8 Aturan Mengirim Naskah Cerpen ke Penerbit Yang Wajib Dilakukan Agar Diterbitkan Menurut Jacob Sumardjo
Mengirim naskah yang kita miliki baik itu cerpen, puisi, atau novel merupakan hal yang tentu pernah dilakukan oleh seorang penulis maupun sastrawan kepada redaksi ataupun penerbit setempat. Tujuannya sederhana, dengan diterbitkannya karya kita maka penulis akan mendapatkan pengakuan dari orang lain, tulisannya dianggap berkualitas, dan tentu saja, uang dapat mengalir tanpa harus banyak bekerja.
Namun apakah mengirim karya semudah itu? Jika memang demikian, lalu mengapa banyak karya orang yang ditolak oleh penerbit? Dalam hal ini Jacob Sumardjo yang merupakan kepala redaktur yang menyeleksi banyak cerpen mengangkat suara. Dan jika anda sedang ingin mengirimkan cerpen anda ke majalah maupun koran, maka anda berada pada artikel yang tepat.
Menurut Jacob Sumardjo, ada beberapa aturan yang mesti diperhatikan oleh para pengirim karya kepada penerbit, diantaranya:
1. Naskah Harus Diketik, Bukan Tulis Tangan!
Sebagus apapun tulisan tangan anda, jangan pernah mengirim karya menggunakan tulisan tangan karena itu akan sangat merepotkan bagi redaktur.
kendati tulisan tangan anda lebih rapi daripada mesin ketik itu sendiri, pastikan karya anda tidak ditulis tangan atau karya anda tidak akan dibaca di meja redaksi.
2. Sesuaikan Naskah Yang Anda Miliki Dengan Penerbit
Tidak semua penerbit sama, bahkan beberapa majalah memiliki kriteria dan pembaca mereka pribadi. Ada majalah keluarga, majalah remaja, majalah budaya, dan sebagainya.
Sesuaikan kemampuan serta perhatikan genre dari cerpen yang kita angkat, tanpa hal ini maka kemungkinan besar kita akan mengirim cerpen percintaan remaja ke penerbit majalah anak-anak, yang sudah pasti akan ditolak.
Menurut Jacob, sebaiknya tulisan pertama tidak langsung dikirim ke majalah sastra budaya sebab kemungkinan besar tidak dimuat karena memiliki syarat pemuatan yang berat. Bahkan penulis ternama akan kena tolak jika tidak memenuhi syarat pemuatan.
3. Kirimkanlah Karya Pertama Anda Pada Penerbit Yang Biasa-Biasa Saja
Tidak usah terlalu gegabah dan terlalu yakin bahwa naskah yang kita miliki akan langsung diterbitkan pada redaksi ternama, karena redaksi yang telah bernama tentu akan diincar juga oleh penulis yang juga telah bernama.
Itulah mengapa Jacob menyarankan kita mengirimkan naskah cerpen kepada redaksi yang mengangkat cerpen yang biasa-biasa dulu daripada langsung menuju Kompas dan redaksi besar lainnya.
Ketika naskah kita diterima untuk pertama kali maka ada lonjakan emosi yang akan didapatkan penulis, kebahagiaan tersendiri, bahkan ia akan membaca tulisannya berkali-kali pada hari pemuatannya tersebut.
Hal inilah yang nantinya membuat penulis pemula itu terus menulis sehingga kualitas tulisannya menjadi semakin  baik.
Berbeda dengan menantang redaksi besar dengan karya kita yang kita anggap luar biasa namun bagi orang lain biasa saja, hal itu malah akan membuat kita berhenti menulis.
Mengutip Jacob Sumardjo, Lebih baik naskah dibuat dan disiarkan oleh penerbit yang tidak terlalu terkenal dibandingkan dengan ditolak terus menerus oleh penerbit terkenal.
4. Cukup Kirimkan Naskah Cerpen
Jacob mengatakan bahwa sebaiknya yang dikirimkan naskah cerpen saja, jangan yang lain. Sebab beberapa penulis pemula mengirimkan cerpen dibarengi dengan riwayat hidup atau klip cerpen yang pernah di publikasikan di media yang lainnya.
Alasannya tentu sederhana, dengan adanya klipping tersebut maka ia ingin mengatakan kepada redaktur bahwa ia adalah penulis berpengalaman.
Akan tetapi tanpa keyakinan itu pun seorang redaktur bisa menolak pengarang yang sudah punya nama sekali pun, jadi cukup kirimkan naskah cerpen saja.
5. Perhatikan Penempatan Judul
Penempatan judul sering menjadi problematika yang membingungkan para redaktur. Sebab judul kadang ditulis pada kertas pengantar, atau bahkan di bawah karangan. Begitu juga dengan nama penulisnya.
Jadi Jacob mengatakan sebaiknya menulis nama pengarang dan judul karangan pada halaman pertama cerpen, misalnya;
TETANGGA SEBELAH          atau          TETANGGA SEBELAH
Oleh: Balfas                                 Cerpen: Balfas
6. Naskah Biasanya Diketik Dua Spasi atau Satu Setengah Spasi
Menurut Jacob masalah ini nampak sepele, namun kenyataannya pemula tidak memperhatikannya sehingga memberi kesan pada redaksi yang membuatnya enggan untuk dibaca.
Jika anda adalah pengarang pemula dan karya anda tidak terbit, kemungkinan besar anda bisa jadi melupakan hal ini.
7. Lakukan Secara Bertahap
Jacob dalam hal ini mengatakan sekali lagi kepada penulis pemula untuk tidak terlalu gegabah dalam mengirimkan cerpen.
Lebih baik cerpen yang kita buat dikirim kepada penerbit yang tidak terlalu terkenal dulu. Jika terbit, cobalah kirimkan kepada penerbit yang telah bernama, dan jika diterbitkan lagi maka kemungkinan karya anda akan diterjemahkan dalam bahasa dunia.
8. Ketentuan Alami Yang Sebaiknya Anda Perhatikan
- Pertama, karya harus merupakan bentuk seni yang utuh, artinya bahwa semua unsur cerpen yang anda buat merupakan kesatuan integral yang mempertajam hadirnya suatu maksud dalam bentuk cerita.
- Kedua, keutuhan tadi merupakan harmoni antara bagian-bagiannya. Dengan kata lain ia mestilah seimbang antara satu dengan yang lainnya. Sebab Jacob sebagai redaktur sering melihat karya yang pendahulunya terlalu panjang, sementara inti persoalannya terlalu singkat dan hanya ditulis dalam satu atau dua kalimat.
Sebagai penulis maka menulis cerpen harus ada maksud yang jelas, dan tentunya ada tujuan yang jelas pula; mau berbicara tentang apa. Dan patokan ini harus dipegang teguh selama menulis. Sama seperti essai, hanya saja tujuan tersebut ditulis dalam bentuk cerita.
- Ketiga, menggunakan bahasa narasi yang standar. Maksudnya adalah cerpen yang dikirim sebaiknya tidak menggunakan dialek atau bahasa sub-kultur remaja masa kini. Dalam dialog tentu boleh menggunakan bahasa daerah dan sebagainya, asal benar-benar mendukung suasana cerita.
- Keempat, bukan pornografi atau menyinggung suatu golongan dalam masyarakat.
- Kelima, pertimbanagn-pertimbangan lain yang menunjang lahirnya sebuah cerpen yang kuat, utuh dan berisi.
Begitulah saran Jacob Sumardjo melalui bukunya yang berjudul Catatan Kecil Tentang Menulis Cerpen, sebuah buku yang menjelaskan dengan baik apa itu cerpen dan bagaimana menulis cerpen yang baik dan benar.
Dalam menulis cerpen dan mengirimkannya kepada penerbit, tentu saja kita tidak boleh berhenti di tengah jalan, sebab terkadang apa yang kita inginkan benar-benar sudah ada didepan mata, namun kita memutuskan untuk berhenti.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI