Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Meski Kondisi Berbeda, Ramadan Tetap Milik Kita

27 April 2020   22:11 Diperbarui: 27 April 2020   22:21 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Meski Kondisi Berbeda, Ramadan Tetap Milik Kita (dok.pri)

Meski Kondisi Berbeda, Ramadan Tetap Milik Kita - Selepas sholat Subuh, saya bergegas menuju pasar tradisional dekat rumah dengan berjalan kaki. Hampir setiap hari begitulah aktifitas rutin yang selalu saya lakukan sejak dulu, baik sebelum wabah Covid-19 melanda negeri tercinta ini. Bedanya sekarang keluar rumah, harus dan wajib mengenakan masker. Saya melengkapi dengan sarung tangan supaya merasa aman dan nyaman dalam melakukan transaksi jual beli.

Tapi sebenarnya tidak cukup pelindung fisik itu saja sih. Kita harus tetap waspada dengan menjaga jarak terutama kalau ada pembeli lain. Apalagi dimana-mana namanya pasar pasti banyak orang dan selalu berdesak-desakan. Kalau saya sih berangkat agak pagian, dimana pasar masih belum terlalu ramai. Itupun dengan sedikit bergegas. Kadang nggak pakai nawar hehehe. Supaya segera selesai. Terutama kalau bertransaksi menggunakan uang tunai. Saya juga sudah menyiapkan plastik untuk tempat uang-uang kembalian.

Rempong banget ya? Tapi tidak cukup itu saja lo! Sebelum masuk rumah, saya harus cuci tangan dengan sabun yang sudah tersedia di dekat pagar pintu masuk rumah. Selanjutnya melepas baju yang tadi saya kenakan termasuk masker dan sarung tangan, untuk dimasukkan langsung ke mesin cuci. Lagian juga udah penuh keringat karena dipakai jalan kaki hehehe. Terus barang belanjaan tadi semua di cuci, yang sayuran fresh. Kalau masih dalam plastik, di semprot cairan disenfektan.

Ribet banget ya? Tentu saja. Tapi kan demi kebaikan bersama, teruama keluarga kita. Karena sejak wabah Corona melanda dunia, kebersihan menjadi hal yang paling utama dalam keseharian. Jadi dinikmati dan diikuti saja. Mudah-mudahan meski Corona sudah lenyap dari muka bumi, kebiasaan itu akan menjadi gaya hidup sehari-hari kita.

*

Mulai hari ini (27/04) kompleks perumahan saya sudah menerapkan PSBB mengikuti anjuran pemerintah propinsi Jawa Timur. Sudah sejak beberapa waktu yang lalu ibu Khofifah - gubernur Jawa Timur pun terus menerus mengingatkan agar taat dan disiplin menjalankan himbauan tersebut. Ditambahkan, sebelum menjelang Ramadhan ada larangan untuk mudik bagi semua masyarakat Indonesia. Tujuannya memang satu, memutus rantai penyebaran virus Covid-19.

Pikiran saya langsung ke Jakarta, ada anak sulung saya yang selama ini bekerja di sana juga tidak bisa mudik ke Surabaya. Sejak diberlakukan WFH, dia stay di kos dengan teman-temannya yang juga terancam tidak bisa mudik. Sedih juga setiap dia bilang kangen pulang. Bosan di kos-an. Tapi kami selalu membesarkan hatinya untuk bersabar. Mengajak video call-an setiap saat. Untung saja teman kos-nya banyak juga yang berasal dari Surabaya. Jadi bisa saling berbagi. Obat kangen satu-satunya, Ketika saya mengirimkan makanan khas Surabaya kesukaan dia. Apalagi bisa berbagi dengan teman-teman lainnya.

*

Nggak kerasa sudah lebih dari sebulan kondisi ini berlangsung, tapi belum ada perubahan yang berarti. Semua pasti sedih dan prihatin. Apalagi semua aktifitas serasa mati, yang mengakibatkan perekonomian menjadi lumpuh. Akhirnya banyak PHK karena banyak perusahaan gulung tikar. Saya hanya mampu beristighfar ketika mendengar berita-berita seperti itu.

Sebagai manusia kadang kita merasa kecewa, tidak puas, marah, atas semua yang terjadi. Tapi sebagai manusia yang beriman, kita harus yakin semua itu adalah takdir dari yang Maha Kuasa. Banyak harapan yang ingin diwujudkan setelah semua ini berlalu. Sekarang ini kita harus bisa memotivasi dan membesarkan diri sendiri supaya tidak stress. Supaya tidak ngedrop. Sehingga imun tubuh tetap terjaga dan kuat untuk menangkal segala macam virus.

Menerima kondisi ini dengan ikhlas dan sabar.

Sebagai seorang ibu, dengan 2 anak remaja yang lagi aktif-aktifnya tentu kondisi seperti ini sangat sulit. Dimana harus memberi pengertian kepada mereka akan situasi yang harus dihadapi. Tentunya tugas ekstra adalah menyiapkan segala keperluan mereka dari mulai ketika harus belajar dari rumah, memperhatikan asupan gizi dan makanan pendamping seperti camilan (ini yang bikin setres buuuuuk hehehehe). Selanjutnya membimbing dan menemani mereka belajar secara online. Dan yang paling utama adalah menjaga psikis mereka supaya tidak down. Dengan modal ikhlas dan sabar, semua tugas itu pasti akan berjalan dengan lancar. Ibu juga tetap sehat dan kuat menjadi penjaga keluarga.

Menjalani ibadah di bulan Ramadhan dengan khusuk.

Pemerintah baik  melalui Kementerian Agama maupun MUI sudah menyarankan agar semua kegiatan selama bulan Ramadan seperti tarawih dan tadarusan untuk sementara ini dilakukan di rumah saja. Tapi meskipun begitu, masih banyak masjid yang mengadakan sholat tarawih. Tentunya dengan tetap melaksanakan anjuran pemerintah. Saya sendiri dan keluarga, sampai hari ke-4 puasa ini masih beribadah di rumah saja. Yang penting khusu' dan taat menjalankan semua ajarannya.

Tetap menjalin silaturahmi dan saling berkabar pada keluarga serta kerabat. 

Biasanya setelah sebulan menjalankan ibadah puasa, salah satu yang ditunggu-tunggu adalah berlebaran di kampung halaman alias mudik (atau pulang kampung). Tapi sepertinya tidak memungkinkan dalam kondisi Corona yang masih "berkeliaran". Untunglah teknologi sekarang sudah canggih, rasanya tidak sulit untuk melakukan komunikasi meskipun berjarak ribuan atau ratusan kilometer. Ini bisa menjadi salah satu obat kangen ketika tidak bisa mudik.

Mari tetap empati pada sekeliling. 

Yakin pada saat sekarang ini banyak orang yang kehilangan pekerjaan. Tidak hanya mereka, kitapun pasti kena dampaknya juga. Tapi itu bukan alasan buat kita untuk berhenti bersedekah, membantu pada sesama. Karena sedekah itu tidak harus menunggu kita punya rejeki yang berlebih. Berapapun jumlahnya, sedekah kita akan sangat bermanfaat buat orang lain. Apalagi di bulan puasa ini, kita diwajibkan untuk berzakat. Waktu yang tepat untuk berlomba-lomba melakukan kebaikan buat sesame.

Hikmah apa yang bisa kita ambil?

Semua peristiwa pasti ada hikmahnya. Juga dalam kondisi seperti sekarang ini. Meskipun badan kita merasa terkungkung, tapi jiwa kita masih bisa bebas dengan adanya teknologi canggih. Bisa menjalin silaturahmi, berinteraksi dengan dunia luar, melakukan pekerjaan di rumah, bahkan melakukan kebaikan meski tidak secara langsung.

Apapun kondisinya saat ini. Ramadhan tetap datang. Ramadhan tetap milik kita. Dimana kita bisa memperbanyak ibadah dan mengumpulkan pahala. Tuhan memberikan ujian ini, karena ingin umatnya lebih banyak lagi memohon dan meminta kepada-Nya.

Selamat menunaikan ibadah puasa buat semua sahabat Kompasianer dimanapun berada. Semoga di bulan yang suci ini, semua doa-doa kita terkabul. Dan musibah ini segera berlalu. Aamiin...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun