"Oke adek-adek, bapak mau kalian menempel gambar itu di dinding yaa, bapak suka melihat gambarnya!"
"Iya pak guru"
Akhirnya saya bisa keluar kelas dengan perasaan tenang kendati masih panik karena mendapatkan pertanyaan seperti itu; sungguh pertanyaan yang tidak terduga yang dapat dilontarkan anak SD. Saya menggunakan almet hijau dan kembali ke posko, menarik napas dan merebahkan badan. Capek.
"Habis ngajar ya?" Tanya Mia, teman PPL saya.
"Nggak hanya ngajar, tapi dihajar" jawab saya sekenanya dan membuat dia tertawa.
Diluar lonceng kelas berbunyi yang menandakan kelas telah berakhir. Kawan-kawan PPL saya bersiap-siap untuk pulang dan memasukkan barang-barang kedalam tas. Ketika saya menyiapkan barang, saya lupa bahwasanya binder saya tertinggal didalam kelas. Membuat saya bergerak menuju kelas tersebut kembali.
Sembari saya membuka pintu lukisan-lukisan peserta didik telah tertempel di dinding, saya mengamati satu persatu dan mengernyit ketika melihat gambarnya Rahel. Gambar itu sedikit berubah sebab lukisan anak kecil ditengah yang bewarna merah kini telah memiliki dua buah sayap bewarna putih, dan ia kini memegang pedang dan perisai layaknya ksatria. Dan hal yang membuat saya terkejut adalah tepat dibelakangnya sesosok malaikat bewarna putih dengan pakaian hijau berdiri, seolah membuat semua gelap menjadi putih.
Pakaian malaikat itu, sehijau almet saya.
Bahan cerita ini terinspirasi ketika saya mengajak mereka menggambar ketika saya PPL di salah satu sekolah di Mataram. Seorang anak menggambar dirinya yang sendirian, namun kemudian memiliki teman dan melakukan banyak hal. Kehidupan ternyata bisa seindah itu!
Baca Juga: Cerpen Kita Semua Hari Ini