Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Obrolan Bapak dan Anak (Membayangkan Pandangan)

26 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 26 Mei 2023   17:58 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terus pandangi...tatapi dan renungi, selanjutnya selami percikan yang dihadiahkan. Hadapi uapnya yang tertiup hembusan tanpa terasa berat mengingat saat terbang, mengingat saat menjauh dan entah kapan mampu bersayap sedangkan mungkin dia tahu sendiri takkan mungkin pernah bersayap sedangkan mungkin burung enggan berbagi.

Ikuti...ikuti dibawanya terbang. ikuti dan buntuti ke mana angin membawa. Ikuti dengan gerak batin, barengi pula dengan gerak lahir. Jangan separuh-separuh atau setengah-setengah, kau takkan temukan apa-apa, kecuali rasa lelah yang menukar sikap yang telah diambil.

Tak ada banyak kata dari Nur, yang ada banyak gelengan sementara banyak senyum dari Bapak Nur. Suatu pemandangan yang kontras, tapi disitulah sebagian Bapak Nur ceritakan dimana cerita ini hanyalah cerita bagi mereka yang ingin mendengarkan dan menyantapnya sebagai sesuatu yang tak sebagaimana mestinya disaksikan. Mungkin cerita ini adalah cerita yang mengada-ada, tetapi tetaplah ada sebelum segalanya terwujud dalam waktu singkat.

"kau lihat Nur...tempat di seberang pantai sana?"

Lihat jawabnya. Lihat jelas dengan mata terbuka. Begitu jelas saat ombak-ombak menghantamnya. Jelas saat ombak-ombak melengking ke udara dan kembali ke laut. Jelas saat itu gemuruhnya memenuhi seantero penjuru langit.

Mungkin ingin diumumkan pada semua,  semua agar mendengar. Mungkin biar semua tahu, tapi apakah mereka yang di balik gunung sana mendengarnya?

Nur hanya menggeleng. Dijawab Bapak Nur dengan sebuah anggukan, ulatpun tahu karena mereka mendengar. Sedikit keberanian untuk menggantikannya dalam bentuk dan wujud lain. Untuk mengamankannya sebagai akhir dari hasil apa yang pernah dipertanyakan dalam kutipan tanda tanya. Mulailah ini sebagai cakupan luas dan di sana didapatkan sebuah keluasaan penanggalan hari.

"Sudah jelas dengarkan gemuruhnya?'

Waktu takkan pernah pisahkan, ragu takkan pernah terucap dari mereka untuk mereka pula. Tak pernah tersembunyi dari kita yang melihat, tak pernah terhitung seberapa banyak telah menghantam. Tak ragu, maka akhirnya terpetik bunga di taman sari selama mereka tak ragu.

"Kita ke warung sebelah sana sembari menikmati sunset!"

Mereka, Bapak dan Anak menyisir garis pantai. Mereka bukannya pisahkan dan mengucapkan, tetapi merobah pola cara mereka memandang agar cara dan cahaya pandang mereka sandingkan dapat menyatu. Maka, tak ragu pula Bapak dan Anak mampir di sebuah pemondokan yang ternyata dimaksudkan hanya bertitelkan saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun