Setelah dua jam berjalan, Shaker dan temannya mendengar suara tembakan. Saat mendekat, mereka melihat sekelompok pejuang PKK. Mereka terus berlari ke arah pejuang PKK. Selamat. Shaker bertutur, “Saya tak bisa berjalan tegak, kaki saya gemetaran dan jantung saya berdetak sangat cepat. Kami berlari, berjalan, dan kami tidak pernah melihat ke belakang; Saya menangis dan tertawa pada saat bersamaan. Kami bebas!”
Shaker kini aman di Kamp pengungsi di Irak. Ia bertemu kembali dengan dua saudara laki-lakinya. Namun, belum mengetahui nasib 22 anggota keluarga lainnya yang masih berada di tangan kelompok militan ISIS. Dalam keadaan itu, Shaker tetap memikirkan keselamatan sesamanya, “Kadang-kadang saya tidak bisa tidur pada malam hari. Saya sangat khawatir dengan mereka. Itulah waktu terburuk. Semua orang tertidur dan saya masih berpikir tentang pelarian diri saya. Saya tahu, saya beruntung. Tuhan menyelamatkan saya.”
Itu adalah kisah yang mendebarkanl kisah anak manusia yang berhasil lari dan lepas dari binatang-bintang liar berwujud manusia bernama ISIS, kelompok yang melakukan kekejian belabel agama. Adeba Shaker dan temannya, adalah bagian dari korban dan saksi mata perilakuk brutal ISIS; dan mereka, kini, bebas dan selamat; sementara yang lainnya telah menemui ajalnya. [Adaptasi oleh Retno Huodyo/dalam http://ouropinion.info ]
dok kompas.com
Berulang kali saya membaca dan terus membaca kisah Adeba Shaker, gadis remaja Etnis Yazidi, yang berhasil lolos dari kebrutalan ISIS; ketika pertama membaca, tak terasa air mata membasahi pipi. Dan, ketika membaca ulang dan mengulangi lagi, sebanyak itu pula, mata tak tak sanggup menahan air mata.
Adeba Shkare (dan juga temannya) telah berada di/dalam "lingkaran kematian," tanpa harapan dan pengharapan, serta penuh kegelapan. Yang terbentang di hadapannya adalah lorong gelap tanpa jalan keluar dan berujung pada mimpi buruk sepanjang hidup dan kehidupannya. Mencekam, tak berdaya, dan tak menentu.
Kira-kira seperti itulah yang ada dan terjadi pada sikon Adeba Shaker. Namun, Sang Khalik mempunyai rencana lain.
" ... salah seorang dari penculik menerima panggilan telepon; tak lama kemudian, kelima pria di apartemen itu mengambil senjata mereka dan bergegas keluar.
Suasana lalu senyap. Itu kali pertama dalam 20 hari dia dan seorang gadis lain yang disekap bersamanya berada dalam kondisi sendirian, tanpa penjaga, dan pintu terbuka. .... Shaker dan seorang gadis Yazidi lainnya, mereka panik dan tak tahu apa yang harus dilakukan, .... "
Suatu keanehan (!?), mujizat, atau memang ada renacan Ilahi di balik kejadian tersebut.
Sebagai umat beragama, saya melihatnya sebagai campur tangan Sang Khalik, untuk menyelamatkan umat-Nya yang tak berdaya. Sesaat mereka panik; setelah itu, ada jalan keluar. "Tersedia HP" sehingga Shaker bisa menelpon kakaknya.
DI saat itulah, Shaker dan temannya, mulai keluar dari ketakutan, namun harus mempunyai keptusan, dan bergerak dengan penuh keberanian, "Itu seperti berjudi karena saya tidak tahu siapa yang menjadi teman dan siapa yang menjadi musuh, ...” tutur Shaker.
Keberanian yang muncul dari dalam ketakutan dan kepanikan, menjadikan Shaker dan temannya terus berjalan tanpa henti. Walau bisa berjalan tegak, dengan kaki gemetaran serta jantung berdetak sangat cepat, mereka berlari, berjalan, dan pernah melihat ke belakang.
Dua jam kemudian, Shaker dan temannya mendengar suara tembakan. Saat mendekat, mereka melihat sekelompok pejuang PKK. Mereka terus berlari ke arah pejuang PKK. Selamat. Shaker bertutur, “Saya tak bisa berjalan tegak, kaki saya gemetaran dan jantung saya berdetak sangat cepat. Kami berlari, berjalan, dan kami tidak pernah melihat ke belakang, ...
Shaker pun berucap kepada Dunia, "Saya menangis dan tertawa pada saat bersamaan. Kami bebas!;
Lebih dari itu, Shaker menyatakan bahwa, "Saya tahu, saya beruntung. Tuhan menyelamatkan saya."”
"Ya, kami bebas!" Mereka bebas, selamat dari mimpi buruk dan kematian. Dirinya beruntung dan selamat bukan karena semata-mata ada keberanian untuk terus menerus belari, namun "Tuhan menyelamatkan saya"
"Ya. Mereka selamat, karena Tuhan yang menyelamatkan;" sementara pada sisi lainnya, jauh di sebelah sana ada ISIS yang juga atas nama Tuhan, bukan menyelamatkan namun merampok, membunuh, dan menghadirkan kegelapan, maut, derita, dan sengsara kepada siapa pun yang tak berpihak kepada mereka.
Dalam ketenangan dan terdiam membisu, saya masih mengharapkan masih ada "Adeba Shaker-Adeba Shaker" yang lain; mereka yang lain itu, mendapat kesempatan berlian seperti Adeba Shaker, sehingga bisa "berlari, berjalan, dan tidak pernah melihat ke belakang, ... dan akhirnya juga bisa berkata, "Kami bebas, karena Tuhan menyelamatkan saya!"
Amin
MARH/UP- Jakarta Selatan
kompas.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H