Perang Tidak Seperti Yang Kau Impikan, Tuan Putri
kita membangun prajurit kota dari mimpi entah berantah
kehidupan surgawi menunggu, ucap raja
pertarungan di medan laga
perjudian antara hidup dan nyawa
dengan kuda-kuda untuk mengembara
dengan tombak, tameng, dan pedang yang setia
dengan kapak-kapak dan gada
dengan rasa rindu pulang tiada tara
dan dengan sifat pemberani pengecut kita yang di uji coba
medan laga serta luka dan duka
bukan imajinasi anak-anak yang riang gembira
bukan pula keberanian yang layak dicoba
melainkan neraka dan penghuninya
kita terbakar setiap saat
dihantam rasa lapar dan penantian
kapan berakhir pertarungan?
nampak tiada henti
sementara prajurit musuh bermunculan
dan dari kita tidak ada bantuan
hampir pasrah dengan menusuk diri sendiri
tapi bagi kami, tidak ada jalan kembali
tuan putri,
setiap saat aku pulang ke kota
kursi-kursi kehilangan pemiliknya
dan ruang tamu menjadi lebih lengang
tanpa canda tawa maupun bangga
berganti sepi dan siksa
di pekuburan, kita akan melihat mereka menangis
di waktu-waktu senggang, kita akan melihat mata mereka yang kosong
di waktu ruang kerja, kita akan melihat mereka melamun
namun raja masih meminum arak
berpesta dengan siapa yang ia kehendaki
dan pangeran menari berdansa
dengan gadis cantik yang ia kehendaki
di medan laga, kami terbunuh
kepala kami terlepas
tangan kami terpotong
dan luka-luka yang tidak akan pernah lagi sama
namun cerita kepahlawanan kami mengobaar ke seluruh negeri
kita yang tangguh ucapnya
kita yang tidak kenal takut, ceritanya
cerita omong kosong penuh dusta
sebab mereka yang bercerita,Â
mana pernah mereka ke medan laga
melihat dengan kepala mereka sendiri
orang-orang meminta ampun
mengadahkan tangan, namun dibunuh jua
orang-orang yang berdoa mati lebih cepat
tetapi mati perlahan dengan sekarat
kerajaan kita tidak menciptakan pejuang melainkan pembunuh
tiap saat membawa orang baru untuk dilatih
dan siap tidak siap, pergi ke medan laga
mati tidak mati, harus siap berperang kembali
tidak ada kata pulang, yang ada hanya kata juang
kerajaan kita percaya bahwa lelaki hanya tentang bunuh membunuh
begitupula dengan orang-orang kita
di medan laga
aku bertarung dengan orang-orang yang tidak ingin aku kenal
sebab mengenal kawan adalah perpisahan di esok hari
serta jalanan kota yang lengang tanpa kehadiran mereka
dan para ibu yang hanya bisa diam meratapi nasib
kau akan temukan jika engkau cukup melihat
kesetiaan
bersama kuda
senjata tombak yang setia
bukan perihal ksatria sahaja
pengabdian kepada bunda
perjuangan untuk tanah air
membuat roti untuk sesama
juga adalah bagian dari sifat ksatria
putri, perang tidak seperti imajinasi
tidak seindah dongeng-dongeng surgawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H