Pertama, dubbing bahasa Inggrisnya akan membuat anda bingung dan tidak fokus. Apalagi jika anda orang yang fokus pada translate dan bagaimana pelafalan dari mulut aktornya.
Kedua, ada kesalahan dubbing yang terjadi. Yaitu pada adegan Mehmet Mahir sedang latihan bersama rekannya pada suatu auditorium. Disana satu dubbing yang mestinya diucapkan Oslem malah tidak terucap, meninggalkan pelafalan mulut Oslem tanpa ada suara yang keluar.
Adapun kritikan saya yang lain terhadap film ini adalah bagaimana Oslem tiba-tiba bisa bermain biola dengan sangat baik dan benar. Padahal instrumen itu adalah buatan Mehmet Mahir dan Oslem tidak pernah latihan bersama mereka. Terlebih, si Oslem bermain sambil melompat-lompat yang padahal seingat saya bermain biola membutuhkan rasa fokus yang tinggi.
Hal itu mungkin hanya bisa dijawab dengan satu kalimat; namanya juga film.
Komedi di film ini juga tidak terlalu banyak dan yang lebih mendominasi ada sisi kekeluargaan, kesedihan, dan romansa. Namun mungkin itu karena dubbingnya, atau mungkin karena joke Turki berbeda dengan joke orang Indonesia. Entahlah.
Namun apakah film ini bagus? Sebagai bahan perenungan...Sangat bagus!
Baca Juga : KKN di Desa Penari Versi Uncut, Layakkah Untuk Ditonton?
Baca Juga : Suicide Squad II, Gore, Komedi, dan Cahaya DC
Baca Juga : Ambiguisitas Film Joker
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H