Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dear My Son... Jakarta Pagi Ini

1 Januari 2024   18:19 Diperbarui: 1 Januari 2024   18:48 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

My son...

Tulisan Papa ini tidaklah singkat. Tulisan tangan ini bahkan tidak akan rampung seribu tahun lamanya. Ruang hati yang menyatu telah terlanjur membawa hati dengan hati-hati dan menjadi bagian hidup Papa.

Papa adalah seorang laki-laki. Berapa umur manusia normal? Atau bahasa medisnya berapa usia harapan hidup manusia? Tentu mudah menjawabnya, tetapi sulit menjelaskan keberadaan yang hakiki.

Tetapi apakah kau percaya, My Son! Dalam kurun waktu tersebut Papa menempuh perjalanan seribu tahun lamanya? Tidak perlu dijawab biarlah jadi misteri catatan ini.

Papa bahagia saat menuliskan tulisan ini. Selang satu tinta mengalir, hujan rintik turun. Syahdu dan teduh menjemput embun pagi di kaki bukit ini. Tenang dan menghanyutkan akan dekapan alam. Mengajari Papa untuk menjadi alam yang sesungguhnya.

Hidup ini terbentang luas...malam jaga kelam dengan jelaga pekatnya. Akan tetapi malam juga indah dengan bingkai bintang dan bulan. Malam sempurna membentuk seraut wajah yang sedang mengedipkan mata cantiknya penuh jenaka. Malam yang sempurna dengan jujur dengan penampakannnya.

Ke sini, duduklah lebih dekat dengan Papamu. Gaa usah malu menyandarkan lelah kepalamu di bahu Papamu. Papa pernah muda sepertimu, penuh ambisi dan angan. Penuh hasrat mengejar satu bintang diantara berjuta bintang, tapi...

Hidupkanlah dirimu ke sini, di sini dengan Papa kita akan bercerita menghabiskan malam ini... di sini. Teruskanlah.

My son, tidak ada alasan sempurna untuk tak jujur padamu. Karena kepingan waktu dan kenangan malam ini adalah pembeda untk mengakhiri dengan indah.

Mumpung ketegaranmu masih utuh, mumpung langkahmu masih ringan. Pelukanmu belum ternoda debu jalanan yang menyalak tak ramah dalam keseriusan mengambil langkah seribu.

Papa janji, habiskan malam ini...di kawasan ijen ini berdua. Bersantai sejenak, tapi serius setelah lelah menunggu jawaban Papa. CUkuplah kamu diam, letakkan hatimu bersama bidadari kesunyian ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun