Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta untuk Cinta (Saatnya untuk Pulang...)

2 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 2 Mei 2023   18:01 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melodi...getar seluruh jiwaku takjub. Hati tertambat di pantai ini. Hatiku tertambat landai. Pasir terlihat putih tersaput air tersirami bulan memakan pilu campur bahagia perasaanku. Dan ternyata sejauh ini aku telah berhasil dengan takdirku.

Mengalun di kota ini, ada hati erat memegang lembut pasir putih. Membayangkan kemesraan bertulis "LOVE" dipasir yang baru aku tulis dengan jari jari ini tidak tersapu ombak pasang. Membayangkan "LOVE" tidak terbawa terbang membelah malam. Jauh terbayangkan abadi terpatri dilihat berjuta pasang mata esuk harinya, selebihnya aku buat cemburu berpasang-pasang burung camar. Damai...merepih bersama air.

"Sadar...!"

Di sisi lain aku harus tetap sadar. Tidak boleh bobo atau di nina bobokan. Halus senyap bergerak dalam lompatan langkah lebih jauh waktuku belum usai. Tak elok berhenti di pantai elok ini. Ini hanyalah gambaran saja menuju pantai yang sesungguhnyaa aku dambakan....aku idam-idamkan.

Maka, kubiarkan saja embun pagi membasahi kacaku...sesekali aku seka untuk tetap terbuka tali pandanganku.. aku harus mencapai "PANTAI PASIR PUTIH".

Kuteguk kopi. Mengemas hampa lautan api. Kucari ketenangan sepi diantara sepi. Mutiara hiasi, kembali dikau teringat teramat ingin jumpa lagi. Aku sengaja mengacak-acak rambut kepalaku untuk membuyarkan lamunan mataku...perjalanan belum usai.

Salahkan sendiri? Sendiri berjumpa malam panjang. Kesunyian seiring menyeribak. Lama mencari sendiri kenangan mutiara hilang. Dan sekali lagi terpaksa aku acak acak rambut kepalaku untuk membebaskan diri dari lamunan awan putih tipis...perjalanan masih jauh.

Aku tegaskan dengan dan sedang berteriak lantang, aku sedang tidak lelah atau letih. Aku pula tidak sedang luruh dan gugur layu. Aku akan menyegerakan diri dan terus berusaha tersenyum berdendang lagu. Hatiku untukmu, kembali untukmu kuserahkan.

Perjalanan berkembang hari baru menanti. Aku harus kesampingkan dulu target-target duniaku. Bebaskan dari emosi dan angkara. Apapun yang terjadi niatku kudu tetap lurus dan tulus datang seperti engkau senantiasa datang dalam mimpiku. Dalam matamu, wajahku kau tatap. Begitu pula laut wajahmu nampak jelas samar di mataku. Laju spedometerku saat ini untuk memastikan tiap detik waktu terlampau tidak seperti merah jingga atau ungu dalam mimpi-mimpi belaka.

Kusadari yang aku lakukan sekarang mungkin...sekali mungkin sekedar pasrah saja. Takdir telah diputuskan jauh dari mataku. Yang tergenggam tetaplah ketetapan yang terbaik. Nanar langkah ini hanya berkata "seandainya 25 menit aku jauh lebih cepat". Mungkin awan ini akan berarti berbeda, awan kota ini menyatukan hati dan hati tanpa janji-janji.

Nan jauh di sana, sabar hatiku selalu akan mengatakan "bukan salah cinta", sekali lagi waktuku yang terlambat. Hanya 25 menit kawan aku terlambat mendaratkan bibir ini untuk berani berkata. Dan itu adalah catatan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun