Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Book

Animal Farm Karya George Orwell: Seberapa 'Babi' Pemerintahan Kita?

5 November 2022   18:56 Diperbarui: 5 November 2022   19:07 828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Animal Farm by George Orwell, Gambar dari Penulis

Review Buku Animal Farm Karya George Orwell, Seberapa 'Babi' Pemerintahan Kita?

Apa yang terjadi bila sekumpulan hewan yang kamu rawat tiba-tiba menyerangmu dan mengusirmu dari rumah dan ladang yang kamu tempati? Apa jadinya jika kamu melakukan perlawanan untuk merebut rumahmu lagi namun hewan-hewan tersebut malah menyerangmu kembali? Apa yang terjadi bila hewan-hewan itu menciptakan negara mereka sendiri, menciptakan sistem pemerintahan mereka sendiri, membuat ideologi mereka sendiri dan melakukan tindakan politik dengan peternakan lain hanya untuk melawanmu?

Hal itulah yang menjadi salah satu titik utama permasalahan yang diangkat George Orwell dalam bukunya, Animal Farm. Sebuah buku klasik terkenal yang menceritakan pemberontakan hewan kepada pemiliknya karena tidak kuasa terus bekerja dan disiksa didalam peternakan tersebut.

Novel ini membawa sudut pandang yang unik dalam penceritaannya dan gagasan utamanya saya percayai berasal dari pertanyaan George Orwell kepada dirinya sendiri; bagaimana bila hewan dapat berpikir dan melakukan pemberontakan?

Dan lahirlah Animal Farm, sebuah mahakarya akbar George yang juga melambungkan namanya selain buku yang berjudul 1984. Namun pertanyaannya; sebenarnya apa inti dari buku ini? Tentu buku ini tidak hanya berkisaran tentang hewan-hewan yang melakukan pemberontakan bukan?

Dan tentu saja bukan! Jika kita sedikit mengetahui sejarah perang dunia yang kedua kita dapat memahami bahwasanya George sebenarnya sedang mengkritisi dan ketidaksetujuannya dengan negara Uni Soviet yang komunis. Dalam buku Animal Farm tersebut George menyentil cikal bakal lahirnya negara komunis dan bagaimana ideologi yang dianut adalah hasil dari ketertindasan masyarakat disana yang menghasilkan suatu revolusi yang dimulai dari pemberontakan dan kudeta, sehingga ketika revolusi berhasil dilancarkan maka satu pertanyaan akan muncul: akan dibawa kemana negara ini?

Ketika saya membaca buku ini ternyata ia tidak hanya menyentuh bagaimana negara Uni Soviet belaka yang waktu itu merupakan salah satu ancaman besar dunia karena memiliki kekuatan superior. Namun membaca buku ini membuat saya tersadar bahwasanya hal serupa juga terjadi di Indonesia, terlebih ketika kemerdekaan telah direnggut oleh masyarakat Indonesia kala itu.

Namun sebelum saya terjun kepada hal tersebut, saya lupa menceritakan sedikit kisah tentang buku ini sebab hal ini akan sangat mengacu kepada bagaimana tulisan ini kedepannya, kendati saya takut spoiler mengenai buku masterpiece ini karena buku ini bagus untuk dibaca dan dikaji, namun saya berharap tidak menspill terlalu banyak.

Walau saya telah menceritakan gambaran besar mengenai buku ini pada beberapa paragraf diatas namun saya lupa memperkenalkan tokoh utama dalam buku ini dan beberapa tokoh pendukungnya. Dari yang saya baca, tokoh utama dalam buku ini mengacu pada dua ekor babi, yaitu adalah Napoleon dan Snowball yang merupakan perwujudan dari kecerdasan dan ideologi.

Dalam buku Animal Farm dua tokoh inilah yang berperan penting dalam kemajuan dan perkembangan alur cerita sebab mereka adalah pencipta gagasan bagaimana peternakan tersebut berjalan. Mereka kedua sama-sama cerdas dan pandai berorasi, membentuk bagaimana politikus kita yang pandai menebar janji dan bagaimana setelah kemerdekaan dualisme nyatanya bisa terjadi. Snowball dan Napoleon melambangkan bagaimana pertarungan ideologi dalam suatu pemerintahan demokrasi yang awang-awang dan mau menang sendiri sehingga rakyat terpecah menjadi dua kubu. 

Kemudian ada Pak Jones dan istrinya yang dikudeta, Mayor si babi penggagas revolusi namun meninggal sebelum revolusi terjadi, Benjamin si keledai cerdas yang pragmatis, Muriel si kambing putih, Boxer si kuda tangguh yang loyal, Mollie kuda betina manja, Squarel si babi pengikut Napoleon, kucing yang hilang-muncul, dan beberapa hewan ternak lainnya seperti ayam, biri-biri, dan anjing.

Kisahnya bermula ketika si Mayor, seekor babi tua mulai menyuarakan suaranya pada suatu malam dan menceritakan bagaimana mereka tertindas oleh kekejaman pak Jones yang kapitalis. Mayor yang pandai berorasi menjadi seorang konseptor dan memberikan mimpi kepada setiap pendudukan peternakan Manor untuk berani menciptakan suatu pergerakan yang bisa merubah semua nasib mereka. Mayor bahkan memberikan mereka mars atau himne perjuangan untuk terus mereka pegang agar jiwa dalam lagu tersebut merasuk kedalam setiap penjuru peternakan. Himne itu berbunyi:

Binatang Inggris, binatang Irlandia

Binatang di setiap negeri dan musim

Dengarkan kabar gembiraku

Tentang masa keemasan di hari mendatang

 

Cepat atau lambat saatnya akan tiba

Tirani manusia akan ditumbangkan

Dan ladang subur Inggris

Akan ditapaki oleh binatang saja

 

Cincin akan hilang dari hidung kita

Dan pelana akan dibuang dari punggung

Kekang dan pacu akan karatan selamanya

Cambuk kejam tak terdengar melecut lagi

 

Kekayaan lebih daripada digambarkan pikiran

Gandum dan jelai, oat dan jerami

Cangkih, kacang, dan umbi-umbian

Akan jadi milik kita hari itu

 

Cahaya terang akan menyinari ladang-ladang Inggris

Airnya akan jadi lebih jernih

Angin lebih lembut meniup anging sepoi-sepoi

Pada saat hari kita dibebaskan

 

Karena hari itu kita semua mesti kerja

Walau kita mati sebelum matahari muncul

Sapi-sapi dan kuda, angsa dan kalkun

Semua harus kerja demi kemerdekaan

 

Binatang Inggris dan binatang Irlandia

Binatang di setiap negeri dan musim

Dengarkan baik-baik dan sebarkan kabarku

Tentang masa keemasan di hari mendatang 

Bait-bait inilah yang kemudian memicu jiwa pemberontakan pada peternakan Manor dan menjadi simbol persatuan mereka. Seperti lagu Bella Ciao atau mars Indonesia Raya yang sakral untuk dinyanyikan pada masa-masa merebut kemerdekaan dan bahkan yang berani menyanyikannya akan langsung dipenjara dan disiksa. Maka mars tersebut sanggup menyentuh jiwa penjuru peternakan, dan kendati Mayor si babi penggagas pemberontakan itu pada akhirnya mati sebelum melihat revolusi itu sendiri, namun mars yang disuarakan sudah jelas menciptakan pengaruh untuk melakukan perlawanan.

Tapi revolusi adalah langkah awal dalam suatu perubahan, langkah berikutnya yang lebih besar adalah bagaimana para binatang tersebut membangun suatu negara sesuai dengan keinginan mereka. Bagaimana negara ini akan berjalan? Apa UUD dan aturannya? Apa Pancasila-(ideologi)nya? Lalu bagaimana membangun negara ini?

Pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus dijawab oleh mereka dan bisa anda ketahui dengan membaca bukunya. Lalu kemudian kenapa saya bersikeras untuk membuat anda mengetahui nama-nama tokohnya yang hanya seekor binatang?

Jawabannya sederhana, karena binatang-binatang itu adalah representasi dari manusia dalam realita kita. Biar tidak membingungkan, dalam buku Animal Farm ini gagasan-gagasan mengenai pembangunan atau bagaimana negara berjalan selalu digagas oleh para babi, yaitu adalah Napoleon dan Snowball. 

George juga menulis dengan piawai bagaimana babi merupakan entitas paling cerdas dalam peternakan tersebut, yang mempersentasikan bagaimana politikus---dimanapun di dunia ini---yang jijik dan busuk serta berwatak seperti babi namun anehnya selalu terpilih dan pintar dalam menebar janji. Dan anehnya walau mereka pintar, kepintaran mereka selalu digunakan untuk mengibuli mereka yang lebih bodoh daripada mereka, yang dalam hal ini adalah masyarakat.

Benjamin, seekor keledai tua yang konon merupakan tertua di peternakan tersebut merepresentasikan bagaimana orang cerdas dan pintar begitu pragmatis terhadap lingkungannya. Hal itu ditandai dengan Benjamin yang pandai akan tetapi tidak mau tahu dan tidak mau bersuara perihal apapun. Benjamin dalam hal ini bisa jadi merupakan representasi akademisi-akademisi maupun masyarakat pintar berpendidikan yang hanya mementingkan diri mereka sendiri. Mengutip Wiji Tukhul, mereka adalah orang yang baca buku namun mulutnya dibungkam melulu. benar, mereka adalah keledai.

Boxer si kuda tangguh merupakan representasi dari masyarakat atau buruh yang nasionalis dan ingin membangun negara namun diperas keringatnya oleh politikus dan selalu ditumbalkan. Dalam kasus di Indonesia, Boxer bisa kita sebut sebagai guru honorer yang mengabdi kepada negeri namun gajinya seolah dikebiri (Saya mengutip dari lagu Iwan Fals, Oemar Bakri). Boxer yang dalam hal ini merupakan orang nasionalis tidak pernah dipedulikan oleh para babi, dan mereka yang cinta pada negeri cenderung ditumbalkan dan hanya menjadi nama. 

Squarel si babi yang selalu mengikuti apapun dan kemauan Napoleon merupakan Buzzer yang hanya melakukan pembenaran terhadap apa yang Napolen katakan maupun ucapkan, benar, sama seperti Buzzer di negara kita, sesalah apapun politisi tersebut Buzzer akan membenarkannya. Bahkan para Buzzer akan menyalahkan pihak lain dan akan terus menjelekkan pihak lain yang merupakan oposisi dari pemerintah. Dalam Animal Farm, kodrat mereka sama seperti politikus, yaitu adalah seekor babi; busuk, jorok, dan kotor.

Anjing dalam Animal Farm dan bila dikonversikan kedalam realita merupakan kekuatan pemerintah, baik dalam bentuk prajurit atau polisi yang hanya sami'na watoqna kepada atasan mereka dan tidak mau tahu perintah itu salah atau tidak, Kenapa? karena mereka mendapatkan 'asupan' darinya. Ketika ada yang memberontak dan mau bersuara, para anjing dan buzzer babi akan menjadi orang pertama yang melakukan intimidasi.  

Adapun karakter-karakter lain merupakan representasi dari masyarakat kita pada umumnya, yang pada akhirnya patuh karena superioritas pemimpin dan takut untuk bersuara karena Undang-Undang sudah dirubah dan tajam kebawah, serta akan selalu ada seekor babi dan anjing yang akan melakukan intimidasi. Mereka yang telah dikuasai rasa takut akan selamanya patuh dibawah tirani maupun diktator yang sedang berkuasa.

Saya sejujurnya bingung mau membawa review Animal Farm besutan George Orwell ini kemana, sebab banyak sekali nilai yang dapat diambil dan relevan dengan zaman maupun sejarah Indonesia. Memang secara garis besar dan dapat dilihat bahwasanya Animal Farm merupakan kritikan terhadap Uni Soviet saat perang dunia ke II. 

Dalam buku ini disentil bagaimana komunis hanyalah formalitas belaka yang berkedok kapitalis, bagaimana Gulag terjadi, dan banyak lagi yang lainnya dan sangat teramat mirip dengan negara kita. Akan tetapi buku ini lebih daripada itu, ia lebih dalam menyinggung negara-negara demokrasi yang katanya menggunakan suara terbanyak untuk memilih, namun acapkali demokrasi hanyalah formalitas belaka sebab pada akhirnya semua menjadi oligarki yang hanya mementingkan diri mereka sendiri.

Aturan-aturan, sama seperti di banyak negara juga dirubah sesuai keinginan dari pemerintah itu sendiri dan menggunakan Undang-Undang untuk menyerang balik masyarakat dan mengekangnya dalam aturan-aturan tersebut. Bagaimana jika Undang-Undangnya masih belum mampu mengekang masyarakat? Gampang! Jika teksnya tidak bisa dirubah, tinggal rubah saja konteks Undang-Undangnya. 

Selebihnya, membaca Anilal Farm membuat saya tahu bagaimana propaganda terjadi dan yang terpenting bagaimana pendidikan begitu urgen untuk ada pada setiap individu jikalau mereka tidak mau menjadi budak politik. Kendati samar-samar dalam buku ini, namun hal itulah kuncinya, sebab mereka yang tidak berpendidikan akan selamanya berada dibawah superioritas dan akan diperas sampai mampus.

Bagi saya buku ini adalah masterpiece, bukunya tidak setebal buku-buku karya Tere Liye, disampaikan dengan padat dan jelas tanpa ada prosa yang tidak berarti seolah semua memiliki makna dan bisa dikaji. Bukunya ringan dan hanya 140 halaman saja, dan tentu saja, ditambah dengan aroma bau buku yang mantap akan membuat buku ini baik untuk anda baca.

Jujur masih banyak hal yang bisa dikaji dari buku ini, masih banyak hal yang bisa direnungi. Saya masih ingat dalam perjalanan saya mencari buku di toko buku Airlangga, saya tidak pernah menyangka bisa menemukan sebuah novel klasik. Ia tiba-tiba berada dihadapan saya kendati saya telah menelusuri pojokan-pojokan Airlangga, dan pada akhirnya, selain Rubaiyat karya Jalaludin Rumi, George Orwell menjadi salah satu buku yang saya beli.

Dan tentu, saya menyarankan anda untuk membaca masterpiece ini, apalagi anda menyukai buku-buku sastra dan suka merenung, buku ini sangat pantas untuk menjadi bahan untuk renungan anda.

Saya rasa saya cukupkan sampai disini dulu, kendati banyak hal yang bisa dibahas, saya berharap bisa membawakannya untuk anda suatu saat nanti. See you!    

Baca Juga: Dark Stories Riddle, Mampukah Anda Menebaknya?

Baca Juga: Rich Dad Poor Dad, Buku Tentang Anda dan Saya

Baca Juga: KKN Di Desa Penari, Is It Worthy?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun