Oleh. Mbah Dharmo Purwalodra
Sudah beberapa minggu ini, penulisan Disertasi saya belum bisa bergerak alias mandeg. Setiap kali membuka laptop, dengan harapan bisa segera menulis, tapi entah kenapa, mata dan pikiran hanya terhenti di judul bab, lalu mati tenggelam dalam tugas-tugas kantor lainnya.Â
Saya mulai berfikir, mungkin saya butuh target, atau disiplin kaku, atau motivasi ekstrim, atau ambil cuti kerja, agar lebih fokus ke satu pekerjaan saja. Tapi, semua itu akan lebih menjenuhkan lagi, ketika pikiran terlalu berlebihan (over thinking), pikiran terlalu kotor (dirty thinking), Â dan pikiran sulit positip dan tidak sehat (negative thinking). Saya akan semakin terpenjara dengan ketiga hantu tersebut, saat waktu mengalir lebih banyak dan lebih lambat. Hidup makin menjenuhkan ?!!
Beberapa minggu terakhir ini, kejenuhan menjadi musuh yang tak kasat mata. Rasanya seperti ada sesuatu yang hilang, seperti ada kekosongan yang tak mungkin diisi.Â
Kejenuhan ini, hadir dengan berbagai bentuk, mempengaruhi pikiran, tubuh, dan jiwa. Pertama, penyebab kejenuhan ini, adalah ketidakpuasan diri. Kita sebagai manusia, cenderung membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain, memperhatikan kelebihan orang lain, dan melihat kekurangan diri sendiri.Â
Dalam dunia yang penuh dengan berbagai harapan dan standar kompetensi yang tinggi, kita sering kali merasa tidak mampu memenuhi semua harapan dan tuntutan tersebut. Akibatnya, ketidakpuasan tumbuh menjadi sesuatu yang sangat kuat, menciptakan perasaan kejenuhan yang mencekik.
Kedua, kebosanan juga sering menjadi biang dari kejenuhan dalam kehidupan kita. Rutinitas sehari-hari yang monoton, aktivitas yang sering kali terasa tanpa tujuan, dan kurangnya variasi dalam kegiatan kita bisa menyebabkan kebosanan yang menggerogoti semangat hidup. Pikiran menjadi lelah dan jiwa terolok-olok dalam keadaan stagnasi. Kita membawa beban yang terasa berat, merasa terjebak dalam suatu pola yang terus-menerus berulang tanpa henti.
Ketiga, kurangnya makna dan tujuan dalam hidup. Kita sebagai makhluk yang berpikir dan bermakna, merasakan kebutuhan mendalam akan arti dan tujuan hidup. Ketika kita tidak memiliki tujuan yang jelas, mimpi yang menggerakkan hati, dan perjalanan yang membangkitkan semangat, kita merasa kehilangan arah. Kehidupan terasa hampa dan tak bermakna. Dalam kondisi ini, kejenuhan merajalela dan menjadi raksasa yang sulit diatasi.
Keempat, ketidakpuasan terhadap hubungan sosial juga bisa menjadi pemicu kejenuhan. Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain.Â
Namun, jika hubungan sosial yang kita hadapi menghasilkan ketidakpuasan, konflik, atau rasa cemas, perlahan-lahan kejenuhan menyusup masuk. Kehilangan rasa komunitas, kesepian, atau merasa terasing dari lingkungan sekitar bisa merusak rasa keseimbangan emosional kita dan menyebabkan kejenuhan yang tak terhindarkan.