Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi dari Mei Menuju Juni

3 Juni 2023   09:14 Diperbarui: 3 Juni 2023   09:40 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibuat oleh penulis

Dari Mei menuju Juni

Kupahami yang berlalu memang mesti berlalu

Dan kupahami apa yang tidak terjadi memang sebaiknya tidak terjadi

Pada jalan-jalan yang sunyi-senyap, rinduku terlahir untukmu

Dan kisah cinta yang kukira kita, biarlah semua berlalu

Jangan ceritakan kepada senja betapa jauh jarak kita

Sebab ia akan terisak lalu mengutuk janji yang pernah kita bina

Jangan sampaikan kepada awan, betapa redupnya harapan kita

Sebab ia akan murka dan hujannya akan membanjiri aurora

Dari Mei menuju Juni

Kupahami pahitnya hidup hanyalah setetes kopi

Dan manisnya hidup hanya secangkir ilusi

Kemudian masalah-masalah yang membuat kita retak

Dan kejadian-kejadian yang membuat kita sesak

Lalu takdir yang membuat kita doyong berderak-derak

Hanya alinea puisi di bulan Mei

Sebab kini kubuat puisi baru di bulan Juni

Dari Mei menuju Juni

Yang lalu janganlah di ungkit lagi

Sebab hari ini, esok, lusa, atau nanti

Kau dan aku pasti menjadi puisi

Menjadi bait, menjadi alinea, menjadi sajak,

Menjadi kasih, menjadi melodi, menjadi karsa

Kau dan aku menjadi karya

Kau dan aku menjadi kita.

Kau dan aku menjadi cinta.

Maka dari Mei menuju Juni

Kutitipkan salam kepada Mei

Kulebarkan dada kepada Juni

Akan kupeluk ia dan kujaga

Tak akan kulepas sampai Tuhan meminta


Puisi yang saya buat untuk bulan Mei, perihal doyong berderak-derak saya ambil dari sajak Taufiq Ismail pada puisinya, Ketika Burung Merpati Sore Melayang. Pun kalau anda mau membaca puisi saya yang lainnya, silahkan berkunjung pada Lambaian Januari di Antara Akhir Tahun Yang Menanti, Rumah Bersamamu, atau Kau Bukan Istana Kaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun