Mohon tunggu...
Abdul Azis Al Maulana
Abdul Azis Al Maulana Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa UIN Mataram

Jika kau bukan anak raja, bukan orang terpandang, maka menulislah.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film Turki "Babamin Kemani" atau "My Father's Violin", Sebuah Film tentang Kita yang Ambisius

22 Mei 2022   17:59 Diperbarui: 22 Mei 2022   18:07 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adegan dimana dubber  melupakan satu kata (gambar diambil dari My Father's Violin dubbed by Netflix) 

Film Turki BABAMIN KEMANI atau My Father's Violin, Sebuah Film Dengan Plotwist Yang Tak Tertebak  

Saya menemukan film ini dalam laptop saya, tertulis dengan judul 'My Father's Violin', dan ingatan terkecil saya mengatakan bahwasanya film ini adalah salah satu film yang saya pilih dari laptop kakak saya yang sekarang telah tinggal di Surabaya. Ketika saya menontonnya, setelah itu pula saya tahu bahwa ternyata film ini adalah film Turki yang di dubbing oleh pihak Netflix, yang judul aslinya adalah 'BABAMIN KEMANI'.

Babamin Kemani menceritakan kisah keluarga yang sebenarnya sederhana namun memiliki plot-plot yang sulit anda tebak sehingga film ini cukup baik untuk anda tonton, mungkin pada awalnya anda akan merasa bosan karena ceritanya nampak monoton, tapi saya tidak terlalu berani berkesimpulan seperti itu karena filmnya saya tonton dalam dubbing bahasa Inggris, sehingga perlu saya tonton dalam bahasa Turki untuk penilaian ulang.

Bahkan jika anda ingin menontonnya, saya sangat berharap anda menonton versi Turki-nya saja tanpa dubbing bahasa Inggris, alasannya? Karena saya pada akhirnya bingung subtitle-nya mengikuti film Turki-nya atau versi bahasa Inggris, hingga saya sulit menerka untuk fokus pada yang mana.

Kadangkala juga dubbingnya mengatakan demikian, namun subtitlenya mengatakan demikian. Dan apalagi karena dubbing bahasa Inggris, mulut aktor-nya pun jadi tidak serasi dan malah membuat saya mengernyitkan dahi. Hal ini membuat saya berpikir kalau dubbingnya sama seperti dubbing adegan Madara melawan Maito Guy pada film series Naruto Shippuden; Aneh.

Lalu untuk siapa film ini? Jika anda adalah orang yang sangat ambisius sampai mementingkan tujuan anda daripada hal-hal lainnya. Maka film ini adalah untuk anda, dan jikalau anda adalah orang dengan sifat seperti itu, maka artikel ini tentu untuk anda.

Seperti biasa, saya akan memberikan kritikan pada akhir artikel ini. Jadi take a nice sit, prepare the popcorn, and here we go!

Blurb Babamin Kemani

Kisah bermula dengan seorang anak bernama Oslem yang merupakan anak dari Ali Riza, seorang pengamen jalanan yang ahli menggunakan biola. Pada kehidupannya yang sederhana namun seru, Ali Riza dan tiga sahabatnya selalu membawa Oslem untuk mengamen di jalanan dan membuat anak itu hidup diantara melodi-melodi yang diciptakan mereka, membuatnya mahir menggunakan biola.

Mereka kerapkali tampil di tempat umum dan membuat kemeriahan yang luar biasa, hal itu tentu karena permainan mereka dan tarian Oslem yang lincah sehingga mengundang orang-orang disana untuk menyaksikannya. Namun karena tempat itu adalah tempat umum, maka mereka kerapkali dikejar oleh polisi setempat hingga membuat mereka berlari terbirit-birit.

Mereka sebenarnya tidak hanya sebatas kawan, melainkan juga keluarga. Ali Riza dan Oslem beruntung memiliki keluarga sederhana itu yang tidak memiliki apa-apa namun berharga. Biasanya mereka akan pulang larut malam setelah mengamen, membuat Oslem telah hidup dalam kemalangan berkedok rasa bahagia semenjak kecil.

Oslem menari untuk memeriahkan suasana (Gambar dari film Babamin Kemani dubbed by Netflix)
Oslem menari untuk memeriahkan suasana (Gambar dari film Babamin Kemani dubbed by Netflix)

Oslem sebagai seorang anak tentu merasa bahwa kehidupan tersebut akan abadi, namun sayang Ali Riza pada suatu hari menyadari bahwa ia telah sekarat. Ia memuntahkan darah pada meja makan dan segera menyembunyikannya dari anaknya. namun hal itu tidak membuatnya tenang, karena pada akhirnya, entah pada detik yang keberapa; ia akan mati.

