Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Suroboyo Bus, Kendaraan Bu Risma Wujudkan Kota Surabaya Bebas Sampah Plastik

28 Oktober 2019   14:32 Diperbarui: 28 Oktober 2019   17:54 1068
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah ditempatnya (dok.pri)

SUROBOYO BUS, TRANSPORTASI FAVORIT KARENA GRATIS

Suroboyo Bus berhenti di sebuah halte ketika serombongan ibu-ibu menyeruak naik sambil menenteng botol-botol plastik bekas. Setelah memperlihatkan bawaannya ke kondektur, mereka mencari tempat duduk. Karena siang ini bus penuh sesak, akhirnya mereka berdiri dengan tangan memegang handle di atasnya supaya bisa menjaga keseimbangan badan ketika bus berjalan. 

Beginilah pemandangan sehari-hari Suroboyo Bus yang sekarang menjadi transportasi favorit warga Surabaya. Tapi bukan hanya warga Surabaya saja lo. Karena Suroboyo Bus ini juga menjadi transportasi umum favorit buat yang pengen bepergian ke wilayah pusat kota Surabaya.

Tidak jarang Suroboyo Bus mengangkut anak-anak sekolah terutama dari PAUD dan TK. Rupanya pihak sekolah sedang memperkenalkan alat transportasi kota sekaligus mengedukasi muridnya bagaimana memanfaatkan botol plastik bekas sebagai alat pembayaran. 

Tentu saja anak-anak sangat gembira bisa jalan-jalan. Sesekali mereka sambil berteriak tayo, tayo, tayo... Karena tampilan Suroboyo Bus memang keren dengan warna merah yang cukup mencolok dari kejauhan. Kebanyakan anak kecil menyebutnya bus Tayo karena identik dengan film kartun kesukaan anak-anak yang lagi ngehits.

Rupanya sebagian besar masyarakat sudah tahu kalau Suroboyo Bus ini adalah salah satu program pemerintah Surabaya dalam mengsukseskan kampanye Reduce, Reuse dan Recycle. Sudah hampir 2 tahun bus ini beroperasi, selain warga Surabaya pun sudah tahu keberadaan Suroboyo Bus dan memilihnya untuk sarana jalan-jalan di kota Surabaya.

Dulu awal beroperasinya bus ini memang sepi banget. Sering terlihat hanya parkir berderet di depan pintu masuk terminal karena yang naik bus bisa di hitung dengan jari. Mungkin karena masih berpikir kalau cara pembayarannya ribet, repot kalau harus membawa botol plastik bekas, juga belum banyak yang tahu cara penukarannya.

Dengan bergulirnya waktu, sosialisasi tentang "bus sampah" mulai meluas. Penumpangnya makin banyak dan selalu penuh. Tapi dari pihak pengelola yaitu Dinas Perhubungan membatasi penumpang supaya tidak kelebihan kapasitas. Karena nantinya akan mempengaruhi kondisi bus dan mempercepat kerusakan mesin kalau beban penumpang yang berat.  

Satu fenomena yang menarik sejak kemunculan dari Suroboyo Bus ini adalah "memulung" botol plastik bekas sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari buat warga Surabaya khususnya atau pengguna Suroboyo Bus umumnya. Begitu juga di lingkungan perumahan saya yang masuk wilayah  kota Sidoarjo. Setiap datang ke suatu acara baik itu pengajian, kondangan atau selamatan. Para pengunjung yang sebagian besar ibu-ibu sangat sigap mengumpulkan botol-botol plastik bekas.

Untuk sistem konversi pembayaran Suroboyo Bus bisa intip di tulisan saya: Suroboyo Bus: transportasi modern yang memberi edukasi masyarakat untuk peduli lingkungan 

AWALNYA MAU DIGRATISKAN, TAPI AKHIRNYA BAYAR PAKAI BOTOL PLASTIK BEKAS UNTUK MEMBERI EDUKASI KEPADA MASYARAKAT 

Mobil operasional untuk merawat ruang hijau kota Surabaya (dok.pri)
Mobil operasional untuk merawat ruang hijau kota Surabaya (dok.pri)
Melihat kepedulian pemerintah kota Surabaya terhadap sampah terutama sampah plastik, rasanya pengen tahu bagaimana sih sistem pengelolaan sampah di kota Surabaya ini?

Saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau atau disingkat DKRTH yang mengelola sampah di seluruh wilayah Surabaya. Kantor yang beralamat di jalan Raya Menur No. 31A Surabaya itu di bawah kepemimpinan bapak Ery Cahyadi. Tapi berhubung waktu saya berkunjung beliau sedang mendampingi bu Risma, saya ditemui oleh bapak Eko Sudjarwoko - staff Sekretariat DKRTH.

Bersama apak Eko Sudjarwoko -- staff Sekretariat DKRTH (dok.pri)
Bersama apak Eko Sudjarwoko -- staff Sekretariat DKRTH (dok.pri)
Bapak Eko menjelaskan bahwa awalnya Suroboyo Bus tersebut sebagai transportasi massal untuk mengatasi kemacetan di Surabaya dan digratiskan. Tapi bu Risma mempunyai pandangan kalau gratis itu justru tidak mendidik. Sehingga beliau mempunyai ide untuk mengedukasi masyarakat sekaligus mengajari dalam mengelola sampah. Akhirnya tercetus ide membayar pakai botol plastik bekas. Kenapa kok botol plastik? Karena ditinjau dari segi estetika, botol akan lebih bersih dibandingkan sampah yang lain.

Ternyata hasil dari botol plastik bekas yang terkumpul cukup banyak. Rata-rata sepanjang tahun 2019 sudah terkumpul sekitar 35.26 ton sampah dari mulai bulan Januari sampai Juni 2019. Sedangkan untuk tahun 2018 kemarin, sampah botol plastik bekas yang terkumpul dari bulan April sampai Oktober adalah 39 ton. Selanjutnya dilelang dan menghasilkan uang sebesar 150 juta.

Kalau kemarin di Bali saya melihat langsung tempat recycle botol plastik yaitu di Bali PET. Dimana botol-botol plastik bekas dikumpulkan, dipilah hingga di roses untuk di daur ulang. Ternyata di Surabaya ada di Pusat Daur Ulang Jambangan. Merupakan kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak Juni tahun 2016.

BIAYA OPERASIONAL SUROBOYO BUS DISUBSIDI PEMKOT, 100 JUTA RUPIAH PERBULAN UNTUK 20 BUS

Operasional Suroboyo Bus dikelola Dinas Perhubungan (dok.pri)
Operasional Suroboyo Bus dikelola Dinas Perhubungan (dok.pri)
Suroboyo Bus dikelola oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya dibawah kepemimpinan bapak Irvan Wahyu Drajat sebagai Kepala Dinas. Beliau menyampaikan bahwa biaya operasional Suroboyo Bus disubsidi oleh Pemerintah Kota Surabaya dengan total yang harus dikeluarkan untuk 20 armada bus sebesar 100 juta rupiah. Biaya operasional itu meliputi gaji driver, BBM dan gaji helper. Sebenarnya 20 armada tersebut terdiri dari 18 unit Suroboyo Bus dan 2 unit lagi adalah double decker atau bis bertingkat.

Menurut beliau, biaya subsidi operasional Suroboyo Bus itu tidak begitu besar dibandingkan dengan manfaatnya untuk masyarakat. Karena subsidi itu bertujuan untuk mewujudkan transportasi massal yang bisa mengurangi kemacetan dan keramahan lingkungan kota. Apalagi bu Risma menegaskan akan terus menerapkan konsep penukaran sampah botol plastik ini sebagai alat pembayaran Suroboyo Bus.

DROP BOX UNTUK SAMPAH BOTOL PLASTIK DI MINIMART DAN RUANG PUBLIK 

Penampakan drop box Danone-AQUA (foto dari : twitter.com/aqua_lestari)
Penampakan drop box Danone-AQUA (foto dari : twitter.com/aqua_lestari)
Ketika mengikuti Danone Blogger Academy 3 di Bali beberapa waktu yang lalu, salah satu yang cukup menempel dalam ingatan saya adalah ketika melihat DROP BOX di depan minimart. Ini yang belum pernah saya temukan di kota Surabaya. Langsung muncul ide untuk nantinya bisa berbagi informasi pada instansi yang terkait.

Dropbox tersebut menampung botol-botol plastik bekas minuman pengunjung minimart. Terutama pengunjung yang lagi kongkow, pastinya dia bakalan bolak balik beli minuman. Botol-botol tersebut nantinya akan di kirim ke pengepul dan pemilah sampah. Selanjutnya di daur ulang untuk dijadikan barang-barang baru yang ramah lingkungan.

Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah ditempatnya (dok.pri)
Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membuang sampah ditempatnya (dok.pri)
Selama ini saya masih sering melihat sampah botol berserakan di depan minimart. Terutama yang ada tempat duduk buat nongkrong. Sampah plastik, puntung rokok sampai kulit kacang berserakan dimana-mana.  Padahal sudah disediakan tempat sampah lo! Ini salah satu bukti kalau masyarakat kita belum sadar menjaga kebersihan dan lingkungan.

BU RISMA - SOSOK DI BALIK "MEWUJUDKAN SURABAYA ZERO WASTE"

Bu Risma peduli dengan lingkungan (foto : liputan 6)
Bu Risma peduli dengan lingkungan (foto : liputan 6)
Wajah Surabaya yang berubah lebih rapi dan ramah lingkungan ini tentunya tidak lepas dari sosok Tri Rismaharini - panggilan akrabnya bu Risma. Sejak hampir 10 tahun dipimpin beliau,  Surabaya memang makin terlihat adem dengan banyaknya tanaman serta ruang hijau. Apalagi dua tahun terakhir ini disempurnakan dengan hadirnya keberadaan Suroboyo Bus.

Tidak heran karena latar belakang pendidikan beliau di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya jurusan Arsitektur lulus tahun 1987. Kemudian melanjutkan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di kampus yang sama lulus tahun 2002. Sebelum menjabat sebagai Walikota, bu Risma menjadi pegawai negeri sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (DKP) serta Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko). Lewat tangan beliau pula, Surabaya semakin bersih dari sampah dan banyak mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.

Profile lengkap bisa di lihat disini

Di balik tekad beliau untuk untuk mewujudkan Surabaya "Zero Waste", maka terbitlah surat edaran terkait imbauan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Surat edaran bernomor 660.1/7953/436.7.12/2019 yang ditujukan kepada semua pelaku usaha di Kota Surabaya.

Imbauan tersebut didasari Perda Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya dan upaya pengendalian sampah. Beberapa pejabat di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Surabaya juga diminta Risma untuk terjun langsung memberikan surat edaran serta imbauan kepada para pelaku usaha di kota Pahlawan.

Ditegaskan pula oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya yaitu bapak Eko Agus Supiandi yang membenarkan hal tersebut. Menurut beliau, imbauan itu adalah komitmen Pemkot Surabaya dalam mewujudkan program Gerakan Surabaya Zero Waste, utamanya adalah sampah plastik.

PRO KONTRA DI BALIK MEWUJUDKAN SURABAYA BEBAS SAMPAH PLASTIK

Warga antusias mengumpulkan botol plastik bekas untuk di tukar stiker Suroboyo Bus (dok.pri)
Warga antusias mengumpulkan botol plastik bekas untuk di tukar stiker Suroboyo Bus (dok.pri)
Setiap perubahan pasti ada pro dan kontra. Begitu juga dengan kebijakan bu Risma yang mewajibkan pembayaran naik Suroboyo Bus harus menggunakan botol plastik bekas.

Di satu sisi mempunyai tujuan untuk memberikan edukasi positif dengan memanfaat botol-botol bekas daripada menjadi sampah yang akan merusak lingkungan. Tapi di sisi lain, justru akan memacu masyarakat untuk lebih banyak membeli minuman dalam kemasan supaya bisa digunakan untuk naik Suroboyo Bus dengan gratis. Sempat menjadi perdebatan dikalangan masyarakat sendiri.

Salah satu alasan yaitu karena masyarakat kita memang belum bisa meninggalkan kebiasaan membeli air minum dalam kemasan atau air minum dalam kemasan botol plastik. Tapi edukasi ini akan tetap terus dijalankan sampai warga betul-betul bisa mandiri tidak menggunakan bahan plastik dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga diharapkan warga akan lebih sadar tentang bahaya penggunaan plastik dengan mulai membiasakan diri membawa kantong yang ramah lingkungan saat berbelanja. Juga membawa botol minuman atau tumbler, jadi tinggal isi ulang air minum serta mengurangi pemakaian barang yang berbahan plastik sedikit demi sedikit.

Saya sebagai warga Surabaya merasa bangga. Karena selama mengikuti kegiatan Danone Blogger Academy di Bali bisa melihat langsung inovasi dalam pengelolaan dan pengolahan sampah plastik yang membuat saya kagum. Tapi ternyata Surabaya juga menjadi model pengolahan sampah bagi pemerintahan Provinsi Bali. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kabag Data dan Dokumentasi Biro Humas Propinsi Bali - Ida Bagus Surja Manuaba pada kunjungannya beberapa waktu yang lalu ke Surabaya bahwa Bali sebagai daerah destinasi pariwisata terkenal dunia perlu belajar juga dari Surabaya tentang tata kota, tata taman, tata lampu kota dan pengolahan sampah. (sumber info : https://beritadewata.com/kota-surabaya-jadi-model-pengolahan-sampah/)

Terima kasih Danone untuk ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama mengikuti Danone Blogger Academy 2019 di Bali.  Dan tidak lupa pada hari ini saya ucapkan :

"Dirgahayu Danone yang ke 100. Semoga semakin jaya, tetap menebar informasi yang bermanfaat serta berbagi kebaikan untuk menjaga bumi kita. "

One Planet One Health!


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun