Masih banyak orang yang merasa alergi kalau di ajak ngobrol masalah ilmu keuangan. Terbayang deretan angka-angka yang rumit dan bikin pusing kepala. Karena ujung-ujungnya memang akan ketahuan kalau ternyata kita masih dalam golongan boros, tidak cermat atau yang paling sadis adalah dalam kondisi "minus" atau miskin. Padahal sebenarnya, kita “miskin” karena memang kurang melek tentang financial. Bahkan males kalau harus mengatur keuangan secara detail dan terperinci. Betulkah demikian?
Beberapa waktu yang lalu, kami menerima undangan dari Sun Life Financial untuk acara Jumpa Blogger dengan tema “Yuk Kelola Keuangan Dengan Bijak”. Saya sendiri sangat antusias mendapat kesempatan itu. Ternyata sambutan dari sahabat Blogger juga cukup hangat. Lagipula, kapan lagi kita bisa mendapat ilmu yang jarang dilirik masyarakat awam (dibaca saya).
Pada kesempatan tersebut, ibu Shirley Ge juga menceritakan sekilas tentang Sun Life Financial. Yaitu perusahaan jasa keuangan yang berasal dari Canada berdiri pada tahun 1865 dan sudah menginjak usia 150 tahun. Dengan usianya yang lebih dari 1 abad, bisa dipastikan bahwa Sun Life Financial adalah salah satu perusahaan jasa keuangan yang sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat. Apalagi sekarang di tambah dengan produk yang berbasis syariah.
- Usia 20 adalah dimana fase punya banyak waktu tapi sedikit uang
- Usia 30-35 adalah fase dimana punya cukup waktu tapi sedikit lebih banyak uang
- Usia 40-50 adalah fase dimana punya sedikit waktu tapi banyak uang
Dan saya mencoba mengingat-ingat dimana ya posisi yang tepat untuk saya? Bukan menolak lupa umur lho ya hehehe. Karena terus terang kalau posisi saya memang di nomor 3, sedikit setuju tapi banyak tidak setujunya. Kok bisa? Karena alasan saya adalah justru sekarang saya mempunyai banyak waktu untuk bisa melakukan banyak hal. Baik dalam mengisi kegiatan yang berupa hobi maupun yang menghasilkan uang. Tapi ya itu, sampai sekarang belum sampai tahap "banyak uang". Terus apa yang salah ya?
Baiklah kalau begitu harus lebih menyimak penjelasan dari pak Alviko berikutnya.
Dan ternyata, lewat pak Alviko akhirnya terungkap dosa-dosa kita yang sudah membudaya selama bertahun-tahun. Sehingga mau tidak mau, kita dipaksa untuk membuat pengakuan dosa yang tanpa kita sadari sudah menjadi budaya selama ini. Dosa-dosa tersebut adalah sebagai berikut :
Dosa #1 : Terperangkap Mitos Masyarakat
Ada beberapa mitos yang berkembang di tengah masyarakat selama ini, yang membuat pola pikir kita sulit untuk di ubah. Seperti contoh di bawah ini :
- Menjadi karyawan akan lebih meringankan hidup.
- Manusia tidak peduli akan hal angka termasuk uang.
- Lebih baik memikirkan karya dan keuntungan daripada memikirkan membangun kekayaan.
- Orang yang selalu berbicara tentang uang, di anggap tidak idealis.
- Menjadi Blogger/profesi “khusus” itu hobi saja, bukan profesi yang menghasilkan kemapanan financial.
Berpegang pada mitos tersebut sebenarnya tidak salah. Hanya saja, dalam mengikuti perkembangan tekhnologi yang semakin canggih dan perekonomian yang semakin modern. Kita perlu mengembangkan pola pikir yang lebih realistis. Sehingga solusi yang terbaik adalah :
- Buang jauh-jauh mitos tersebut.
- Buatlah diri anda berbeda.
- Bertindak berdasarkan pemahaman financial.