Mohon tunggu...
Mba Adhe Retno
Mba Adhe Retno Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

http://retnohartati.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Adeba Shaker, Kisah Ketakutan, Keberanian, dan Air Mata Kebebasan

4 September 2014   22:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:36 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SUPLEMEN

http://internasional.kompas.com/read/2014/09/04/09462251/ Kisah.Gadis.Remaja.Yazidi.Lari.dari.Sekapan.Kaum.Militan.ISIS Dengan mata yang memerah, dan pipi masih membasah, saya mencoba menulis ulang kisah Adeba Shaker, dan memposting di situs http://ouropinion.info/

Adeba Shaker (Shaker tinggal di sebuah desa kecil bersama 25 anggota keluarganya. Dia mencintai sekolah dan ingin menjadi seorang guru. Saat keluarga itu mendengar bahwa anggota militan ISIS mendekat, mereka pun lari ke desa terdekat) adalah satu di antara 73 perempuan dan anak-anak dari etnis Yazidi yang diculik oleh ISIS dari Sinjar. Mereka, gadis-gadis remaja dipisahkan dari apa yang disebut tawanan, kemudiam memperdagangkan mereka di Irak utara. Sementara itu, puluhan ribu warga Yazidi lainnya melarikan diri dari tanah air dari Sinjar dan desa-desa lain karena dikejar ISIS. Jika tidak lari, maka ISIS, yang menganggap warga Yazidi sebagai penyembah setan, memaksa mereka  menganut Islam versi radikal atau dibunuh.

ISIS telah menjual Shaker ke perbatasan Suriah, ia dijadikan “hadiah” untuk para anggota militan di garis depan. Ia harus menganut Islam dan dipaksa untuk menikah dengan salah satu anggota ISIS.  Perempuan muda dan para gadis remaja menghadapi nasib yang mengerikan. Setelah diperkosa beramai-ramai, mereka dijual kepada penawar tertinggi. Perempuan dewasa dan gadis remaja dilelang seharga 10 dollar AS (atau sekitar Rp 100.000).

Yang lainnya, seperti Adeba Shaker, harus menikah dengan para anggota ISIS, ketika ia sudah berhasil melarikan diri dari sekapan ISIS, dirinya mengenang sikon pahit dan menakutkan; Adeba bertutur,

“Saat paling menakutkan adalah pada malam pertama setelah mereka menangkap kami; kami tiba di sebuah kantor polisi di kota lain. Semua orang dalam kondisi menangis dan menjerit. Kami tidak tahu apa yang akan terjadi pada kami.

Mereka berjanji, mereka tidak akan menyakiti kami jika kami menyerah. Mereka memisahkan perempuan dewasa dan anak-anak dari para lelaki. Mereka kemudian mengambil semua perhiasan, uang, telepon, dan kendaraan kami.

Tak lama setelah itu, sikap mereka berubah dan mereka menjadi “kasar dan agresif”.

Saat Adeba Shaker tiba di rumah anggota ISIS yang membelinya, di Raabia, Irak, salah seorang dari penculiknya menerima panggilan telepon; tak lama kemudian, kelima pria di apartemen itu mengambil senjata mereka dan bergegas keluar.

Shaker mendengar suara sejumlah truk meninggalkan tempat itu. Suasana lalu senyap. Itu kali pertama dalam 20 hari dia dan seorang gadis lain yang disekap bersamanya berada dalam kondisi sendirian, tanpa penjaga, dan pintu terbuka. Ketika itu, para anggota ISIS meninggalkan Shaker dan seorang gadis Yazidi lainnya, mereka panik dan tak tahu apa yang harus dilakukan.

Tak disangka, ia melihat tas yang berisi HP, kemudian menelpon salah seorang kakaknya, Samir.  Samir, menyuruh Shaker pergi ke rumah terdekat dan meminta bantuan serta petunjuk untuk mencapai perbatasan tempat pejuang dari Partai Pekerja Negara Kurdistan (PKK) sedang memerangi kelompok militan ISIS; menurut Samir, “PKK akan membantu, …” Shaker hanya bisa berpikir, “Itu seperti berjudi karena saya tidak tahu siapa yang menjadi teman dan siapa yang menjadi musuh,”.

Adeba Shaker dan temannya memutuskan untuk mencoba keberuntungan; kedua gadis itu menyelinap keluar dari rumah tempat mereka disekap dan mengetuk pintu rumah tetangga. “Kami menjelaskan situasinya kepada mereka dan mereka menunjukkan kepada kami jalan ke perbatasan. Kami tidak pernah menoleh.” Mereka menuju ke garis depan, ke arah harapan dan jalan kesematan serta kebebasan.

Setelah dua jam berjalan, Shaker dan temannya mendengar suara tembakan. Saat mendekat, mereka melihat sekelompok pejuang PKK. Mereka terus berlari ke arah pejuang PKK. Selamat. Shaker bertutur, “Saya tak bisa berjalan tegak, kaki saya gemetaran dan jantung saya berdetak sangat cepat. Kami berlari, berjalan, dan kami tidak pernah melihat ke belakang; Saya menangis dan tertawa pada saat bersamaan. Kami bebas!”

Shaker kini aman di Kamp pengungsi di Irak. Ia bertemu kembali dengan dua saudara laki-lakinya. Namun, belum mengetahui nasib 22 anggota keluarga lainnya yang masih berada di tangan kelompok militan ISIS. Dalam keadaan itu, Shaker tetap memikirkan keselamatan sesamanya, “Kadang-kadang saya tidak bisa tidur pada malam hari. Saya sangat khawatir dengan mereka. Itulah waktu terburuk. Semua orang tertidur dan saya masih berpikir tentang pelarian diri saya. Saya tahu, saya beruntung. Tuhan menyelamatkan saya.”

Itu adalah kisah yang mendebarkanl kisah anak manusia yang berhasil lari dan lepas dari binatang-bintang liar berwujud manusia bernama ISIS, kelompok yang melakukan kekejian belabel agama. Adeba Shaker dan temannya,  adalah bagian dari korban dan saksi mata perilakuk brutal ISIS; dan mereka, kini, bebas dan selamat; sementara yang lainnya telah menemui ajalnya. [Adaptasi oleh Retno Huodyo/dalam http://ouropinion.info ]

dok kompas.com

Berulang kali saya membaca dan terus membaca kisah Adeba Shaker,  gadis remaja Etnis Yazidi, yang berhasil lolos dari kebrutalan ISIS; ketika pertama membaca, tak terasa air mata membasahi pipi. Dan, ketika membaca ulang dan mengulangi lagi, sebanyak itu pula, mata tak tak sanggup menahan air mata.
Adeba Shkare (dan juga temannya) telah berada di/dalam "lingkaran kematian," tanpa harapan dan pengharapan, serta penuh kegelapan. Yang terbentang di hadapannya adalah lorong gelap tanpa jalan keluar dan berujung pada mimpi buruk sepanjang hidup dan kehidupannya. Mencekam, tak berdaya, dan tak menentu.
Kira-kira seperti itulah yang ada dan terjadi pada sikon Adeba Shaker. Namun, Sang Khalik mempunyai rencana lain.

" ... salah seorang dari penculik menerima panggilan telepon; tak lama kemudian, kelima pria di apartemen itu mengambil senjata mereka dan bergegas keluar.

Suasana lalu senyap. Itu kali pertama dalam 20 hari dia dan seorang gadis lain yang disekap bersamanya berada dalam kondisi sendirian, tanpa penjaga, dan pintu terbuka. .... Shaker dan seorang gadis Yazidi lainnya, mereka panik dan tak tahu apa yang harus dilakukan, .... "

Suatu keanehan (!?), mujizat, atau memang ada renacan Ilahi di balik kejadian tersebut.
Sebagai umat beragama, saya melihatnya sebagai campur tangan Sang Khalik, untuk menyelamatkan umat-Nya yang tak berdaya. Sesaat mereka panik; setelah itu, ada jalan keluar. "Tersedia HP" sehingga Shaker bisa menelpon kakaknya.
DI saat itulah, Shaker dan temannya, mulai keluar dari ketakutan, namun harus mempunyai keptusan, dan bergerak dengan penuh keberanian, "Itu seperti berjudi karena saya tidak tahu siapa yang menjadi teman dan siapa yang menjadi musuh,  ...” tutur Shaker.
Keberanian yang muncul dari dalam ketakutan dan kepanikan, menjadikan Shaker dan temannya terus berjalan tanpa henti. Walau bisa berjalan tegak, dengan kaki gemetaran serta jantung berdetak sangat cepat, mereka berlari, berjalan, dan pernah melihat ke belakang.
Dua jam kemudian, Shaker dan temannya mendengar suara tembakan. Saat mendekat, mereka melihat sekelompok pejuang PKK. Mereka terus berlari ke arah pejuang PKK. Selamat. Shaker bertutur, “Saya tak bisa berjalan tegak, kaki saya gemetaran dan jantung saya berdetak sangat cepat. Kami berlari, berjalan, dan kami tidak pernah melihat ke belakang, ...
Shaker pun berucap kepada Dunia, "Saya menangis dan tertawa pada saat bersamaan. Kami bebas!;
Lebih dari itu, Shaker menyatakan bahwa, "Saya tahu, saya beruntung. Tuhan menyelamatkan saya."
"Ya, kami bebas!" Mereka bebas, selamat dari mimpi buruk dan kematian. Dirinya beruntung dan selamat bukan karena semata-mata ada keberanian untuk terus menerus belari, namun "Tuhan menyelamatkan saya"
"Ya. Mereka selamat, karena Tuhan yang menyelamatkan;" sementara pada sisi lainnya, jauh di sebelah sana ada ISIS yang juga atas nama Tuhan, bukan menyelamatkan namun merampok, membunuh, dan menghadirkan kegelapan, maut, derita, dan sengsara kepada siapa pun yang tak berpihak kepada mereka.
Dalam ketenangan dan terdiam membisu, saya masih mengharapkan masih ada "Adeba Shaker-Adeba Shaker" yang lain; mereka yang lain itu, mendapat kesempatan berlian seperti Adeba Shaker, sehingga bisa "berlari, berjalan, dan tidak pernah melihat ke belakang, ... dan akhirnya juga bisa berkata, "Kami bebas, karena Tuhan menyelamatkan saya!"
Amin

MARH/UP- Jakarta Selatan

kompas.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun