Kedua, di dalam ranah teori-teori Neo-Marxis, terutama pemikiran Karl Marx dan Antonio Gramsci, reifikasi dan alienasi dipahami sebagai dua ciri masyarakat kapitalis yang menindas kelas pekerja. Reifikasi adalah gejala pembedaan, dimana manusia dan hasil kerjanya dianggap semata-mata sebagai benda mati yang bisa diperjualbelikan. Sementara, alienasi adalah keadaan keterasingan kelas pekerja dari hasil karyanya, komunitas hidupnya dan bahkan dari dirinya sendiri, karena penindasan ekonomi, sosial dan politik yang ia alami.
Tentu saja, keduanya ini merupakan ciri masyarakat yang tidak waras. Manusia dinilai sebagai benda. Ia juga saling terasing satu sama lain, sehingga hidup dalam kesepian dan kecurigaan. Reifikasi dan alienasi adalah dua hal yang selalu tertanam di dalam sistem kapitalisme. Ketika sistem tersebut tersebar secara global, maka reifikasi dan alienasi pun juga ikut tersebar.
Selanjutnya yang ketiga, bahwa di dalam masyarakat yang mengalami reifikasi dan alienasi, maka mental pengecut menjadi dominan. Mental ksatria menjadi langka, dan justru dibenci. Penjilat dan pencari aman, walaupun mengorbankan nilai-nilai sejati kehidupan, dianggap sebagai keutamaan yang penting untuk kehidupan. Semuanya menjadi terbalik.
Pada akhirnya, dalam kondisi masyarakat yang semakin hari semakin tidak waras ini, apakah kita akan terkontaminasi dengan ketidakwarasan tersebut, ataukah justru kita tetap waras tapi dijauhi oleh teman-teman kita ?!!. Ingat apa dikatakan oleh Ronggowarsito, "Amenangi zaman édan, éwuhaya ing pambudi, mélu ngédan nora tahan, yén tan mélu anglakoni, boya keduman mélik, kaliren wekasanipun, ndilalah kersa Allah, begja-begjaning kang lali, luwih begja kang éling klawan waspada." Artinya "Berada pada zaman edan; Kalau ikut edan tidak akan tahan; Tapi kalau tidak ngikuti edan tidak kebagian; Sebahagia-bahagianya orang yang edan;  Akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada." Artinya : "Menyaksikan zaman gila, serba susah dalam bertindak, ikut gila tidak akan tahan, tapi kalau tidak mengikuti (gila), tidak akan mendapat bagian, kelaparan pada akhirnya, namun telah menjadi kehendak Allah, sebahagia-bahagianya orang yang lalai, akan lebih bahagia orang yang tetap ingat dan waspada." Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 03 September 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H