Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perang Tidak Seperti yang Kau Impikan, Tuan Putri

10 Januari 2024   05:17 Diperbarui: 10 Januari 2024   05:30 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Tidak Seperti Yang Kau Impikan, Tuan Putri

kita membangun prajurit kota dari mimpi entah berantah

kehidupan surgawi menunggu, ucap raja

pertarungan di medan laga

perjudian antara hidup dan nyawa

dengan kuda-kuda untuk mengembara

dengan tombak, tameng, dan pedang yang setia

dengan kapak-kapak dan gada

dengan rasa rindu pulang tiada tara

dan dengan sifat pemberani pengecut kita yang di uji coba


medan laga serta luka dan duka

bukan imajinasi anak-anak yang riang gembira

bukan pula keberanian yang layak dicoba

melainkan neraka dan penghuninya

kita terbakar setiap saat

dihantam rasa lapar dan penantian

kapan berakhir pertarungan?

nampak tiada henti

sementara prajurit musuh bermunculan

dan dari kita tidak ada bantuan

hampir pasrah dengan menusuk diri sendiri

tapi bagi kami, tidak ada jalan kembali


tuan putri,

setiap saat aku pulang ke kota

kursi-kursi kehilangan pemiliknya

dan ruang tamu menjadi lebih lengang

tanpa canda tawa maupun bangga

berganti sepi dan siksa


di pekuburan, kita akan melihat mereka menangis

di waktu-waktu senggang, kita akan melihat mata mereka yang kosong

di waktu ruang kerja, kita akan melihat mereka melamun

namun raja masih meminum arak

berpesta dengan siapa yang ia kehendaki

dan pangeran menari berdansa

dengan gadis cantik yang ia kehendaki


di medan laga, kami terbunuh

kepala kami terlepas

tangan kami terpotong

dan luka-luka yang tidak akan pernah lagi sama

namun cerita kepahlawanan kami mengobaar ke seluruh negeri

kita yang tangguh ucapnya

kita yang tidak kenal takut, ceritanya

cerita omong kosong penuh dusta

sebab mereka yang bercerita, 

mana pernah mereka ke medan laga

melihat dengan kepala mereka sendiri

orang-orang meminta ampun

mengadahkan tangan, namun dibunuh jua

orang-orang yang berdoa mati lebih cepat

tetapi mati perlahan dengan sekarat


kerajaan kita tidak menciptakan pejuang melainkan pembunuh

tiap saat membawa orang baru untuk dilatih

dan siap tidak siap, pergi ke medan laga

mati tidak mati, harus siap berperang kembali

tidak ada kata pulang, yang ada hanya kata juang

kerajaan kita percaya bahwa lelaki hanya tentang bunuh membunuh

begitupula dengan orang-orang kita


di medan laga

aku bertarung dengan orang-orang yang tidak ingin aku kenal

sebab mengenal kawan adalah perpisahan di esok hari

serta jalanan kota yang lengang tanpa kehadiran mereka

dan para ibu yang hanya bisa diam meratapi nasib

kau akan temukan jika engkau cukup melihat


kesetiaan

bersama kuda

senjata tombak yang setia

bukan perihal ksatria sahaja

pengabdian kepada bunda

perjuangan untuk tanah air

membuat roti untuk sesama

juga adalah bagian dari sifat ksatria

putri, perang tidak seperti imajinasi

tidak seindah dongeng-dongeng surgawi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun