Saya mendapat kesempatan untuk berkunjung ke Dinas Kebersihan Ruang Terbuka Hijau atau disingkat DKRTH yang mengelola sampah di seluruh wilayah Surabaya. Kantor yang beralamat di jalan Raya Menur No. 31A Surabaya itu di bawah kepemimpinan bapak Ery Cahyadi. Tapi berhubung waktu saya berkunjung beliau sedang mendampingi bu Risma, saya ditemui oleh bapak Eko Sudjarwoko - staff Sekretariat DKRTH.
Ternyata hasil dari botol plastik bekas yang terkumpul cukup banyak. Rata-rata sepanjang tahun 2019 sudah terkumpul sekitar 35.26 ton sampah dari mulai bulan Januari sampai Juni 2019. Sedangkan untuk tahun 2018 kemarin, sampah botol plastik bekas yang terkumpul dari bulan April sampai Oktober adalah 39 ton. Selanjutnya dilelang dan menghasilkan uang sebesar 150 juta.
Kalau kemarin di Bali saya melihat langsung tempat recycle botol plastik yaitu di Bali PET. Dimana botol-botol plastik bekas dikumpulkan, dipilah hingga di roses untuk di daur ulang. Ternyata di Surabaya ada di Pusat Daur Ulang Jambangan. Merupakan kerja sama antara Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak Juni tahun 2016.
BIAYA OPERASIONAL SUROBOYO BUS DISUBSIDI PEMKOT, 100 JUTA RUPIAH PERBULAN UNTUK 20 BUS
Menurut beliau, biaya subsidi operasional Suroboyo Bus itu tidak begitu besar dibandingkan dengan manfaatnya untuk masyarakat. Karena subsidi itu bertujuan untuk mewujudkan transportasi massal yang bisa mengurangi kemacetan dan keramahan lingkungan kota. Apalagi bu Risma menegaskan akan terus menerapkan konsep penukaran sampah botol plastik ini sebagai alat pembayaran Suroboyo Bus.
DROP BOX UNTUK SAMPAH BOTOL PLASTIK DI MINIMART DAN RUANG PUBLIKÂ
Dropbox tersebut menampung botol-botol plastik bekas minuman pengunjung minimart. Terutama pengunjung yang lagi kongkow, pastinya dia bakalan bolak balik beli minuman. Botol-botol tersebut nantinya akan di kirim ke pengepul dan pemilah sampah. Selanjutnya di daur ulang untuk dijadikan barang-barang baru yang ramah lingkungan.
BU RISMA - SOSOK DI BALIK "MEWUJUDKAN SURABAYA ZERO WASTE"
Tidak heran karena latar belakang pendidikan beliau di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya jurusan Arsitektur lulus tahun 1987. Kemudian melanjutkan pascasarjana Manajemen Pembangunan Kota di kampus yang sama lulus tahun 2002. Sebelum menjabat sebagai Walikota, bu Risma menjadi pegawai negeri sebagai Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya (DKP) serta Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya (Bappeko). Lewat tangan beliau pula, Surabaya semakin bersih dari sampah dan banyak mendapat penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.