yang kita miliki. Sungguh mengenaskan.
Tiga hari sebelum perlombaan, sekolahku kedatangan tamu dari Kecamatan Jetis. Mereka ingin melihat hasil latihan dan kerja keras grub karawitan untuk tampil. Pak Slamet berpesan kepada para pemain untuk serius dan fokus. Bayangkanseperti kalian tampil sesungguhnya. Berikan yang terbaik dari kalian. Demi kemajuan bersama jangan mementingkan ego masing-masin. Kita harus sejalan dan setujuan untuk menggapai hasil yan sama. Pesan dari Pak Slamet membuat hati ini bergerak untuk terus berpacu. Membakar semangat yang tinggi dan maju terus tanpa hambatan.
"Baik anak-anak. Silahkan menempati posisinya masing-masing karena rombongan dari Kecamatan sudah hadir," kata Pak slamet memberi perhatian.
Hitungan ketiga, temanku yang memegang bonang memberi aba-aba. Kemuadian disusul dengan pengrawit lainnya. Persembahan pertama kami adalah Kebo Giro. Kebo Giro adalah alunan gamelan yang digunakan untuk menyambut tamu yang datang. Selesai membawakan tersebut, rombongan kecamatan sudah memasuki ruang latihan.Â