Sementara itu, kegagalan terbesar kita sebagai manusia adalah kegagalan untuk menyederhanakan hidup kita. Kita menciptakan hal-hal yang membuat hidup kita rumit. Kita memilih gaya hidup yang membutuhkan banyak uang dan energi. Akhirnya, hidup kita menjadi sedemikian rumit, karena kita harus bekerja membanting tulang, guna memenuhi kebutuhan dari hidup kita yang rumit tersebut.
Gagasan atawa ide tentang kesederhanaan bukan hanya ide filosofis maupun seni, tetapi juga merupakan ide bisnis dan politik. Ide ini begitu sederhana dan emosional, tetapi juga memiliki dampak yang amat besar untuk bisnis dan politik. Ketika kita mulai berani memikirkan dan menggenggam ide ini, hidup kita sebagai manusia juga akan berubah. Ketika hidup banyak orang berubah, maka dunia pun juga akan berubah.
Contoh paling jelas dari ide tentang kesederhanaan, adalah Sushi, makanan Jepang yang terkenal di dunia itu. Jiro Ono bekerja di restoran Sukibayashi Jiro di Ginza, Tokyo, Jepang. Ia dianggap sebagai master Sushi terbaik di dunia. Ketika ia bekerja, ia bekerja dengan dedikasi dan konsentrasi yang amat tinggi, guna menghasilkan sushi yang indah, enak namun sekaligus amat rumit. (Gelb, 2011)
Filsafat dasar dari Jiro Ono adalah Shibumi yang berarti "kesempurnaan yang tidak membutuhkan usaha" (effortless perfection). "Di dalam konteks ini", demikian tulis Hoque tentang Ono, "Shibumi menyatakan harmoni, ketentangan dan keseimbangan." Dengan kata lain, Shibumi adalah cara berpikir yang berpijak pada ketenangan yang indah dan pemahaman yang dalam. Ini semua lebih dalam dari sekedar pengetahuan.
Jiro Ono berusaha setiap harinya membuat Sushi dengan tingkat berpikir yang dalam dan tenang. Ia mencoba setiap harinya membuat Sushi dengan pikiran seorang pemula. "Ia", demikian Hoque, "tidak memikirkan apa yang belum dan apa yang akan dibuatnya." Dengan kata lain, ia sungguh hidup disini dan saat ini, guna mencapai kesempurnaan karyanya, yakni Sushi yang sempurna.
Ada tiga prinsip dasar yang dijalankan oleh Ono. Yang pertama adalah displin, yakni kemampuan untuk mengatakan "tidak", ketika ada hal-hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan. Kedisplinan juga berarti ketegasan dalam konteks ini. Kita seringkali takut untuk menerapkan hal ini, karena khawatir merusak hubungan dengan orang lain. Sikap menghormati atas dasar rasa takut inilah yang harus kita buang jauh-jauh.
Prinsip kedua, adalah kesabaran. Kesabaran, dalam konteks ini, berarti sikap tenang yang membiarkan cinta dan pengalaman mewujud ke dalam sebuah produk. Kesabaran berarti tidak memaksa kenyataan untuk sesuai dengan pikiran kita. Kesabaran berarti membiarkan keindahan mewujud dengan sendirinya ke dalam kenyataan.
Prinsip ketiga adalah fokus pada satu tujuan. Pikiran kita seringkali terbelah. Kita tak tahu, apa yang kita inginkan dalam hidup kita. Seringkali, rasa takut akan masa depan menghantui kejernihan berpikir kita. Ketika ini terjadi, kita kehilangan fokus, dan tak akan pernah mencapai kesempurnaan dari karya kita. Kesempurnaan membutuhkan fokus yang tak terbagi. (Hoque, 2013).
Pada akhirnya, ternyata menjadi sederhana itu, tidaklah sederhana. Kita perlu terus berusaha untuk menemukan kesederhanaan hidup yang tertinggi, melalui cara berpikir yang mendalam dan kesabaran yang panjang. Tentu, kita juga tidak ingin mencari kekayaan, hanya untuk memuaskan keinginan-keinginan jangka pendek saja. Kita ingin menemukan kesempurnaan dari hal-hal yang kita cintai, dengan begitu hidup akan menjadi lebih berarti. Wallahu A'lamu Bishshawwab.
Bekasi, 19 Juni 2017.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H