Pagi itu udara terasa sejuk membuat suasana terasa nyaman, aku lihat seseorang duduk termenung dekat jendela dengan pandangan yang kosong. Kerudung yang dikenakan tidak bisa menyembunyikan kegelisahan yang ada, namanya Ayu Wandira. Dia adalah salah satu staff di kantorku, banyak orang yang jatuh hati padanya.
"Assalamualaikum" sapaku padanya, dengan senyum dia menjawab "Waalaikum salam", "pagi pak". Pagi juga jawab ku. Ayu adalah anak seorang petani yang tinggal di Majalengka, Ia seorang yang cerdas terbukti merupakan lulusan dari ITB. Ayu merupakan anak yang berbakti pada orang tua nya, rasa baktinya ditunjukkan dengan membiayai adiknya untuk sekolah.
Sebelum hari mulai siang aku panggil dia penasaran apa yang membuat dia termenung, "Ayu sini" kataku memanggilnya. Dengan perlahan dia memasuki ruanganku "Iya pak, ada yang bisa saya bantu ?", "Hmm tidak, coba kamu duduk" kataku, "Kenapa tadi padi kamu termenung dekat jendela?". Dengan senyum tipis dia menjawab "Tidak ada apa apa pak", "Ceritakanlah siapa tahu saya bisa mebantu" kataku lagi, meski ragu dia mulai bercerita.
Saya tumbuh di sebuah desa didaerah majalengka, sebuah tempat yang indah jauh dari hinggar binger kendaraan bermotor, kesejukan alamnya dan bening air sungai merupakan karunia dari sang pencipta. Setelah lulus SMA saya melanjutkan pendidikan saya di Bandung, untuk membiayai sekolah saya, orang tua harus menjual sebagian ternak dan sawah nya. Alhamdulillah 4 tahun saya bisa menyelesaikan kuliah saya, kemudian saya melamar di kantor ini dan diterima.
Ketegaran Hati
Satu minggu ini ada perbulatan batin tentang permintaan dari orang tua saya, ibu saya masuk rumah sakit beliau mengalami gagal ginjal, butuh donor dan biaya untuk pengobatannya. Pernah saya bercerita kepada teman di kantor tentang masalah saya, ada yang member saran untuk menggunakan uang perusahaan, namun hal ini bertentangan dengan hati nurani saya.
Sejak kecil saya di didik oleh orang tua saya untuk jujur dan selalu bersyukur akan nikmat yang saya terima. Kalau saya terima saran teman saya untuk menggunakan uang perusahaan berarti saya mengianati didikan orang tua saya dan saya tidak bisa menjaga pakaian yang saya kenakan, tak terasa air mata menetes dari maata yang syahdu. Saya adalah anak yang dibangga-bangga kan oleh orang tua saya, saya takut akan memudarkan kebahagiaan ibu dan bapak saya akan diri saya.
Hidup memang harus memilih, setiap pilihan pasti mempunyai akibat atau resiko. Saya masih memiliki sedikit tabungan yang bisa digunakan untuk berobat, biarlah itu aku pakai meski nantinya aku tidak memiliki, namun aku masih punya harga diri. Setelah bercerita Ayu ijin untuk meneruskan pekerjaannya.
Sebuah Tanda Bakti  Â
Tak terasa seminggu setelah bercerita, Ayu nggak masuk ke kantor selama 3 dengan alasan sakit, beberapa teman di kantor berinisiatif menjenguk ke rumah sakit tempat Ayu dirawat. Jam 12 siang kami ber lima sudah sampai di rumah sakit tempat Ayu dirawat, didalam sebuah kamar terbaring sosok tersebut dengan wajah pucat namun senyumnya terus mengembang.
"Gimana kabarnya Ayu ?" sapa ku, "Alhamdulillah pak baik, kewajiban saya sudah saya laksanakan pak, Alhamdulillah" jawabnya. "Ibu disini juga ?" tanyaku lagi, "Iya pak di sebelah, Alhamdulillah donornya tidak ditolak".Â
Sekarang air mataku yang menetes, Ayu memberikan ginjalnya untuk kelangsungan hidup ibunya, memberikan seluruh tabungannya untuk biaya operasinya. Aku merasa kalau aku bukan apa apa dibandingkan dengan apa yang sudah Ayu lakukan, kehormatan dan harga diri tetap dijaga.
Kadang dalam hidup kita mudah menyerah dan memilih jalan pintas untuk mencapai tujuan, tanpa kita sadari akibatnya nanti. Setiap manusia pasti mempunyai jalan masing-masing dalam hidupnya, kadang jalan kita terjal namun tidak jarang mulus juga.Â
Aku jadi malu akan diriku sendiri yang kadang putus asa terhadap cobaan hidup dari Allah, kenapa ?, karena kita selalu melihat ke atas, kita tidak pernah melihat saudara kita yang lain.
Wajah Ayu kala di dekat kaca, seakan akan menjadi gambaran akan wajah bidadari, yang telah mengingatkan kita. Dia mengingatkan kita untuk menjaga integritas saat bekerja, meski tidak ada yang melihat namun diri kita sendiri tau kalau itu tidak baik. Pengorbanan untuk menjaga integritas akan membuat tenang kita dalam bekerja, jauh dari perasaan kuatir atau was-was.
Allah seakan menurunkan bidadari di dunia untuk mengingatkan kita agar selalu menjaga hati kita, menjaga iman kita dan saying kepada orang tua kita. Kalau kita saying sama orang tua kita maka jaganya nama baiknya, jagalah kehormatannya. Pengorbanan kepada orang tua tidaklah sia-sia, Allah akan membalas semua kebaikan itu.
Semoga cepat sembuh bidadariku, semoga kebaikanmu menular ke seluruh teman yang ada di kantor. Semoga kebaikanmu memberikan inspirasi buat kita untuk menjaga hati dan integritas kita dalam bekerja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H