Mengetahui hal ini, Ali Riza kemudian menghubungi adeknya yang ternyata sangat jauh berbeda dengannya; adiknya adalah seorang pemain biola ternama di Turki dan memiliki kekayaan yang melimpah, namanya adalah Mehmet Mahir.

Kehidupan Ali Riza dan Mehmet Mahir laksana langit dan Bumi; Ali Riza bermain dari tempat umum yang satu ke tempat umum yang lain, sementara Mehmet Mahir bermain dari panggung yang satu ke panggung yang lainnya. Ali hidup dari apresiasi masyarakat setempat, Mahir hidup dari standing apllause audiens dan sorotan kamera. Fakta ini kemudian menjadikannya begitu lucu dan ironis, padahal mereka begitu dekat, namun mengapa kehidupan mereka berbeda begitu jauh?

Ali Riza kemudian mengatakan kedatangannya pada Mehmet, bahwasanya Mehmet memiliki keponakan bernama Oslem, namun Mehmet tidak mau peduli akan hal itu. Ali Riza kemudian menyatakan bahwa dirinya telah sekarat, dan pada suatu masa ia akan mati, dan Oslem akan sebatang kara. Sebagai ayah, Ali tidak mau itu terjadi.

Namun ternyata Mehmet juga menghiraukan hal tersebut sebab ia memiliki dendam pribadi kepada Ali. Ia menghardik mengapa Ali muncul sekarang, setelah sekian lama kakaknya itu menghilang, meninggalkannya berjuang sendiri menjadi musisi.

Dan seperti yang kita duga, Ali meninggal dan kini hak asuh Oslem dipertanggungjawabkan. Mehmet yang tidak menyukai kehidupannya diinterupsi ingin menyerahkannya kepada kawan-kawan Ali Riza. Namun sayang, takdir berkata lain dan Mehmet yang terlalu ambisius mengejar impiannya menjadi musisi nomer satu di dunia mendapatkan interupsi baru, yaitu seorang anak kecil galak dari jalanan yang tidak tahu cara berperilaku dengan elegan.

Dan kemudian petualangan Mehmet dimulai, dan plot demi plot kehidupan Mehmet yang tidak terduga menyadarkannya bahwa memang ada hal yang selalu lebih penting daripada ambisinya yang semu.

Pendapat Saya Mengenai Babamin Kemani

Mehmet Mahir, Oslem, dan Tiga Sekawan Yang Dikejar Polisi Sehabis Mengamen (Gambar dari film My Father's Violin dubbed by Netflix)
Mehmet Mahir, Oslem, dan Tiga Sekawan Yang Dikejar Polisi Sehabis Mengamen (Gambar dari film My Father's Violin dubbed by Netflix)

Filmnya seru dan unik dengan plot yang tidak terduga, membuat kita akan memahami untuk tidak mengambil kesimpulan sendiri dan selalu merasa benar. Film ini akan menggambarkan banyak tempat di Turki dan masyarakat-masyarakatnya, sehingga saya berharap bisa kesana suatu saat nanti.

Sebab film ini bertema musik, pada alur ceritanya kita akan banyak mendengar aransemen-aransemen dari Turki yang menyampaikan banyak pesan dan senada dengan filmnya. Aransemen yang pas dengan alur film akan membuat film ini bermakna, apalagi penyampaian rasa sedihnya melalui musik, sangat tepat.

Pemainnya juga bagus-bagus kendati ini pertama kalinya saya melihat mereka tampil, ada Yusuf Tekin sebagai Ali Riza, Acun Omen Cokisler sebagai Mehmet Mahir, dan ada Avukat sebagai Oslem. Well, penulisan nama mungkin salah, mengingat nama Turki kadang memiliki titik dua diatas.

Adegan favorit saya adalah bagaimana plot-plot tersebut perlahan-lahan terbongkar. Salah satu yang saya suka adalah ketika Mehmet Mahir ditampar oleh kenyataan mengapa kakaknya, Ali Riza, meninggalkannya. Its meaningfull.

Dan kedua adalah adegan terakhir dimana Mehmet Mahir bisa kembali kepada auditorium dan menyelamatkan dua hal sekaligus, yaitu Oslem dan karirnya. Namun yang membuatnya seru tidak hanya makna yang dikandungnya, tapi aransemen yang dimainkan pada saat itu.

Babamin Kemani, Suatu Celah Dalam Hidup

Babamin Kemani atau My Father's Violin sebenarnya menceritakan tentang kehidupan kita yang terlalu ambisius. Sebagai manusia kita terkadang mengejar suatu hal yang sangat jauh dan sulit untuk kita gapai, hal yang membuat kita lupa bahwa hal sangat penting yang anda kejar merupakan kumpulan dari hal-hal penting dalam hidup anda.

Bahkan terkadang, karena keegoisan kita mengejar hal-hal tersebut, kita jadi lupa bahwasanya satu-persatu hal-hal penting dalam lingkungan kita juga menghilang, hingga pada titik nadir kita tersadar bahwa apa yang selama ini kita kejar merupakan sebuah kesalahan, namun semua telah terlambat karena ada beberapa hal di dunia ini yang tidak akan pernah mungkin bisa kembali sempurna. Dan pada akhirnya, pada sisa-sisa hidup tersebut anda akan hidup tanpa kesempurnaan tersebut.

Adegan dimana Mehmet mulai mengerti melodinya (gambar dari My Father's Violin dubbed by Netflix)
Adegan dimana Mehmet mulai mengerti melodinya (gambar dari My Father's Violin dubbed by Netflix)

Jika anda menonton film ini, mungkin akan ada satu pertanyaan yang mestinya kita tanyakan pada diri kita sendiri. Apakah kita merasa ada celah dalam hidup yang anda jalani? Mengapa?

Pertanyaan sederhana ini mungkin terdengar biasa, namun pada faktanya, ini akan membuat kita tahu bahwa masalah sebenarnya adalah diri kita sendiri, dan bukan apapun diluar kita.

Sebab bukankah kita yang mengejar ekspektasi itu? Berharap pengakuan dari orang lain sampai kita lupa bahwa kita tidak membutuhkan semua orang di dunia untuk menentukan siapa kita, kita hanya membutuhkan mereka yang benar-benar sayang kepada kita, mereka yang benar-benar peduli. namun sayangnya mereka yang benar-benar sayang dan peduli dengan kita sering kita lupakan dan acuhkan, hingga pada akhirnya, kita berakhir hampa.

Jadi jika anda merasa egois, ambisius, atau keras kepala. Film ini diciptakan untuk anda.

Kritikan terhadap Film Babamin Kemani

Seperti intro artikel ini, lebih baik menonton versi Turkinya daripada film dubbing englishnya karena beberapa alasan utama, yang diantaranya.

Pertama, dubbing bahasa Inggrisnya akan membuat anda bingung dan tidak fokus. Apalagi jika anda orang yang fokus pada translate dan bagaimana pelafalan dari mulut aktornya.

Kedua, ada kesalahan dubbing yang terjadi. Yaitu pada adegan Mehmet Mahir sedang latihan bersama rekannya pada suatu auditorium. Disana satu dubbing yang mestinya diucapkan Oslem malah tidak terucap, meninggalkan pelafalan mulut Oslem tanpa ada suara yang keluar.

Adegan dimana dubber  melupakan satu kata (gambar diambil dari My Father's Violin dubbed by Netflix) 
Adegan dimana dubber  melupakan satu kata (gambar diambil dari My Father's Violin dubbed by Netflix) 

Adapun kritikan saya yang lain terhadap film ini adalah bagaimana Oslem tiba-tiba bisa bermain biola dengan sangat baik dan benar. Padahal instrumen itu adalah buatan Mehmet Mahir dan Oslem tidak pernah latihan bersama mereka. Terlebih, si Oslem bermain sambil melompat-lompat yang padahal seingat saya bermain biola membutuhkan rasa fokus yang tinggi.

Hal itu mungkin hanya bisa dijawab dengan satu kalimat; namanya juga film.

Komedi di film ini juga tidak terlalu banyak dan yang lebih mendominasi ada sisi kekeluargaan, kesedihan, dan romansa. Namun mungkin itu karena dubbingnya, atau mungkin karena joke Turki berbeda dengan joke orang Indonesia. Entahlah.

Namun apakah film ini bagus? Sebagai bahan perenungan...Sangat bagus!


Baca Juga : KKN di Desa Penari Versi Uncut, Layakkah Untuk Ditonton?

Baca Juga Suicide Squad II, Gore, Komedi, dan Cahaya DC

Baca Juga Ambiguisitas Film Joker

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun