aku melihat api di sudut kota
menyala dari satu rumah ke rumah lainnya
membakar membara
berwarna hitam jelaga
anak-anak dan orang dewasa
sama saja
tatapan mereka penuh benci
dada mereka dipenuhi dengki
andai kau tahu, pada malam-malam yang sepi-sunyi
mereka masih terjaga dengan lilin-lilinnya
ditempat yang paling gelap
berbicara tentang persekongkolan dan revolusi
kerajaan ini telah busuk, ucapnya
dan kitalah pembaharu! lanjutnya
pada tempat-tempat gelap itu, ambisi itu begitu menyala
hampir membakar bulan dan semesta
hampir melenyapkan kita
namun orang-orang kita mengolok-olok mereka
sebab mereka kecil dan berasal dari tempat yang kumuh
mulut mereka bau, ucap kita
badan mereka busuk, tawa kita
tidak akan ada yang mendengarkan, hina kita
kemudian kita membahas tentang pajak mana yang ditinggikan
dan perayaan apa yang akan kita adakan
penyembahan kepada dewa,
tarian penghancur semesta.
orang-orang kita lupa pepatah lama
bahwa anjing hitam tidak akan pernah berhenti menatap merpati
kendati ia terbang di udara, kendati ia hinggap di atap istana
bahwa anjing hitam mau putih jua
sebab putih adalah lambang hina
dan putih adalah lambang suci surga
pun sang anjing mau terbang juga
tetapi kita berkata bahwa pepatah sudah basi
berasal dari orang-orang bodoh di masa lampau
di meja makan kita tertawa
diluar sana, kebencian itu membara
aku pernah menghadiri pertempuran demi pertempuran
atas alasan negara dan raja, keamanan serta bangsa
dan pada pertempuran itu, kerap kulihat mata penuh kebencian
tatapannya lurus kearah sang komandan
kapak mereka yang usang
pedang mereka yang kelihatan karatnya
tidak mereka berhenti ayunkan
mereka tidak hidup untuk perayaan
mereka hidup untuk membunuh sang komandan
percayalah, tuan putri
bahwa seekor ulat pun, jika ia memiliki ambisi, maka ia berbahaya
bahwa seekor belatung pun, jia ia memiliki benci, maka ia berbahaya
tidak pernah aku takut berhadapan dengan ksatria
tidak pernah aku gentar melawan tentara dari baja
namun cinta, ambisi, dan benci adalah energi yang serupa
yang aku takuti, cinta kita tidak dapat menutupi kebencian itu
dan bila tidak kita hentikan
ia akan menjelma api hitam dari neraka
membakar kita semua
memenggal raja-raja
namun orang-orang kerajaan tertawa
menghina, mencela
mabuk ketika rakyat-rakyat sedang sengsara
dan perempuan-perempuan penari di sekeliling mereka
membuatku tersenyum,
sebab penari itu berasal dari tempat-tempat yang kumuh
terbuat dari benci yang serupa
penari itu menatapku antara takut dan siaga
namun tidak kuhiraukan
sebab mata kebenciannya begitu menyala
membakar seisi istana
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H