Mohon tunggu...
Abdhol Aziz
Abdhol Aziz Mohon Tunggu... Wiraswasta - Educator

mencintai yang dicintai untuk mengharap cintaNya,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Quo Vadis Pendidikan di Masa Pandemi Covid 19

23 Agustus 2020   23:12 Diperbarui: 23 Agustus 2020   23:56 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa bidang pendidikan formal saja yang masih "dinonaktifkan"? Apakah konsep new normal tidak bisa dilaksanakan? Kenapa yang lain diperbolehkan?  Seabrek pertanyaan bernada kecemburuan sosial tersimpan dan keluar melihat fenomena saat ini.

Penulis menyayangkan kebijakan pemerintah yang tidak tegas dan tidak konsisten. Seolah memang ada tebang pilih penerapan dalam mengatasi pandemi covid 19. Tanpa memberikan solusi yang tepat. Seperti permasalahan di bidang pendidikan. Solusi yang diberikan hanya program Belajar Dari Rumah sistem online.

Mereka tidak paham permasalahan yang muncul jika daring dilaksanakan. Seperti beban orang tua lebih meningkat. Padahal orang tuanya juga harus bekerja.  Faktor psikologis anak tidak bisa merasakan pembelajaran langsung.

Faktor pelaksana pendidikan swasta yang harus memikirkan finansial agar tetap menjaga kualitas dan pelayanan prima. Faktor guru swasta yang gajinya mulai dipotong karena pemasukan juga berkurang dan masih banyak dampak lainnya.

Dalam hemat penulis,  sebenarnya masih sangat memungkinkan bagi pemerintah membuat trobosan inovatif untuk menyelamatkan nyawa warganya,  menyelamatkan ekonominya sekaligus menyelamatkan dunia pendidikan. Asal mau benar-benar fokus memikirkan dan mencari solusi yang menjawab permasalahan saat ini. Bukan malah membuat permasalahan baru.

Bayangkan saja,  empat bulan ini apa saja yang dilakukan oleh abdi negara (ASN Kemendikbud dan Kemenag)  khususnya di dunia pendidikan? Beban mengabdi yang sangat berkurang drastis akan tetapi pemerintah tetap memberikan tunjangan seperti biasanya. Pemborosan yang tidak ada hasil positif untuk kemajuan pendidikan.

Pandemi seperti ini harusnya membuka mata pemerintah lebih inovatif melahirkan trobosan solutif. Jika kementrian sosial mampu mengeluarkan kebijakan untuk pemberian sembako bergilir,  minimal kementrian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan kebijakan yang membantu keberlangsungan pendidikan itu.

Misalnya dengan berkolaborasi dengan kementrian komunikasi informasi membuat gebrakan internet masuk desa,  one student one smartphone dikhususkan di daerah pegunungan atau bisa membuat aplikasi yang rapi untuk melancarkan proses pembelajaran

Aneh bin ajaib ketika pandemi seperti ini malah pendidikan di suruh mengikuti pelatihan pembelajaran online dengan tarif yang tidak murah. Apalagi materi pelatihan yang sudah tak up to date,  mengubah power point menjadi video dan membuat Google form.  Materi yang bisa dipelajari lewat youtube harus diadakan pelatihan segala.  

Akhirnya, penulis memohon kepada pemerintah khususnya dinas terkait untuk memberikan perhatian yang solutif untuk dunia pendidikan. Bukan malah menambah permasalahan-permasalahan baru. Mau dibawa kemana pendidikan Indonesia di masa pandemi saat ini?

Sangat disayangkan anggaran negara terbuang tanpa hasil.  Katanya ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Masak cuma begitu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun