Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Perang Telah di Depan Mata, Tuan Putri

9 Januari 2024   21:56 Diperbarui: 9 Januari 2024   22:25 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perang Telah di Depan Mata, Tuan Putri

sekali lagi kita akan melihat perang di depan mata

tentara-tentara kuda

catapult, trebuchet, ram, serta balista

mengarah ke istana

menghancurkan pertahanan kita

meleburkan gerbang raksasa kita

Kemudian pakaian-pakaian kulit serta baja

pedang, busur, dan gada

beliung dan tombak

wajah beringas dan teriakan serak

menjadi satu dalam gejolak

mereka maju tanpa takut

menginginkan kepala kita melayang di udara

jatuh diatas pasir

terinjak-injak ribuan tentara

remuk hancur diinjak kuda


sebentar lagi kita akan melihat

bendera-bendera istana berjatuhan

lusuh, kumuh, kemudian ditinggalkan

dan orang-orang yang kita cintai

menjadi budak di tanah mereka sendiri

dengan kepala tertekuk

pedang dingin diatas pangkal leher mereka

akhir hidup nista

mengutuk hidup yang durjana

mati seperti kita

hina seperti kita

Tahun demi tahun,

kita melihat raja berganti raja

mahkota berganti mahkota

dan ratu dengan bayinya

butakah kita?

telah kita lewatimasa suram diatas tanah berpasir

pun kita takluki dataran tinggi

juga kita basmi raksasa yang menghalangi

namun bagi raja, kita hanyalah ksatria

tunduk patuh kepada mereka

perintah suci, ucap mereka

akulah rajamu

angkuh mereka

Raja tiada pernah tahu

kota ini, berdiri diatas darah kami

air mata dan potongan-potongan kaki

yang kini terbenam jauh

terlupa oleh egomu

dan kawanku yang mati dimakan singa

tak mungkin kau pahami derita

kau dengan kasta

aku dengan kasta

namun kuperingati,

perang telah didepan mata, tuan

tetapi para raja saling menghina

berkata 'akulah yang terbaik'

berseru 'kamulah yang terburuk'

bertutur 'yang agung hanyalah aku'

bertanya 'adakah yang lebih baik dan agung daripada aku?'

perang telah didepan mata,

tidak ada cara selain mengangkat senjata

terbunuh, tertusuk, pincang, 

mati di ruang tarung

maka tuan putri, simpanlah belati ini

di medan laga, tiada yang tahu aku kembali atau mati

simpanlah, genggamlah

hiduplah,

tanpa istana tanpa mahkota

tuan putri selamanya kamu

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun