SUROBOYO BUS, TRANSPORTASI FAVORIT KARENA GRATIS
Suroboyo Bus berhenti di sebuah halte ketika serombongan ibu-ibu menyeruak naik sambil menenteng botol-botol plastik bekas. Setelah memperlihatkan bawaannya ke kondektur, mereka mencari tempat duduk. Karena siang ini bus penuh sesak, akhirnya mereka berdiri dengan tangan memegang handle di atasnya supaya bisa menjaga keseimbangan badan ketika bus berjalan.Â
Beginilah pemandangan sehari-hari Suroboyo Bus yang sekarang menjadi transportasi favorit warga Surabaya. Tapi bukan hanya warga Surabaya saja lo. Karena Suroboyo Bus ini juga menjadi transportasi umum favorit buat yang pengen bepergian ke wilayah pusat kota Surabaya.
Tidak jarang Suroboyo Bus mengangkut anak-anak sekolah terutama dari PAUD dan TK. Rupanya pihak sekolah sedang memperkenalkan alat transportasi kota sekaligus mengedukasi muridnya bagaimana memanfaatkan botol plastik bekas sebagai alat pembayaran.Â
Tentu saja anak-anak sangat gembira bisa jalan-jalan. Sesekali mereka sambil berteriak tayo, tayo, tayo... Karena tampilan Suroboyo Bus memang keren dengan warna merah yang cukup mencolok dari kejauhan. Kebanyakan anak kecil menyebutnya bus Tayo karena identik dengan film kartun kesukaan anak-anak yang lagi ngehits.
Rupanya sebagian besar masyarakat sudah tahu kalau Suroboyo Bus ini adalah salah satu program pemerintah Surabaya dalam mengsukseskan kampanye Reduce, Reuse dan Recycle. Sudah hampir 2 tahun bus ini beroperasi, selain warga Surabaya pun sudah tahu keberadaan Suroboyo Bus dan memilihnya untuk sarana jalan-jalan di kota Surabaya.
Dulu awal beroperasinya bus ini memang sepi banget. Sering terlihat hanya parkir berderet di depan pintu masuk terminal karena yang naik bus bisa di hitung dengan jari. Mungkin karena masih berpikir kalau cara pembayarannya ribet, repot kalau harus membawa botol plastik bekas, juga belum banyak yang tahu cara penukarannya.
Dengan bergulirnya waktu, sosialisasi tentang "bus sampah" mulai meluas. Penumpangnya makin banyak dan selalu penuh. Tapi dari pihak pengelola yaitu Dinas Perhubungan membatasi penumpang supaya tidak kelebihan kapasitas. Karena nantinya akan mempengaruhi kondisi bus dan mempercepat kerusakan mesin kalau beban penumpang yang berat. Â
Satu fenomena yang menarik sejak kemunculan dari Suroboyo Bus ini adalah "memulung" botol plastik bekas sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari buat warga Surabaya khususnya atau pengguna Suroboyo Bus umumnya. Begitu juga di lingkungan perumahan saya yang masuk wilayah  kota Sidoarjo. Setiap datang ke suatu acara baik itu pengajian, kondangan atau selamatan. Para pengunjung yang sebagian besar ibu-ibu sangat sigap mengumpulkan botol-botol plastik bekas.
Untuk sistem konversi pembayaran Suroboyo Bus bisa intip di tulisan saya:Â Suroboyo Bus: transportasi modern yang memberi edukasi masyarakat untuk peduli lingkunganÂ
AWALNYA MAU DIGRATISKAN, TAPI AKHIRNYA BAYAR PAKAI BOTOL PLASTIK BEKAS UNTUK MEMBERI EDUKASI KEPADA MASYARAKATÂ
Saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau atau disingkat DKRTH yang mengelola sampah di seluruh wilayah Surabaya. Kantor yang beralamat di jalan Raya Menur No. 31A Surabaya itu di bawah kepemimpinan bapak Ery Cahyadi. Tapi berhubung waktu saya berkunjung beliau sedang mendampingi bu Risma, saya ditemui oleh bapak Eko Sudjarwoko - staff Sekretariat DKRTH.
Ternyata hasil dari botol plastik bekas yang terkumpul cukup banyak. Rata-rata sepanjang tahun 2019 sudah terkumpul sekitar 35.26 ton sampah dari mulai bulan Januari sampai Juni 2019. Sedangkan untuk tahun 2018 kemarin, sampah botol plastik bekas yang terkumpul dari bulan April sampai Oktober adalah 39 ton. Selanjutnya dilelang dan menghasilkan uang sebesar 150 juta.
Kalau kemarin di Bali saya melihat langsung tempat recycle botol plastik yaitu di Bali PET. Dimana botol-botol plastik bekas dikumpulkan, dipilah hingga di roses untuk di daur ulang. Ternyata di Surabaya ada di Pusat Daur Ulang Jambangan. Merupakan kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak Juni tahun 2016.
BIAYA OPERASIONAL SUROBOYO BUS DISUBSIDI PEMKOT, 100 JUTA RUPIAH PERBULAN UNTUK 20 BUS
Menurut beliau, biaya subsidi operasional Suroboyo Bus itu tidak begitu besar dibandingkan dengan manfaatnya untuk masyarakat. Karena subsidi itu bertujuan untuk mewujudkan transportasi massal yang bisa mengurangi kemacetan dan keramahan lingkungan kota. Apalagi bu Risma menegaskan akan terus menerapkan konsep penukaran sampah botol plastik ini sebagai alat pembayaran Suroboyo Bus.
DROP BOX UNTUK SAMPAH BOTOL PLASTIK DI MINIMART DAN RUANG PUBLIKÂ
Dropbox tersebut menampung botol-botol plastik bekas minuman pengunjung minimart. Terutama pengunjung yang lagi kongkow, pastinya dia bakalan bolak balik beli minuman. Botol-botol tersebut nantinya akan di kirim ke pengepul dan pemilah sampah. Selanjutnya di daur ulang untuk dijadikan barang-barang baru yang ramah lingkungan.
BU RISMA - SOSOK DI BALIK "MEWUJUDKAN SURABAYA ZERO WASTE"
Tidak heran karena latar belakang pendidikan beliau di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya jurusan Arsitektur lulus tahun 1987. Kemudian melanjutkan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di kampus yang sama lulus tahun 2002. Sebelum menjabat sebagai Walikota, bu Risma menjadi pegawai negeri sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (DKP) serta Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko). Lewat tangan beliau pula, Surabaya semakin bersih dari sampah dan banyak mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Profile lengkap bisa di lihat disini
Di balik tekad beliau untuk untuk mewujudkan Surabaya "Zero Waste", maka terbitlah surat edaran terkait imbauan larangan penggunaan kantong plastik sekali pakai. Surat edaran bernomor 660.1/7953/436.7.12/2019 yang ditujukan kepada semua pelaku usaha di Kota Surabaya.
Imbauan tersebut didasari Perda Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Perda Kota Surabaya Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya dan upaya pengendalian sampah. Beberapa pejabat di Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemerintah Kota Surabaya juga diminta Risma untuk terjun langsung memberikan surat edaran serta imbauan kepada para pelaku usaha di kota Pahlawan.
Ditegaskan pula oleh Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya yaitu bapak Eko Agus Supiandi yang membenarkan hal tersebut. Menurut beliau, imbauan itu adalah komitmen Pemkot Surabaya dalam mewujudkan program Gerakan Surabaya Zero Waste, utamanya adalah sampah plastik.
PRO KONTRA DI BALIK MEWUJUDKAN SURABAYA BEBAS SAMPAH PLASTIK
Di satu sisi mempunyai tujuan untuk memberikan edukasi positif dengan memanfaat botol-botol bekas daripada menjadi sampah yang akan merusak lingkungan. Tapi di sisi lain, justru akan memacu masyarakat untuk lebih banyak membeli minuman dalam kemasan supaya bisa digunakan untuk naik Suroboyo Bus dengan gratis. Sempat menjadi perdebatan dikalangan masyarakat sendiri.
Salah satu alasan yaitu karena masyarakat kita memang belum bisa meninggalkan kebiasaan membeli air minum dalam kemasan atau air minum dalam kemasan botol plastik. Tapi edukasi ini akan tetap terus dijalankan sampai warga betul-betul bisa mandiri tidak menggunakan bahan plastik dalam kegiatan sehari-hari. Sehingga diharapkan warga akan lebih sadar tentang bahaya penggunaan plastik dengan mulai membiasakan diri membawa kantong yang ramah lingkungan saat berbelanja. Juga membawa botol minuman atau tumbler, jadi tinggal isi ulang air minum serta mengurangi pemakaian barang yang berbahan plastik sedikit demi sedikit.
Saya sebagai warga Surabaya merasa bangga. Karena selama mengikuti kegiatan Danone Blogger Academy di Bali bisa melihat langsung inovasi dalam pengelolaan dan pengolahan sampah plastik yang membuat saya kagum. Tapi ternyata Surabaya juga menjadi model pengolahan sampah bagi pemerintahan Provinsi Bali. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kabag Data dan Dokumentasi Biro Humas Propinsi Bali - Ida Bagus Surja Manuaba pada kunjungannya beberapa waktu yang lalu ke Surabaya bahwa Bali sebagai daerah destinasi pariwisata terkenal dunia perlu belajar juga dari Surabaya tentang tata kota, tata taman, tata lampu kota dan pengolahan sampah. (sumber info : https://beritadewata.com/kota-surabaya-jadi-model-pengolahan-sampah/)
Terima kasih Danone untuk ilmu dan pengalaman yang sangat bermanfaat selama mengikuti Danone Blogger Academy 2019 di Bali. Â Dan tidak lupa pada hari ini saya ucapkan :
"Dirgahayu Danone yang ke 100. Semoga semakin jaya, tetap menebar informasi yang bermanfaat serta berbagi kebaikan untuk menjaga bumi kita. "
One Planet One Health!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H