Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kita Semua Hari Ini

28 Mei 2023   07:31 Diperbarui: 28 Mei 2023   07:41 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dibuat Menggunakan Dall-E

Tidak ada yang salah dengan merokok, kendati para akademisi itu selalu berdebat dengan data-data bahwa selalu ada orang yang meninggal setiap harinya karena merokok. Saya hanya tertawa terbahak-bahak kala mendengarnya, mereka yang hidup berlandaskan data selalu lupa bahwa tidak semua data itu valid! Kebenaran sebaiknya milih sepihak dan merokok atau tidak merokok, itu urusan saya!

April-27-2021

Saya menutup buku agenda tersebut dan kemudian tidak yakin apakah saya masih bisa membaca halaman-halaman diary berikutnya yang saya tulis dengan tulisan cakar ayam. Mata saya dijangkiti katarak dan apa yang saya lihat menjadi rabun, ketika mengetahui bahwa saya rabun saya segera meminjam uang untuk membeli kacamata, namun ternyata rabun tersebut semakin menjadi-jadi dan kacamata minus yang saya beli nyatanya tidak bisa dijual lagi.

Terbaring di kamar seperti seorang anjing yang menanti kematiannya, saya tidak bisa berkutik apa-apa ketika dokter memvonis bahwa paru-paru saya telah menghitam sempurna dan sebagian besar organ dalam yang saya miliki telah rusak parah. Artinya, setelah saya menjual sebagian besar perabotan rumah dan hal-hal yang masih bisa saya jual, maka saya tidak bisa menjual organ tubuh yang saya miliki.

Saya mengingat bahwa harga organ tubuh bisa ratusan juta sampai miliaran, ah! Betapa banyak uang yang bisa saya miliki untuk sekedar traveling atau membuat usaha baru? Namun andai hanyalah kata penenang dan pelarian manusia dari kehidupan, dan nyatanya, kini saya tidak bisa berlari.

Saya gagal kuliah dan memutuskan untuk cuti, namun sayangnya uang untuk pendidikan saya habis untuk biaya pengobatan dan teman-teman saya tidak ada yang mau menjenguk sebab takut untuk dihutangi. Padahal saya hanya butuh kepedulian saat ini, menyadari bahwa saya tidak sendiri menjalani semuanya, namun nyatanya, saya ternyata sendiri.

Saya mendengar suara ibu saya terbatuk-batuk sepanjang malam, ibu yang selalu merawat saya ketika saya sakit dan terpontangpanting mencari uang. Semua sebab saya. Bahkan ketika malam kembali datang dan saya mendengar suara batuk beliau lagi, saya kerapkali bertanya; apakah rasa sakit yang ia miliki juga berasal dari asap rokok yang saya hembuskan?

Ketika saya memikirkan hal tersebut, jutaan penyesalan menghampiri saya dan menari-nari laksana serbian dancing lady. Saya ingin menyerah, saya ingin mati saja dan cukuplah uang itu digunakan orangtua saya untuk berobat, atau mengejar mimpi yang mestinya dapat beliau raih.

Mengapa harus memelihara seekor anjing seperti saya? Saya hanya manusia yang akan mati, dengan selang infus yang harus menemani saya setiap hari disamping ranjang yang kini tidak akan bisa lagi saya bersihkan.

Dalam akhir kehidupan saya nampak bahwa kehidupan saya di tahun-tahun sebelumnya tidak terlalu buruk. Saya lebih banyak merenung dan menyesali waktu yang tidak akan mungkin bisa saya kembalikan kembali, semua nampak seperti cahaya kendaraan  yang melintas di malam hari, begitu cepat dan begitu jauh, begitu jauh dan tidak pernah kembali lagi.

Saya lupa bahwa syukur bukan sekedar kata, melainkan implementasi. Dan hidup sehat adalah cara paling baik untuk mensyukuri hidup, bukan malah sebaliknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun