Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita tentang Ulangan

13 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 13 Mei 2023   18:07 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

CERITA TENTANG ULANGAN 

Mbah Har - Wahyu

"Anak-anak...besok ulangan!"

(Uuuuuu.....) kompak. Tanpa ada aba-aba koor anak-anak kelas bergemuruh. Tidak saja seruang kelas, tapi merembet bunyi terdengar. Hiruk-pikuk dan gelagatnya menunjukkan keengganan.

Ramai membuat Ibu Guru di depan papan tulis menjadi bereaksi. Tingkah laku anak-anak itu macem cemacem saja. Mereka membuat kegaduhan dengan celah-celah liar yang tentu saja Ibu Guru mendengarnya tidak suka.

Anak kelas enam...tidak mencerminkan sama sekali. Seharusnya tidak demikian sejalan dengan pikirannya, mereka harus bisa berpikir lebih sedikit dewasa. Mestinya mereka tahu kapan waktunya bergurau, bilamana tahu pula tempatnya. Dapatkan sebisa mungkin menahan diri.

Ibu Guru hanya bisa menggeleng. Tak percaya, begitu hebatnya anak-anak asuhnya beramai-ramai ria walaupun langsung berpepetan dengan ruang kepala sekolah. Anak-anak yang belum berjalan dnegan pikirannya dan itu wajar saja.

Seperti tadi di atas, berubahlah berat seantero kelas. Kompak tanpa dirigen lagi. Klotekan...tentu, meja dan kursi berulah pula. Tangan main-main dengan yel-yel membuat muka Ibu Guru yang cantik berubah merah seketika, seketika marah pada anak-anak didiknya. Marah bukan karena benci, tetapi marah karena cinta dan sayang.

"anak-anak...tenang!"

Walau bagaimanapun juga, lembut suara Ibu Guru yang cantik masih kalah dengan musim yang lagi bergulir. Ibu Guru yang baik dan terkesan sabar itu memang seharusnya harus bersabar, tetap teguh tidak terpancing dengan anak-anak sengaja menjarak kemarahan Bu Guru.

Sengaja....bukan ingin melihat Ibu Guru yang cantik bertambah manis karena marah, mereka belum paham. Mereka menyengaja agar esok nggak jadi ulangan, mereka ingin menjajal Ibu Guru itu dengan cara mereka yang cemerlang kreatif.

Bagi adik-adik sekalian, jangan ditiru apa yang dilakukan adik-adik di kelas itu, tidak baik dan tidak mendidik. Kasihan Ibu Guru yang cantik itu,. Kita tak menghargai Ibu Guru, sekaligus diri pribadi.

Sebelum diteruskan, sudah belajar belum? Bagus jika tidak lupa untuk belajar. Belajarlah dengan tekun demi hari esok. Ingat, belajarlah! Besok hanya disediakan untuk adik-adik yang mau belajar.

Hari esok dengan masa depan yang cerah adalah bagi adik-adik yang mau belajar dengan teguh dan sungguh-sungguh. Barang siapa bermalas-malas akan kehilangan hari ini, adik-adik akan tertinggal untuk mengejar hari depan.

Mulai sekarang belajar yaa! Bermain yaa bermain, tapi ingat waktu uintuk belajar. jangan lupa pula membantu orang tua, serta jangan lupa berdoa dan mendoakan kedua orang tua. Belajar adalah perjuangan, berjuang tanpa berdoa namanya sombong, adik-adik sudah melaksanakannya atau belum? Bila belum bersegeralah mulai dari sekarang!

Buat siapakah belajar itu? Buat siapa pula masa depan itu? Tentu saja buat adik-adik sendiri. Orang tua adik-adik juga akan merasa bangga bila adik-adik kelak berhasil dalam belajar dan apa yang adik minta akan diusahakan orang tua, bukankah begitu adik-adik?

Satu lagi, jangan pernah takut sama ulangan. Jangan meniru anak-anak kelas itu. Jika adik-adik ingin tahu lebih dekat tentang mereka, boleh-boleh saja. Akan tetapi adik-adik harus ingat, bahwa tidak selamanya meniru itu baik, lebih-lebih meniru hal yang tidak baik. Maka, adik-adik harus memulai memilah-milahnya dan memilih mana yang terbaik disamping mensyukuri apa yang telah Tuhan berikan terbaik kepada adik-adik.

Ulangan pada dasarnya adalah salah satu program dari pendidikan untuk menguji tingkat kemajuan belajar-mengajar selama ini. Lebih dari itu mengetahui perkembangan dan kemajuan atau mungkin dengan bahasa yang lain mengukur apakah adik-adik telah berhasil atau harus belajar lebih giat lagi untuk menerima pelajaran.

Kalau teman-teman di kelas itu memang anaknya aneh-aneh dan bandel-bandel. Mereka paling seru bila sudah disuruh gojek dan bermain-main, bahkan tanpa disuruh mereka sudah berulah dengan tingkah dan polahnya yang mengundang keprihatinan sekaligus tawa, terutama bakalan mengundang kemarahan judes dari Bapak atau Ibu Guru, maaf tapi itu realita.

Teman-teman kelas itu luar biasa. Mereka adalah sekawanan anak-anak yang pintar, sama seperti adik-adik. Anak-anak pintar yang ingin jadi lebih pintar, mereka berencana dan merencanakan untuk meraih cita-citanya setinggi langit. Bukankah adik-adik juga demikian?

Tentu...pasti begitu. Diantara teman adik-adik di kelas, sekiranya ada yang pingin jadi dokter juga pilot. Antaranya ada pula yang secara tulus berkata ingin jadi guru seperti gurunya yang katanya sabar dan figurnya membuat teman kita yang satu ini tertarik. Dan lain-lainlah banyak cinta-cita lain yang semuanya adalah mulia untuk membangun bangsa yang tercinta ini.

Ada yang berkeinginan itu karena dorongan orang tua, ada pula yang tegas meniru figur tertentu. Ada pula yang terang-terangan muncul dari dalam benak sendiri. Sekarang bagaimana dengan adik-adik di rumah, mau jadi apa kelah dikemudian hari dan mengapa?

Bolehlah tidak ada salahnya adik-adik berkeinginan atas cita-cita yang tinggi, wajar saja seperti kata yang indah "Gapailah cita-citamu setinggi langit" juga "Gapailah ilmu sampai ke negeri China", bukan begitu adik-adik?

Cukupkah dengan slogan akan menjadi kenyataan? Jawabnya tidak, bukankah begitu adik-adik? Segalanya harus dimulai dari sekarang, sekarang atau terlambat menuju ketidak sama sekali.

Seperti adik-adik sendiri, teman-teman adik di kelas itu pada hakikatnya telah memulai. Namun, mereka memulainya dengan beragam dan beraneka cara yang menurut mereka sudah benar, menurut mereka itulah cara mereka yang terbaik dan tercepat serta tidak perlu bersusah-susah.

Apakah adik-adik pernah berpikir demikian? Jika pernah bahwa adakalanya itu hal biasa, namun alangkah baiknya saling melihat sekeliling dimana disana adik-adik dapat saling berbincang dan bicara. Setidaknya menengok ke rumah, minta dan meinta saran pendapat serta nasehat orang tua atau yang dituakan.

Dengan demikian, adik-adik akan segera dapat berbuat yang lebih baik dari hari kemarin dengan penuh rasa percaya diri. Ingat baik-baik, dalam rasa percaya diri itu tersimpan energi yang tak terdapat dalam buku catatan, buku referensi, juga pada ilmu guru, melainkan ada pada diri adik sendiri.

Adik-adik pasti juga pernah komplen dan protes pada Bapak atau Ibu Guru, tapi apakah adik-adik sadar akan yang adik-adik lakukan? Jika belum, segeralah menyadarinya, jangan ikut-ikutan teman-teman kelas itu. Mereka terlalu menuntut, padahal mereka tidak bisa atau belum bisa memenuhi kewajiban dan tugas untuk belajar.

Jika adik-adik sudah merasa lebih baik, mari bercerita tentang teman-teman kelas itu. Kita akan berdiskusi dengan diri adik sendiri apa menurut adik-adik mana yang betul dan benar atau sebaliknya tidak ada yang benar sama sekali. Belajarlah untuk memilih lebih dari sekedar marah dan marah.

Selamat belajar adik-adik, semangat dan pasti bisa!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun