Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Dilema antara Cari Jodoh Sendiri atau Dijodohkan

26 Mei 2021   05:59 Diperbarui: 27 Mei 2021   01:22 1978
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilema antara Cari Jodoh Sendiri atau Dijodohkan (Sumber: sohu.com)
Dilema antara Cari Jodoh Sendiri atau Dijodohkan (Sumber: sohu.com)
Dan gara-gara itulah akhirnya saya sering ribut sama ibu. Kalau ada teman laki-laki main ke rumah selalu ditanya ini itu. 

Mereka juga banyak yang mundur karena sering banget diinterograsi sama ibu saya, akhirnya lama-lama saya frustasi. 

Dilema, antara menuruti keinginan ibu atau tetap nekad cari jodoh sendiri. Sempat juga terpikirkan untuk dicarikan jodoh saja sesuai kriteria yang ibu mau. Tapi syaratnya tidak berubah, asal jangan tentara. Jadinya tetep nggak ketemu dong, hehehe!

Ternyata lama-lama ibu juga menyerah pada keputusan saya untuk memilih sendiri jodoh saya. 

Waktu itu usia saya sudah menginjak 25 tahun ketika baru mempunyai teman dekat lagi. Mungkin ibu juga takut kalau di usia yang makin bertambah, jodoh saya akan semakin jauh datangnya. Kalau kami sama-sama ngotot dengan prinsip masing-masing.

Sebaiknya dijodohkan atau cari jodoh sendiri?

Saya pribadi tidak mempermasalahkan perjodohan selama kedua belah pihak saling memahami. Karena hubungan setelah pernikahan itu tidaklah sesederhana yang dibayangkan.

Terutama di era modern seperti sekarang ini. Hubungan antar sosial cukup luas dan sangat cepat, bahkan sepertinya tanpa batas karena didukung teknologi yang sangat canggih. 

Interaksi bisa lewat media sosial, bahkan aplikasi perjodohan yang makin semarak. Memungkin kita bisa bertemu dan berkenalan dengan banyak orang dengan berbagai kepribadian.

Kita bisa mencari tahu atau mengenal calon yang akan kita "tembak" lewat stalking di media sosial. Googling latar belakang pendidikan, keluarga atau sepak terjang di dunia maya. Apalagi sekarang banyak banget aplikasi perjodohan yang sangat membantu mereka yang punya kesibukan dalam berkarir sehingga tidak ada waktu untuk mencari pasangan.

Sebenarnya dijodohkan itu tidak selamanya jelek, karena seperti cerita saya di atas kalau saya pernah diposisi sebagai anak yang akan "dijodohkan". 

Jadi tahu banget bahwa sebenarnya tujuan dari orangtua itu pasti yang terbaik buat anaknya. Mereka juga mempunyai naluri yang tajam, meskipun kadang meleset. Karena kehidupan setelah berumah tangga itu sudah tidak ada campur tangan dari orangtua lagi, tapi kembali kepada masing-masing pasangan yang mengatur serta menjalaninya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun